"Ayah janji, dia tak akan pernah menyakiti putri Ayah, selama Ayah masih hidup. Ayah akan terus memantau dan menilai dia. Jangan pernah takut. Ayah yang memilihnya. Ayah yang akan bertanggung jawab akan seperti apa kehidupan kalian kelak. Percaya pada Ayah." Ayah menambahkan kata-kata, tapi aku tetap berjalan memilih untuk segera berangkat kerja. Aku tidak memberi jawaban iya atau tidak. Sudahlah ... Aku berangkat saja.
"Assalamu'alaikum Ayah, salam pamit kepada Ibu," balasku sembari meninggalkan rumah dan memacu motorku.
Kantor Surabaya