Husna meninggalkan perkebunan buah dengan hati yang penuh harapan. Ia berharap akan mendapatkan kehidupan yang baik nantinya. Apalagi ia harus menghadapi para istri Hilman. Tapi yang membuat ia penasaran lagi, mengapa Hilman memiliki dua istri? Apa karena kekayaanya? Tetapi Husna tidak memiliki sesuatu yang spesial dari Hilman.
"Husna dan Hilman, hahaha! Kayaknya lebih cocok yang itu. Daripada Laila dan Hilman, kurasa ini kurang etnis. Eh, kurang etis. Hehehe," kekehnya. Mengendarai ia mengendarai motor dengan barbar juga.
Bukan hanya tingkah dan gayanya, ia selalu senang-senang dalam hidupnya. Namanya Lailatul Husna. Entah tahu dari mana orang tua memberi nama itu. Tetapi ia sudah tidak perlu lagi bertanya pada orang tuanya. Saat ini yang harus ia lakukan adalah menjalani hidup yang diberikan Tuhan padanya.
