Yama terkejut sekali ketika ia menatap sebuah gundukan yang ia yakini sebagai sebuah mayat yang tergeletak di tengah-tengah lapang atau lokasi yang sudah porak poranda tersebut, ia pun bertanya kepada Philip dan menunjuk ke arah jasad itu dengan tangan yang bergetar.
Ia merasa sangat tidak percaya ketika Philip mengangguk untuk menjawab bahwa yang dilihat olehnya adalah benar, sebuah jasad yang kini tergeletak dengan posisi yang mengenaskan.
Pandangan Yama kini menatap Philip yang berjalan menghampiri jasad tersebut, sebenarnya Yama ingin sekali menghentikan langkah si lelaki tato itu, namun ia juga tidak bisa bersuara, sehingga pada akhirnya ia berjalan mengikuti langkah dari Philip yang mendekati jasad tersebut. Seolah Philip ingin dirinya juga melihat lebih jelas jasad dari orang yang terbunuh di dalam dimensi tersebut.
"Ke … kenapa mereka meninggalkan jasad di sini?? apakah mereka pembunuh?" tanya Yama kepada Philip dengan pandangan ang menoleh ke arah atas dan enggan untuk melihat jasad yang berada tepat di hadapannya saat itu.
"Sadis … kenapa mereka melakukan hal ini hanya untuk bermain?" sebuah pertanyaan yang diterima oleh Yama, membuat dirinya pun pada akhirnya menoleh menatap Philip yang kini tengah berjongkok di depan sebuah mayat yang terlihat sangat mengenaskan.
Sebuah tubuh dengan hanya menyisakan sebuah kepala dan tubuh tanpa lengan dan kaki, yang juga memiliki rupa yang sudah rusak, seolah dengan sengaja dirusak oleh orang-orang keji tadi, agar jasad dari orang itu tidak lagi dikenali.
Darah yang menggenang di sekitarannya dan sisa-sisa daging yang berceceran di sekitaran tempat Yama berpijak, membuat Yama merasa mual dan pusing. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia akan melihat jasad mengerikan yang nyata yang kini berada tepat di depannya.
Rasa mual itu sangat tidak tertahankan, yang pada akhirnya Yama berlari menjauhi jasad tersebut dan muntah di ujung lorong yang sudah hancur itu. Ia berusaha untuk mengeluarkan kembali semua yang ada di dalam lambungnya makanan dan minuman yang ia masukan ke dalam perutnya beberapa saat yang lalu, namun ia tidak mendapati apapun selain cairan putih dan rasa yang sangat tidak ia sukai.
Ia merasa sangat pusing dan ketakutan, tangannya bergetar dan keringat yang mengalir di pelipis pun terasa sangat dingin. Ia tidak pernah memiliki pikiran jika lawan dari dirinya adalah orang-orang atau penjahat kejam yang akan membunuh lawannya hingga sesadis itu.
Yama merasa ketakutan, dan ia berjongkok seraya menangis dalam diam, berharap dirinya untuk bisa cepat pulang kembali ke dunia. "Aku ingin pulang …." itulah bisikan Yama kepada dirinya sendiri.
"Hhh …. hhh …." Yama berusaha untuk tenang, dan menstabilkan napasnya. Ia merasa bahwa menangis dan merengek seperti anak kecil tidak akan membuatnya bisa kembali ke dunia, dan Yama mengerti akan hal itu.
Ketika ia berusaha untuk menstabilkan napasnya, pandangannya kini menoleh menatap arah kanan bawah, di mana sebuah potongan tangan yang kini terlihat sudah hancur, kembali mengejutkan Yama yang kini berteriak cukup histeris.
"AAAKKh!!!" teriak Yama, ia melangkahkan kakinya untuk mundru sebanyak empat langkah dan menutup kedua matanya dengan kedua lengannya yang bergetar.
"Ada apa?!" tanya Philip yang kini berlari menghampiri dirinya, Yama dengan ketakutan pun menunjuk ke arah tangan tersebut seraya berucap,
"A …aku menemukan tangan dari jasad itu." jawab Yama ketakutan, dan hal itu membuat Philip menghembuskan napasnya dan kemudian melangkah kembali ke arah jasad itu dan merobek kain baju yang dikenakan olehnya.
Yama yang merasa penasaran pun hanya bisa melihat gerak-gerik dari Philip, tanpa bertanya apa yang akan di lakukan olehnya. Ia melihat Philip yang dengan segera kembali berjalan menuju potongan tangan yang hancur tersebut dan mengambilnya, untuk kemudian ia bawa dan kembali meletakan tangan itu ke dekat jasad yang telah hancur.
"Setidaknya, kita harus mendekatkan potongan tubuhnya, Yama." ucapan Philip, membuat Yama merasa bahwa itu merupakan sebuah penghormatan terakhir yang bisa dilakukan oleh Philip kepada sang pemilik tubuh, yang membuat Yama pun mengangguk dan mengikuti apa yang diucapkan oleh Philip, ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari potongan tubuh yang lainnya.
Yama berjalan ke sudut kiri ketika ia melihat ada potongan kaki yang terselip di bawah semak-semak labirin tersebut, ia berusaha untuk menstabilkan napasnya dan memberanikan diri untuk mengambil potongan kaki tersebut menggunakan kain yang diberikan oleh Philip kepadanya.
"Apakah itu sebabnya kenapa kau mengatakan bahwa hal yang perlu kita waspadai salah satunya adalah orang-orang yang kita temui?" sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Yama kepada Philip, membuat Philip yang tengah mengambil kaki lainnya di ujung yang bertolak dengan Yama pun menganggukkan kepala untuk menanggapi pertanyaan dari Yama.
"Ya … itulah sebabnya aku mengatakan kau harus mewaspadai mereka, mereka tidak akan segan melakukan hal seperti ini kepada kita, Yama." jelas Philip kepada Yama yang kini terdiam menanggapi jawaban itu.
Ia berjalan membawa potongan kaki tersebut dan meletakan potongan kecil itu di dekat jasad tanpa oengenal yang telah mereka temukan.
"Philip … ini semua membuatku merasa takut dan juga sedih." ucap Yama kepada Philip yang kini menoleh menatapnya yang tengah menatap jasad itu dengan diam.
"Melihat kengerian ini, membuatku menjadi bertanya-tanya, apakah aku bisa pulang dengan selamat?? aku tidak mau berakhir seperti orang yang berada di hadapanku saat ini, tapi aku juga tidak bernai untuk melawan mereka, aku takut aku kalah." ucap Yama menjelaskan semua rasa yang ada di dalam dirinya dan semua pemikiran yang ada di dalam kepalanya saat ini kepada Philip.
Mendengar ucapan itu, tentu membuat Philip memahami anak kecil itu. Ia berjalan menghampiri Yama dan kemudian menepuk bahunya, "Tenanglah, Aku akan pastikan jika kau bisa kembali pulang … dan jangan takut, kau memiliki kekuatan yang hebat." ucap Philip berusaha untuk menguatkan Yama yang kini menoleh menatapnya dengan penuh keraguan.
"Jangan pernah ragu dengan kekuatanmu itu, Yama." ucap Philip seraya mengusap bahu Yama dan kemudian menepuknya kembali untuk mengajaknya pergi dari lokasi itu.
"Ayo! Lebih baik kita lanjutkan perjalanan dan segera meninggalkan lokasi ini!" ajak Philip, yang membuat Yama pun menganggukkan kepala dan berjalan mengikuti langkah dari lelaki bertato yang sangat baik.
Mereka berjalan keluar dari lokasi tempat di mana jasad tanpa pengenal itu berada dan memutuskan untuk melangkah melawan langkah kaki dari mereka yang menghancurkan labirin tersebut dengan batu yang besar itu, guna menghindari perkelahian sengit yang tidak mereka inginkan.