Ayu dituntun oleh Ibunya dan segera duduk bersama kami, tadinya dia tidak keluar dan seperti yang kemarin, dia terlihat menangis dan menundukkan kepala saja. Aku pun terus menatapnya tak berkedip. Yang aku tidak habis pikir. Bagaimana dia setega itu memfitnah dan mempermainkan aku? Aku selalu membantunya? Kalau hanya aku yang dia sakiti masih mending. Ini kan sama saja merusak nama keluargaku dan menyakiti Ayahku, Ibuku dan adikku semua? Apalagi tak lama lagi bakalan tersebar berita ini disini.
"Duduklah, Ayu. Arman masih terus berkelit dan tidak mengakui janin kamu. Katakan sesuatu, Ayu!" ucap Bapaknya.
"Kalau memang Mas Arman tidak sudi menikahi Ayu dan tidak mau menganggap anak ini adalah anaknya, Ayu akan lepaskan dia. Biar saja Ayu membesarkan dia sendirian dan sakit hati Ayu akan Ayu sembuhkan sendiri." Astaga Ayu masih tetap beraksi seperti ini? Inginku berkata kasar, tapi tak mungkin.
"BRAKKKHH!!!" Kakak laki-laki Ayu menggebrak meja ini, kami terkaget semuanya.