Suasana hening sejenak. Entahlah banyak orang yang lalu lalang namun aku dan dia tak memperdulikannya. Kami dilanda kesenjangan yang sangat membuat bimbang. Aku semakin bingung dalam memilih dan melangkah. Dia sudah mulai tenang, begitu juga aku. Kita harus selesaikan ini dengan kepala dingin, mungkin bisa menemukan win win solution.
Isak tangisnya pun mulai mereda. Suaranya terdengar melirih saat ini.
"Apa yang akan aku lakukan, Nez. Menurutmu. Katakanlah! Kalau posisimu berada di aku? Berikan jawaban yang seobyektif mungkin." Aku memecah keheningan siang.
"Tinggalkan dia, jangan terima tawaran itu apapun alasannya," balasnya singkat dan tanpa beban.
"Walau dia mati?" tanyaku.
"Walau dia mati," sahutnya lalu.
"Ayahku mengatakan kepadaku dan juga kepada keluarga mereka. Bahwa aku sebenarnya menolak menikahi Ayu ...," ucapku belum selesai.
