Jam tangan pada layar ponselku telah menunjukkan pukul sebelas malam, terlalu larut juga aku main sampai bisa nyasar ke rumah Royan. Ayah dan Ibuku pasti marah terhadapku, karena tadi aku yang berpamitan ke toko bu Tatik, malah sekarang tiba-tiba diantar Royan pulang dan motorku masih di titipkan kepada warga yang menolongku tadi. Aku mulai bingung memikirkan alasan apa yang akan aku katakan ya kepada mereka. Ah ... sebunyi-bunyinya lah apa kata bibir ini nanti, di lihat saja.
"Kamu nanti tidak usah bicara, biar aku yang menjelaskan kepada Ayahmu. Aku sudah punya ide alasan apa yang pantas buatmu," ucap dia yang di sampingku ini memecah keheningan.
"Tidak usah, aku tahu harus apa, kok" Bantahku masih dengan nada sama.
Nah, benar, kan Ayah dan Ibu sudah duduk-duduk di teras rumah dengan muka yang dipenuhi tanda tanya.
Mereka agak kaget karena mereka pasti hafal dengan mobil siapa yang sedang mendekat ke halaman rumahku ini karena baru tadi sore bertandang ke rumah. Royan dengan Mobil mewahnya itu.
Mobil Royan dengan merk A*di* A8 merupakan generasi keempat dari Sed*n adalah andalan bagi pabrikan Jerman. Mobil ini disebut sebagai kendaraan produksi pertama di dunia dengan kemampuan mengemudi otonom Level 3, yang secara teori, akan mengurangi kecelakaan. Keunggulan lain yaitu ramah lingkungan.
Mobil ini dilengkapi dengan teknologi mild hybrid electric vehicle (MHEV) sebagai fitur standar. Teknologi ini membuat A8 bisa untuk berjalan konstan di kecepatan antara 55 - 160 km/jam dengan mesin mati. Pengemudi cukup kickdown dan mesin dapat dinyalakan kembali dengan proses yang halus. Mobil yang kabarnya seharga Rp. 1,4 miliar ini pasti membuat orang-orang yang melihatnya melongo dan berdecak kagum juga pasti terpesona dengan pemiliknya. Contohnya Ayahku itu, sedangkan aku tak tertarik sama sekali dengan orang ataupun mobil dan hartanya.
Ibuku sungguh sangat mengerti aku. Dia buru-buru menghampiriku untuk segera menggandengku, mungkin dengan niat agar terhindar dari geraman Ayahku. dipeluknya aku dengan hangat. Royan keluar dari mobil dan mencium tangan Ibuku. di susul Ayahku yang juga menghampiri kami.
"Ayah, tadi Royan ketemu Inez di jalan, aku ajak sekalian saja ke rumah sebentar Yah, ya ... biar tahu rumah Royan lebih dulu sebelum Ayah dan Ibu kesana, lagi .. Pertemuan sore tadi bagi Royan masih kurang, Royan masih kangen ketemu dengan Inez, Ayah Ibu tidak marah kan Inez saya ajak ke rumah?" tanpa aku minta dia berbicara sesuai ide pikiran dia. Hummm ya sudah kalau dia berkata demikian. Aku sih senang saja tak perlu repot-repot mencari alasan. Mencoba mencari perhatianku dia, lumayanlah daripada kena marah Ayah, kalau dia yang ngomong pasti enggak mungkin marah, yang ada malah seneng Ayahku.
"Motormu dimana Nez?" tanya Ibu.
"Titip di teman Bu, besok Inez ambil," jawabku.
"Besok biar Royan yang jemput kamu, Nez. Aku antar berangkat kerja ya?"
"Enggak usah! Aku bisa minta jemput teman-temanku banyak yang searah kok."
"Enggak apa-apa, aku akan kesini pagi-pagi."
"Ehm ... Aku ada urusan pekerjaan yang penting, jadi jam tujuh pagi aku harus berangkat, kamu pasti enggak bisa kan?" nadaku setengah menantang dia.
"Oke, aku jemput jam setengah tujuh kalau begitu" sahutnya percaya diri.
Royan langsung memohon pamit kepada kedua orang tuaku, mengingat sudah cukup malam. Aku segera masuk ke kamar, karena melewati hari yang sangat-sangat melelahkan hati, pikiran, jiwa dan raga. Belum lagi esok hari, cerita apalagi yang akan aku lakui? Aku masuk ke kamarku lalu kubanting tubuhku di kasur empukku itu. Kupejamkan mata sembabku ini. Aku sangat lelah! Aku berfikir jam segini Arman sudah mempunyai waktu sendiri.
Aku merindukanmu Arman ... Sedang apa kamu semalam ini? Aku akan coba tanyakan dia.
[Kamu sedang apa sayang?] Chatku mengawali.
[Kamu belum tidur sayang? Aku masih ngobrol dengan Ayahnya Ayu]
[Belum, aku enggak bisa tidur. Makanya chat sama kamu. Ayu disitu juga?]
[Iya, nih dia di sampingku]
[Huh!!! gadis itu menyebalkan!!]
[Hahaa ... Jangan marah sayang. Aku bercanda. Dia sudah tidur dari tadi, hanya ada Ayahnya saja. Aku mau pamit tidak enak. Orangnya masih ngobrol terus, tidurlah dulu sayang, besok aku ceritakan. I love u]
[Kamu mulai kurang ajar, ditanya serius malah bercanda, aku tak suka ... Aku masih sensi, ya udah deh! Aku duluan. bye]
[Lhoo .. Kok Bye? Love you-nya mana?]
[gak ada, lagi di almari. Aku males ambil, dah Bye] Chat terakhirku kepada Arman yang enggak tahu situasi pakai bercanda yang aku enggak suka.
"Inez sayang, boleh ibu masuk sebentar?" Suara Ibu dari luar pintu kamarku, mungkin masih mencemaskan aku dan kurang percaya dengan perkataan Royan tadi.
"Tidak dikunci, Bu, masuklah." Ibuku buru-buru menghampiriku lalu duduk di sampingku yang masih tergeletak di ranjangku.
"Apa benar yang dikatakan Royan tadi? Kamu malam-malam ke rumahnya?" tanya Ibu menghawatirkan aku.
"Emmm ... Ibu jangan bilang Ayah ya, Bu? Itu semua tidak benar. Aku juga tak tahu dia beralasan begitu karena apa? Hanya cerita yang sebenarnya bukan seperti itu Bu."
"Katakanlah sayang, Ibu tak akan marah dan akan jaga rahasia,"
Aku segera menceritakan apa-apa yang sebenarnya terjadi. Aku yang pergi menuju ladang tebu, lalu pingsan dan diselamatkan warga, sampai bagaimana bisa berada di rumah Royan. Ibuku benar-benar ikut merasakan pilunya hatiku karena aku menceritakan detail sambil menitikkan air mata. Sungguh berat rasa yang aku pendam.
Tak lupa aku juga meminta maaf kepadanya karena awal berpamitan pergi ke toko, namun aku ternyata pergi ke tempat lain yang tidak aman. Ibuku memaklumi itu dan tak henti-hentinya bersyukur karena anaknya ini kembali ke rumah dalam keadaan selamat meskipun dipenuhi dengan drama dulu.
Setelah aku menceritakan semua kepada Ibu, Ibu langsung mengelus kepalaku dan mengecupku. Setelah mengucap selamat malam dan menyuruhku beristirahat, beliau meninggalkan kamarku.
Kini yang berusaha aku pikirkan adalah jalan keluar atas permasalahanku. Aku tak henti-hentinya berusaha menggagalkan perjodohan ini. Aku harus memutar otakku. Royan kata sudah jatuh hati padaku. Aku harus mencoba mempertemukan mereka berdua dulu, Royan dan Liza, siapa tahu Liza suka dan Royan juga suka kepada Liza, pasti mereka cocok, sama-sama orang kaya dan orang tua mereka sama-sama sosialita sepertinya. tapi bagaimana ya caranya?
Ayo mikir Nez ... Mikir, peras otak ... Siapa tahu mereka berjodoh dan aku bisa lepas dari situasi sulit ini. Aku ingin bisa bersatu dengan Arman, bukan yang lain.
Kenapa tidak? Liza pasti mau, dia single dan tidak pernah punya pacar atau gebetan.