Dia gak pernah melarang-melarang aku, apalagi memaksa aku, kalau hanya berpesan sih iya, tapi sejauh ini dia berusaha mengerti aku dan berusaha sabar. Baguslah kalau begitu. Aku juga bisa makin benci kalau dia sampai memaksakan kehendaknya seenaknya sendiri.
"Eee ... Eee ada Cintah, ehem. Cintah lagi ketemu Bebebh gimana sekarang. auw auw. Aku tuh jadi syedih, tapi sudah takdir harus gimana ya kan??" Bang Benny datang dan memberikan aku kopi panas.
"Gimana kamu Bang Benn? Sudah dapat ganti yang itu kah?" tanyaku.
"Eike santai lah sekarang, Cint. Ehem ehem sambil nunggu si Bebebh nih. Siapa tahu habis patah hati ada kesempatan belok ke diriku. Xixixi," goda Bang Benny.
"Yaa ... Aku gak seputus asa itu kali, Bang, Wkwkwk," balas Arman tertawa.