"Besok kamu sudah boleh pulang Sayang, istirahat di rumah ya? Aku tadi menemui doktermu. Keadaanmu sudah membaik,"
"Iya. Terima kasih Mas," jawabku.
"Kamu telefon siapa tadi? Aku sempat melihatmu buru-buru menutupnya saat aku mau masuk kamarmu," tanyanya. Aku langsung menatapnya. Mana mungkin aku bilang kalau itu Virna.
"Arman?" Dia mengangguk-anggukkan kepala. Aku menggeleng dengan cepat.
"Siapa kalau gitu? tapi kalau kamu gak mau bilang juga. Gak apa. Aku gak masalah." Dia masih menyuapi aku.
"Bukan. Teman ... Ini cewek kok. Pas saja dia telfon tanya tentang musibah ini kepadaku. Teman Liza juga," jawabku. Huh! Aku gak harus takut dong kepadanya? Ini Ponselku dan terserah aku mau telfon siapa saja?
"Boleh aku lihat ponselnya?" Nah? Mau apa dia lihat ponselku. Bodohnya aku juga menyerahkan ponsel itu kepadanya. Lhah, Eh? Dia baca tuh nama dan ia lakukan panggilan ke nomor itu. Aku sudah kasih nama orang lain. Bukan Virna. Haduuuh! Bagaimana kalau ketahuan?