Aku harus segera mengangkat telfon Mas Royan. Aku hold dulu panggilannya Arman, aku segera beralih ke Mas Royan.
"Hallo, Sayang. Lagi telfon siapa nih malam-malam? Kok susah masuk dari tadi Mas telfon?" cercanya dan aku bingung mau jawab apa? Mau jujur aku takut, mau bohong tambah dosa.
"Aku barusan nelfon teman Mas, sudah lama gak kabar-kabaran. Jadi iseng saja tanya kabar. Sudah sampai mana Mas?" tanyaku dan berusaha berbicara serelaks mungkin.
"Sudah lumayan dekat sih, nih masih berhenti mau makan malam, Aku juga sudah memberi Rizky latihan mengemudi mobil, jadi ya dia sudah mulai bisa pelan-pelan gantiin aku nyetir. Biar gak terlalu capek juga, kamu sudah makan malam, Sayang?"
"Belum, Mas. Ya ini mau turun ke Fiya untuk makan. Tadi masih nelfon teman dulu. Ya sudah Mas lanjut saja kegiatannya. Aku mau turun dulu kalau begitu," pamitku mengakhiri dan segera aku tutup telfonku dari dia. Aku beralih lagi menghubungi Arman karena tidak sopan juga tadi tanpa pamit.