Biar dia saja kesini agar bicara sendiri dengan dokternya Fiya. Aku masih kaget dan pusing memikirkannya. Bagaimana kalau memang benar Fiya itu hamil? Bagaimana kalau dia sebenarnya tahu dan menyembunyikannya kepadaku dan Mas Royan? Pantas saja dia pergi dari rumah dengan membawa semua barangnya. Bahkan rela mencari pekerjaan dari rumah ke rumah demi mendapatkan uang untuk menyambung kehidupannya sendiri. Astaga!!! Cobaan apalagi ini?
Setelah mendapat perawatan intensif, akhirnya Fiya sudah dibolehkan pulang. Mas Royan juga sudah datang bersamaku, kami menyimpan seribu tanya untuk keadaan Fiya yang seperti ini. Sementara Fiya agar sejenak prepare dan menyiapkan diri untuk pulang, aku diluar klinik sedang berdiskusi dengan Mas Royan.
"Bagaimana dia bisa hamil? Siapa Bapaknya?" Mas Royan mengernyitkan dahi.
"Mana aku tahu, Mas. Selama ini dia cuma bilang sedang ditinggalkan pacarnya. Dan sekarang dalam pemeriksaannya, Fiya hamil dua minggu. Bagaimana ini, Mas?" tanyaku.