Pagi yang cerah, aku membangunkannya. awalnya ini tidak berhasil, namun akhirnya dia terbangun juga.
Kini dia mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
Aku pun juga ikut keluar kamar, bermaksud untuk menyiapkan sarapan.
"Adek..." Ucapnya lembut, kemudian mulai melingkarkan tangannya dipinggangku.
kemudian setelah itu dia pun beranjak, mungkin mau beberes.
sekitaran 15 menit dia pun keluar lagi, duduk dimeja makan.
mengambil piring dan sedikit nasi, katanya dia tidak terbiasa makan dipagi hari.
"Tapi karena yang masakinnya adalah kamu, aku jadi ingin menghabiskan semuanya." ucapnya, menyeringai kepada-ku.
"Anu...! Ah gak jadi deh." setelah itu dia berangkat bekerja.
rumah ini seketika menjadi sepi tanpa kehadiran dirinya.
Aku pun mulai membereskan dan membersihkan rumah
"akhirnya selesai juga." ucapku
setelah itu aku masuk kekamar, lalu kemudian menghempaskan tubuhku dikasur empuk itu.
tanpa aku duga, waktu sudah semakin sore.
"Astaga aku ketiduran." dengan cepat aku berlari kearah dapur, bermaksud utung membuat makan malam.
"Adek! Adek!?" Panggilnya dari luar, aku segera menghampiri dirinya, lalu kemudian mencium tangannya..
"Maaf, aku belum sempat menyiapkan makan malam." ucapku tertunduk dihadapannya. tiba-tiba ada sesuatu yang menyentuh kepala ku dengan lembut, kemudian perlahan-lahan dia mulai memegangi kepalanku, menyuruhku untuk berhenti menunduk terus.
"Ini aku belikan pakain untukmu, Tadi disaat aku sedang diperjalanan pulang. Aku melihat pakaian yang bagus, aku pikir ini akan cocok untukmu, jadi aku pun langsung membelinya."
ucapnya, memberi gaun berwarana merah itu kepada-ku, setelah dia membuka gaun itu dari bungkus plastik.
"Maafkan saya, Kamu selalu mikirkan saya, namun, sedangkan saya lalai dalam tugas sebagai istri kamu. maafkan saya."
Ucapku lagi-lagi aku menuduk dihadapannya
"Jagan berkata seperti itu, Aku hanya ingin membahagiakan mu. karena aku masih takut akan kata perpisahan, oleh sebab itulah aku ingin memberikan kebahagian kepada istri baru-ku agar aku tidak ditinggalkan olehnya."
Kamu begitu baik pak, mana mungkin aku meninggalkan dirimu.
walau pun kita tidak dikarunia'i anak, asalkan kamu selalu baik seperti ini, aku tidak akan pernah meninggalkan mu.
setelah itu kami berdua pun, sama-sama menyiapkan makan malam.
Bercanda dengan bahan-bahan masakan, kadang kami bermain dengan sebuah wortel.
dia mulai mengarahkan wortel itu lubang hidungku.
"Aku susah bernafas." ucapku, lalu menepis wortel itu dari hidungku.
kadang dia juga mengecup tengkuk leherku, rasanya sungguh membuat sekujur tubuhku menjadi panas.
"Mau aku suapin?"
kemudian dia sodorkan sendok makan itu kearahku, aku pun langsung membuka mulut. namun, aku berhenti sejenak membuatku rambut yang terurai.
"Tolonglah Adek, jangan membuat pose seperti itu." ucapnya, aku keheranan apa yang dia katakan itu? sungguh aku tidak mengerti.
tidak terasa hari sudah mulai larut malam, kami pun menyudahi menonton tv, mematikam tv dan kemudian masuk kemar. disana dia memeluk diriku, nafas hangat darinya mengenai kulitku.
"Pak?"
Aku lalu menoleh sedikit kearahnya, rupanya dia sudah tertidur pulas.
sungguh ini bagai mimpi bagiku, menikah dengan laki-laki yang lebih tua, bahkan hampir seumuran dengan ayahku, dia lembut dia dewasa dan dia juga penyayang.
Kini aku hanya berkhayal tentang yang sudah aku lewati, mimikirkan masa lalu yang kelam.
"Ibu, lihatlah aku sekarang ini." ucapku didalam hati.
mata ku pun mulai berat, perlahan-lahan aku mulai menutup mata, bermaksud untuk tidur juga