Memamg benar aku yang salah. Aku yang mencegahnya pergi. Aku mabuk berat dan mengira Mas Royan adalah dirinya. Astaga! Betapa malunya aku. Seperti wanita penggoda yang urat malunya sudah putus. Aku seperti wanita murahan.
"Huhuhu ... HUAAAAAAAAAAA!!!" Teriakku sekencang-kencangnya. Aku malu campur aduk dengan penyesalan dan merasa gak karuan, hati dan perasaanku kianĀ berantakan diiringi tangisku yang makin pecah. Aku sangat sedih semua harus terjadi seperti ini?
"Sudah ah Sayang, kenapa sampai segitunya, kalau ada apa-apa, kan aku sudah jadi suamimu. Kenapa harus setakut itu? Wajar kita bercinta Sayang, namanya juga suami istri, lagian kenapa harus malu, aku sudah pernah lihat kamu polos, saat mojok nangis di warung Benny itu. Jadi ini bukan yang pertama kali aku meihatnya," titahnya keenakan dan membela diri.
