Arman benar-benar mengatakan itu dengan tegas dihadapan kami. Dia sedikitpun tak menampilkan kegugupan sama sekali. Dia tak gentar meskipun menghadapi pria dewasa yang telah berumur lima tahun diatasnya. Dia sama seperti aku dua puluh empat tahun, Mas Royan dua puluh sembilan tahun. Aku sungguh terharu melihatnya. Dia begitu tulus menginginkan kebahagiaanku. Meskipun bukan darinya.
"Satu lagi yang perlu kauingat Royan, selama aku mendampingi dia sedikitpun aku tak pernah menyakitinya. Dan kamu tiba-tiba datang dan membawanya? Kamu juga harus berjanji kepadaku untuk tidak menyakitinya sampai kapanpun. Jika kamu gagal dan menyakiti dia. Aku akan merebutnya kembali darimu!"
"Oke, setuju! Aku pasti membahagiakan dia. Aku sudah janji di depan orang tuanya sendiri."
"Janji lelaki pantang diingkari! Yang mengingkari dia tak pantas disebut lelaki!" Tambah Arman.