Arman lalu mengajakku masuk ke kontrakannya. Di meja telah ia siapkan jajanan dan kue oleh-oleh khas Malang itu juga ada dua gelas yang satu isi teh yang satu isi kopi.
"Kamu bikin dua? Kenapa teh dan kopi?" tanyaku.
"Karena pagi ini kamu ingin teh atau kopi? Dan aku meminum sisanya yang tidak kamu pilih. Aku gak mau repot bikin pas kamu sudah datang. Karena itu aku bikin duluan saat menunggu kamu," jawabnya.
Dia duduk di sofa itu lalu menarik tanganku. Dia menyuruh aku dengan bahasa tubuh untuk aku duduk dipangkuannya, menghadap kesamping. Aku memeluknya lagi dan menyandarkan kepalaku didadanya. Aku ingin berkangen-kangenan sama dia dulu. Sayang-sayang waktu bersamanya tidak bisa lama. Jadi harus kami gunakan dengan sebaik mungkin.
"Sayang ... Ayo kawin lari sekarang juga," celetukku lagi-lagi.
"Kenapa kumat lagi? Aku sudah banyak mengatakan tentang itu kepadamu," jawab Arman.