Aku menatap wajahnya. Belum lagi aku mengusap luka-luka diwajahnya, air mata ini serasa tumpah. Aku menjatuhkan lututku lalu aku menelungkupkan wajahku di pangkuannya, diatas kakinya. Aku tak sanggup melihat wajah tampannya selama ini menjadi babak belur begitu. Sungguh baru kali ini aku melihat dia bisa hancur gara-gara aku! Ini semua salahku. Aku menangis sejadinya masih diatas kakinya.
Arman mengelus rambutku, dan menguatkan hatiku. Selama lima tahun ini baru kali ini aku melihat dia terluka. Aku tidak tahu sebenarnya ini salah siapa?
"Jangan menangis, aku baik-baik saja, kalau kamu menangis, kapan kamu akan mengobatiku? Wajahku perih rasanya semua," dia membuyarkan lamunan dan tangisanku. Aku sangat sedih dengan keadaan Arman. Sedangkan Mas Royan masih enak langsung perawatan di klinik.
"Sayang, aku hanya mengobati sementara saja, nanti aku antar periksa ya? Siapa tahu butuh obat dalam juga?"
"Enggak usah, aku baik-baik saja, besok juga enakan," jawabnya itu.