Dia masih mengelus punggung dan pinggangku. Ciumannya turun ia daratkan ke leherku. Ehm ... Aku geli dan mendesah kenikmatan dengan kecupan lembut itu. Kecupannya tak sekuat bila kami bercumbu yang lalu-lalu. Aku tahu dia takut meninggalkan tanda di leherku. Dia tak mau aku malu saat aku bertemu Mas Royan.
Saat aku mulai membuka kemejanya. Dia menghentikan kecupannya.
"Eh gak boleh, Yang! Ini tempat kerja. Sekarang jam kerja," jawabnya denga suara sedikit tersengal.
"Kenapa? Kan bisa sebentar saja. Aku mau melepaskan semua bajuku," jawabku masih berada dipangkuannya.
"Eh ... gak boleh, Sayang! Lihatlah kamu sudah cantik dan penampilanmu sudah rapi, aku gak mau mengacak-acaknya," Arman menggosok-gosok kepalaku sambil memberikan senyumannya.
Dia mengelus pipiku dan terus memandang aku. Aku juga membalas tersenyum kepadanya.