Arman menenangkan aku, dia mencoba menghentikan tangisku. Kami berdua masih di atas meja dengan keadaan nafas yang masih memburu.
"Dia bohong, dia sok tahu. Aku justru bahagia bila bersamamu, sama sekali aku gak tersakiti. Aku tersakiti justru kalau melihatmu sama dia. Kalau urusan kautinggalkan atau pernikahanmu biarlah itu aku rasakan kelak, aku gak harus memikirkannya sekarang. Buat apa? Membebani pikiran saja. Padahal kamu masih bersamaku. Hatimu masih untukku dan aku masih untukmu." jelasnya dan aku mendengarkan dengan seksama.
"Dan ingatkan kepadanya perkataanku kemarin, aku gak akan meninggalkanmu sampai kamu benar-benar menikah. Aku sudah ucapkan itu dihadapannya, mungkin dia lupa, makanya menyuruh kamu meninggalkan aku. Karena dia tahu, aku gak bisa ninggalin kamu," tambahnya.
Memang benar juga apa kata Arman, bila kami bersama terasa bahagia, gak ada rasa sakit. Justru yang sakit mengingat ikatan dengan Mas Royan.