"Suaminya pasien silahkan masuk." Perbincangan kami terputus ketika petugas medis memanggil seseorang. Lah? Gimana ceritanya, aku bukan suaminya. Aku menyuruh Fiya saja yang masuk dan aku menunggu diluar, tapi Fiya malah menyuruh aku yang masuk agar nanti disampaikam sendiri ke Royan.
"Mas saja yang masuk, nanti bisa langsung telfon Bapak, kan? Kalau saya gak ngerti nanti, Mas. Saya lagi hamil pula. Gak bisa bantu apa-apa nanti, siapa tahi butuh bantuan apa daei Mas Arman," ucapnya melimpahkan kepadaku. Akhirnya ya aku masuk saja memenuhi panggilan tadi.
Aku diminta memasuki ruang dokter kandungan, setelah aku memasuki tampak Inez berbaring dengan selang infus yang dipasang ditangannya. Dia masih berbaring dan beristirahat. disampingnya ada aku yang dipersilahkan duduk oleh dokter tersebut. Aku gemetar juga menghadapi ini. Mengingat aku tidak berpengalaman juga dalam hal ini.