Ameera duduk menyendiri di tepi danau, bermodalkan enam kaleng bir dingin dan sebungkus snack rasa rumput laut, gadis itu tengah meratapi nasibnya. Berharap angin dingin yang berhembus malam itu bisa membawa pergi kesesaakan hati.
"Kenapa? Why? Kial? Warum? Purquoi?" Ameera bertanya 'kenapa' dalam berbagai bahasa pada gemericik permukaan danau yang tenang. Jangankan di jawab, bahkan danau pun seakan enggan menatap balik wajah Ameera karena permukaan termakan oleh gelapnya malam.
"Arghh!!!" Kesal. Ameera merebahkan diri di atas rumput hijau yang dipangkas secara berkala, taman di pinggir danau itu sangat terawat saat Leonardo menjabat menjadi walikota. Hal baik itu masih diteruskan sampai sekarang meski Leonardo tak lagi menjabat.