Hari terasa begitu lama, Yama merasa sangat lelah namun dirinya menyadari bahwa waktu siang saat itu melebihi waktu siang ketika ia berada di dunia, dan setelah mengalami apa yang diucapkan oleh Philip, membuat Yama pun mulai memercayai perkataan dari Philip beberapa waktu yang lalu.
"Philip … " Panggil Yama kepada Philip yang kala itu berjalan di depan dirinya terlebih dahulu, dan mendengar panggilan dari Yama, Philip pun menoleh menatapnya.
"Ada apa?" tanya Philip kepada Yama yang kini berdehem dan kemudian ia pun berucap,
"Sudah berapa lama, kau berada di sini??" tanya Yama kepada Philip yang kini tampak berpikir ketika Yama mengimbangi jalannya bersamaan dengan Philip di labirin siang itu.
"Um … sebelas bulan, aku berada di sini selama sebelas bulan lamanya" jawab Philip kepada Yama yang kini terkejut mendengar hal itu. Dengan bukti bahwa dirinya saat ini mengangakan mulutnya selebar-lebarnya hingga membuat Philip terkejut melihat paras Yama seperti itu.
"Itu adalah waktu yang cukup lama, apakah kamu tidak merindukan keluargamu?" tanya Yama kepada Philip yang kemudian tersenyum dengan miris seraya menghela napasnya, sebelum akhirnya berucap,
"Tentu aku sangat merindukan mereka." jawab Philip kepada Yama, yang akhirnya membuat Yama menjadi merasa tidak enak karena membahas hal yang bersangkutan dengan keluarga kepadanya.
"Maafkan aku." ucap Yama kepada Philip yang kemudian membuat Philip menggelengkan kepalanya, menanggapi permintaan maaf dari Yama.
"Tidak, Tidak … terima kasih karena kau telah menanyakan hal itu kepadaku." ucap Philip kepadanya yang akhirnya membuat Yama pun tersenyum dengan canggung di hadapan Philip.
"Ayo … kita harus kembali berjalan sebelum waktu berubah menjadi gelap." ucap Philip seraya melangkahkan kakinya dengan cepat, yang membuat Yama pun segera berlari dan mengimbangi langkah kaki dari Philip, mereka sama-sama berjalan tergesa untuk mencari tempat yang nyaman untuk mereka singgahi saat itu.
Baru saja Philip dan juga Yama melangkah sebanyak lima langkah dari tempat awal Philip berucap demikian, langit yang kala itu terang benderang pun seketika berubah menjadi gelap gulita, yang pada akhirnya membuat Yama terkejut dan seketika menghentikan kedua langkah kakinya seraya memanggil Philip dengan suara yang ketakutan. Yama baru saja mengalami hal yang mengejutkan seperti yang sudah dijelaskan oleh Philip sebelumnya, dan hal itu tentu saja tidak bisa membuat Yama tidak terkejut, karena dirinya belum terbiasa dengan hal itu.
"Ah! Apa yang terjadi?! Philip … Philip!!" panggil Yama ketakutan, dan Yama merasa panik dan lengannya ia ayun-ayunkan ke depan untuk meraih sesuatu atau mencengkram setidaknya bahu dari Philip.
"Hei … Hei … Hei … tenanglah nak!" ucap Philip yang berada entah di mana, seraya menggenggam lengan Yama yang sedang mengayun ke sana - ke mari dengan panik.
Merasa bahwa lengannya di genggam erat oleh Philip, Yama pun perlahan dapat menenangkan dirinya sendiri. Tidak lama dari sana, cahaya pun muncul dari beberapa semak-semak labirin itu, seolah mereka menjadi penerang mereka semua yang ada di dalam dimensi tersebut.
Pandangan Yama kini tertuju pada Philip yang juga menatap Yama dengan cukup was-was, "Kita harus segera bersembunyi, Yama!" ucap Philip seraya mengajak dan menarik Yama untuk berlari pergi dari tempat itu dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.
Langkah kaki Yama kini mengimbangi langkah dari kaki Philip yang berlari cukup kencang di dalam labirin itu, melewati beberapa tikungan yang mengeluarkan suara-suara aneh yang berbeda di setiap tikungannya, yang tentu saja membuat Yama yang mendengarnya menjadi merasa tidak tenang dan semakin menjadi ketakutan karenanya.
...
'Aku tidak menyangka dan tidak pernah bisa menggambarkan suasana kali pertamanya aku bermalam dan berada di Dimensi misteri itu. Suara-suara dari tikungan di setiap labirinnya membuatku tidak akan pernah lupa, bahwa aku bisa menjadi setakut dan sekecil itu.' - Nakamura Yama.
(waktu yang tengah bergulir saat ini - Eiji)
Pip … Pip … Pip …
Waktu menunjukkan pukul lima pagi, dan Eiji yang kala itu belum tertidur pun segera menekan tombol alarm dari jam yang ada di nakas meja samping dan membuat dirinya meletakan buku catatan milik Yama.
Pikiran Eiji saat ini melayang-layang dan bertanya-tanya, semenjak ia membaca catatan milik Yama, Eiji merasa bahwa yang dituliskan oleh Yama penuh dengan perasaan dan perasaan itu terbawa hingga terasa pada diri Eiji. Ingin rasanya ia kembali membaca buku catatan milik Yama mengenai dimensi labirin itu, namun Eiji tidak bisa menjadi seseorang yang Egois karena dirinya pun harus bersiap untuk pergi sekolah pagi itu.
Meski pun seperti itu, namun Eiji tetap tidak bisa berhenti memikirkan kisah mengenai Yama di dalam labirin itu, tiga hal yang diucapkan oleh Philip kepada Yama menerap di dalam kepala Eiji yang kini memilih untuk melamun di dalam kereta cepat dari pada mendengarkan ucapan Shuta yang entah membahas apa pagi itu.
Merasa bahwa dirinya tidak di gubris oleh Eiji, Shuta pun kini menoleh menatapnya yang tengah melamun dan menoleh menatap ke arah pemandangan di luar sana, yang membuat Shuta pun menghela napasnya dan menepuk bahu Eiji sebanyak tiga kali.
Merasa bahwa Shuta menepuk dirinya, Eiji pun menolehkan pandangannya kepada Shuta yang kini terlihat terkekeh di hadapannya seraya berucap, "Khkhkh … kurasa akhir-akhir ini kulihat kau sering melamun ya, kenapa?? apakah ada yang kau sukai?? siapa?? Nanase-san?" ucap Shuta memberikan ribuan pertanyaan yang dilontarkan olehnya kepada Eiji yang kini terkejut mendengar itu semua.
"Ha?! apa yang kau katakan, Shuta! Aku tidak menyukai siapun termasuk Nanase, kenapa kau beranggapan seperti itu?!" tanya Eiji separuh tidak percaya jika sahabat kecilnya itu memiliki pikiran jika Eiji tengah melamunkan seseorang yang jelas-jelas tidak disukai olehnya.
"Habisnya kau tidak mendengarkan ucapanku dan memilih untuk melamun sepanjang perjalanan, oh ayolah Eiji! Tidak perlu sungkan untuk bercerita, aku kan teman baikmu!" ucap Shuta kepada Eiji yang kini benar-benar tertawa karena tingkah bodoh dari Shuta dan ucapan bodohnya juga.
"Tidak Shuta … aku sedang tidak jatuh cinta, lagi pula kenapa harus aku jatuh cinta di usiaku yang masih muda??" tanya Eiji kepada Shuta yang kini menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan tersebut.
"Tidak bodoh! Seharusnya kau merasakan jatuh cinta di usiamu yang masih muda, karena jatuh cinta itu adalah indah!" ucap Shuta kepada Eiji yang kini berjalan keluar dari stasiun untuk berjalan dengan santai menuju sekolahan mereka.
"Oh! Jadi kau sudah pernah merasakan jatuh cinta, benar bukan?" tanya Eiji kepada Shuta yang kini mengangguk dengan spontan dan kemudian terdiam lalu menoleh ke arah Eiji yang tertawa dan berlari seraya berteriak, "Wah!! Shuta merasakan cinta monyet!!" teriak Eiji mengejek Shuta yang kini berlari mengejar Eiji karena kesal.
"Oi, Eiji!! Awas kamu ya!! Oi!! tunggu!!" ucap Shuta kepada Eiji yang berlari mendahuluinya yang tengah tertinggal di belakang, dengan gelak tawa yang terdengar begitu riang, dan itulah yang dihabiskan oleh Eiji bersama dengan Shuta dan juga bersekolah, ketika ia dengan sengaja menyimpan Catatan milik Yama di rumahnya, karena ia merasa bahwa ia pun memiliki kehidupan lain selain membaca cerita pengalaman Yama mengenai Dimensi lain yang mereka sebut dengan dimensi misteri.