"Rafaella! Rafaella! Apa kau mendengarkanku?"
Dia menggeleng-geleng kepala cepat. Berdecak kesal karena mengingat kembali masa di mana dirinya dianggap lemah. Harusnya Rafaella fokus dengan pekerjaan yang dia lakukan. Setelah membasmi para pengawal. Dia berjalan cepat menuju apartemen dekat Sinar Fontana. Memegang pistol glock disertai lima buah magazine.
Saat membuka pintunya, Pak Marsito sedang dalam keadaan sekarat. Rafaella bergegas untuk menolongnya. melihat tubuhnya berlumuran darah. Beliau pasti mengalami luka cukup parah. Termasuk enam jari telah dipotong. Satu tangan dipotong oleh laki-laki bertopeng badut sebanyak tiga jari.
"Aku … tidak tahu apa-apa tentang tasbih itu."
Rafaella tidak peduli dengan benda yang dimaksud. Selama kliennya selamat, itu sudah cukup. Dia mencari cara untuk membebaskan Pak Marsito. Pisau digenggam olehnya. Memotong ikatannya sekuat tenaga. Setelah itu, Rafaella berhasil merangkul kedua lengannya.
"Siapa … kau?" kata Pak Marsito.