Aku langsung duduk saja di meja yang asal aku pilih. Dia mengajak aku memilih menu. Aku malas dan aku biarkan Royan yang memesankan untuk aku.
"Nez, ayo pesan dulu," ajaknya, tapi aku enggan beranjak.
"Ya pesenin saja! Aku mau Pempek Palembang," jawabku singkat.
Royan pun bergegas menuju stand-stand Food Courd untuk memesan menu dinner kami. Saat dia duduk aku hanya sekedar bertanya saja, karena ini sangat mengganggu pikiranku. Liza kata pria ini playboy. Aku tanya saja langsung.
"Kamu Playboy ya?" tanyaku spontan.
"Hah?! Nanyaknya kok begitu?" Dia melotot kaget.
"Ya, temanku kemarin bilang bisa melihat guratan kamu adalah playboy," jawabku.
"Humm ... Kamu mulai minat tentang diriku ya? Atau sudah mulai cemburu?" duganya.
"Ih enggak lah, kalau emang kamu playboy aku mau bilang Ayahku soalnya. Dia pasti enggak suka lagi sama kamu."
Eh ... Dia malah tertawa mendengar ocehanku. Dia malah bilang kalau Ayahku sudah tahu semua tentang masa lalu dirinya bahkan masa lalu orang tuanya. Dia mengaku ketika remaja sampai awal kerja saja sempat menjadi playboy, hingga akhirnya dia menemukan wanita yang ingin ia seriusi dan akan ia peristri, namanya Keisya. Sejak saat itu dia sudah berusaha untuk setia dan memiliki satu wanita.
Royan sudah yakin bahwa wanita itulah calon istrinya, hingga semua tak terduga ketika keluarga Keisya memutuskan untuk berhijrah, keluarganya segera pindah dan menjual semua harta dan kekayaan yang ia dapat dengan cara kredit, riba dan segala macamnya yang menurut mereka tidak jelas itu. Mereka pindah ke Kota ayah Keisya. Keisya diharuskan bercadar oleh orang tuanya dan meninggalkan Royan untuk dinikahkan dengan orang lain, karena itu Keisya meninggalkan semua yang ada. Sampai disitu lah Royan sangat linglung, disaat ia berubah menjadi setia. Malah ia terima hal yang seperti ini.
"Mungkin itu karma juga buat aku karena dulu suka gonta-ganti cewek. Sejak saat itu aku sudah jadi pria setia Nez, kamu jangan takut. Percayalah cuma kamu sekarang yang aku dekati, karena itu aku ingin mencari gadis yang jelas dan dari keluarga yang jelas baik, seperti kamu, atas saran orang tuaku. Aku takut memilih sendiri, jujur saja aku masih takut karma. Kalau aku sudah menikah dan bisa menjadi suami yang baik. Mungkin karma itu akan luruh sendiri. Lagi aku sudah berusia segini? Masak aku masih main-main dengan perempuan? Aku juga ingin berkeluarga dan punya anak. Selayaknya pria normal," jelasnya serius kepadaku. Hah?!! Apa?! Anak? Mimpi kali. Nikah saja belum sudah mikir anak? mana bisa aku dengannya aku kan enggak ada rasa cinta, yang ada rasa benci. Aku hanya mau anak dari Arman. Bukan darimu!
"Jadi bilang kepada temanmu. Playboy itu bagian dari masa lalu, aku sudah lama menjadi lelaki setia." jawabnya.
Makanan pesanan kami telah datang diantar oleh seorang waitres yang ramah. Lah, kok ada tiga piring Pempek Palembang nih? terus ada Ayam Bakar W*ng Solo?
"Eh emang kamu pesan apa? Banyak banget," tanyaku keheranan.
"Ya itu buat kamu, tiga porsi Pempek. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau lagi sama aku bakal menguras emosi kan? Terus kamu butuh sampai tiga piring makanan? Makanya aku antisipasi itu. Sudahlah tidak apa, aku suka sama gadis apa adanya. Tak usah malu kalau kamu memang suka makan," selorohnya enteng.
Eits dah! Dia anggap serius celotehanku waktu itu. Padahal aku, kan hanya membual. Ya sudah aku coba habiskan saja biar dia jadi illfeel sama aku. Biar jijik deh sekalian lihat aku makan. Aku tuang saja dua piring itu jadi satu. Lalu aku berdoa sebentar, aku makan deh dengan lahapnya dan cepat-cepat, tanpa menggubris dia yang melongo saja melihat aku makan tanpa henti. Dia belum memulai aktivitas dinnernya, aku sudah mau habis setengah piring. Haha jijay, kan kamu lihat aku? Masih mau setiap hari bersama aku dengan pemandangan yang begini?
Tatapanku mulai terfokus kepada gadis cantik tinggi semampai berambut lurus namun bagian ujungnya bergelombang keriting gantung. Dia seolah berjalan lurus ke arah mejaku, dan dia semakin mendekat seakan memang menuju mejaku.
"Selamat malam, mohon maaf mengganggu. Bisa aku meminta waktunya sebentar. Aku ada perlu dengan Royan." Dia tersenyum manis dan cantik juga. Siapa ya dia? Aku sangat-sangat tak masalah. Maka aku mengangguk pelan. Justru malah Royan yang wajahnya kaget.
"Laura?!"
"Aku susah menemukanmu, dihubungipun susah. Aku mau bicara sebentar denganmu." Dia langsung menarik lengan Royan. Memang kenapa kalau mereka mau berduaan kek, mau bepergian bersama, kek! Aku masa bodoh! Aku enggak ada perasaan sama dia.
"Sebentar ya, Nez," pamitnya. Aku tak menjawab apa-apa, mangangguk juga enggak. Mereka segera meminggir tapi tak begitu jauh dari mejaku. Mereka tak tahu ya. Telingaku ini bisa sangat tajam kalau lagi ada maunya. Sanaan dikit kenapa kalau memang berbicara hal rahasia.
"Itu calon istrimu?"
"Iya, siapa lagi? Kamu, sengaja mengikutiku?"
"Dia tidak tinggi dan tidak begitu cantik sepertiku,"
"Aku takut memiliki istri terlalu cantik, nanti malah aku ditinggal selingkuh."
"Hahaha, takut? Bukannya kamu tukang selingkuh dulu? Duniamu sudah kekurangan wanita?"
"Laura, katakan saja keperluanmu."
"Kamu serius mau menikahi dia?"
"Iya lah, orang tuaku juga sudah suka dia. Ayo lekas bicara apa? Aku tidak ingin diganggu. Aku sedang dinner." Tampak oleh mataku seakan keduanya berdebat. Mereka tak tahu ya ucapan mereka itu sangat jelas di telingaku? Siapa sih wanita itu. Selalu berusaha memegang lengan Royan namun berkali-kali ia menepisnya.
"Aku pikir kau telah tidur denganku, kau mencintai aku. Aku kira akulah yang akan kau nikahi," ucap wanita itu.
ASTAGA!!! Baru saja sekian detik dia bilang berubah setia. Sekarang aku dengar ada wanita yang mengaku tidur dengannya? Sorry ya aku bukan cemburu, sekali lagi bukan cemburu karena aku memang tak cinta dia, justru aku senang. Aku akan ceritakan hal ini kepada Ayah. Pasti Ayah akan marah besar dan memutuskan kami.
"Ayolah Laura, bukankah kau sudah tahu saat itu aku hanya bilang kita jalani saja dan aku juga sudah bilang padamu, aku belum tau bisa membuka hati untuk wanita lain atau tidak? Bahkan bisa mencintaimu atau tidak?
Kau tahu itu. Apa kau mau menuntutku?"
"Kalau tak cinta kenapa kau tidur denganku?" Eh? wanita cantik itu menangis.
"Ayolah Laura. Kita melakukannya tanpa paksaan. Aku dalam pengaruh alkohol ketika itu dan aku sangat patah hati. Aku tak bisa berpikir jernih."
"Apa kau hamil?"
"Aku tak tahu."
"Kalau kau hamil beritahu aku, tapi aku tak bisa mencintaimu. Maafkan aku. Aku sudah akan menikah dengannya."
"Sehebat apa gadis itu? Berapa kali kau tidur dengannya?" Hei ngawur, aku bukan cewek murahan dengan cowok kaya main nyosor saja. Pingin aku bogem saja tuh mulut.