Chapter 2 - Vol 1.1

"Dengan lembut, seperti kapas. aku mulai tertidur, apakah disaat aku terbangun kamu masih berada disampingku?"

Sehabis pertempuran semalam, tubuhku menjadi sakit dan tentu yang paling sakit adalah daerah kewanitaan ku. disaat aku mulai membuka mata, aku menyadari dia sedang memelukku.

rasanya baru kemarin kita memiliki hubungan ini.

siang harinya...

karena ia mengambil cuti selama seminggu ini jadi... ia ya... dirumah ini bersama ku, awalnya kami begitu canggung. namun...

"Tanpa terduga kita memiliki ikatan ini, dengan perkenalan seadanya, dengan keperibadian yang belum kita nampakkan satu sama lainnya. Begitu canggung... kita hanya sedikit persentase pasangan yang tak terduga, awal yang biasa mungkin bisa menjadi luar biasa." ucapnya kepada ku, duduk di ruang tamu, dari belakang aku melihat nya yang seakan ada beban dalam dirinya.

"Katakanlah."

"Tiada dosa... jadi untuk apa menyembunyikan itu?" ujarku membujuknya untuk berbicara terus terang.

"Kilatan cahaya nan lembut, menyambar dilangit mendung, hujan pun turun...

akan kah kamu masih akan berada di sisi ku."

selembut ucapannya, selembut itu aku mengenggam tangannya, aku bahagia akan hal ini, mempunyai pasangan yang dewasa dari ku. aku tersenyum kepadanya dan dibalas senyum oleh nya.

Aku pernah berpikir, ketiadaan bisa saja membuat jadi ada, seperti teori big bang.

awalnya kami bedua mempunyai ikatan ini namun tanpa cinta sama sekali...

Aku hanya ingin melarikan diri dari masa lalu yang kelam, begitu juga ia...

kelam nya masa lalu tak hayal membuat kami menyatu

awalnya kami berpencar dan mulai kini rengkuhan itu menyatukan kami.

canggung masih ada, aku diam tanpa berpikir untuk memulai pembicaraan, begitu juga ia yang asyik membaca berita dikoran.

"Ini teh nya pak..." ku hidangkan teh manis hangat itu di meja, beliau tersenyum kepada ku lalu...

beliau menarik tangan ku dan aku pun terjatuh di tubuh beliau, "aku ingin memeluk mu." ucapnya, menaruh koran dan kembali memeluk ku, menghembuskan nafas hangatnya ke leher ku.

"Pak... aku... Hemmzzz..." aku mulai melenguh tanpa aku sadari beliau mulai menciumi leher ku dan menjilatinya.

"To, tolong hentikan ini UH...!"

lalu beliau menyentuh wajah ku dan mengarahkan wajah itu di hadapan nya, kemudian mencium bibir ku...

"Umzzzz..."

menyudahi ciuman itu dan lalu berkata kepada ku.

"Apakah kita mencintai satu sama lain?" tanya beliau kepada ku, aku menganguk lemah, tiba-tiba beliau tertawa lemah.

"Begitu juga aku." balas beliau dan seketika mengendongku menujuh kamar.

memulai semua itu dan saat beliau sudah mau melakukan itu aku pun berucap.

"Aku masih sakit, bisakah kamu melakukan itu dengan lembut?"

dagu ku dipegang dengan lembut dan beliau melakukan itu dengan lembut, setiap gerakan, setiap keringat, menyatukan diri kami dalam siang menjelang sore itu.

tanpa kami sadari malam telah datang, aku bangun duluan dari nya, menyiapkan makan malam ala kadarnya, aku masih merasakan sakit dibagian ini, mungkin butuh waktu satu minggu agar aku terbiasa dengan ini.

makan malam siap dan tak lama setelah itu ia terbangun, saat ia hendak duduk di kursi makan, aku melarangnya. aku menyuruhnya mandi dulu, baru sesudah itu kita makan bersama.

"kamu mempunyai kening yang bagus." ucap beliau lalu bangkit dari tempat duduknya, menghampiri ku dan mencium kening ku.

"Bo, Bodoh! ja, jangan tiba-tiba begitu." ucap ku terbatah-batah. ia hanya tertawa dan mengusap kepala ku