"Dahlah, Nez ... Lakukan saja, niatmu sudah baik, tapi memang sudah takdirmu harus kesana ya kesana saja." Liza mengangguk-angguk dihadapanku.
"Ya sudah, Bu kami pamit dulu, mohon maaf kami mengganggu jam sarapannya. Terima kasih, Bu." Liza berpamitan lalu menggandeng tanganku untuk meninggalkan kantin.
"Tidak apa-apa, berati sudah menjadi keharusan bagimu. Lagian empat hari saja tidak lama, anggap saja bonus. Dan itu sudah takdirmu untuk bertemu denganya. Nikmati saja masa-masa bersama dia, selagi bisa. Aku sudah bangga dengan kedewasaanmu." Liza berkata-kata sambil jalan denganku.
Iya sih. Aku sebenarnya sangat ingin bertemu dengannya. Bohong bila aku tak kangen sama dia. Aku hanya berusaha menjaga jarak saja. Demi dia, kalau buat aku sih aku malah demen banget dimanja-manjain dia, tapi kan kasihan dia nantinya pas kehilangam aku, mau manjain siapa nanti?