Delapan tahun yang lalu setelah Jimmy menghadiri pernikahan Faris dengan Nike, dia menerima sepucuk surat misterius warna biru. Bau wanginya menyengat, sampai membuat bulu hidung Jimmy terasa geli.
Ketika mau membukanya, Suryadi menemuinya di luar rumah. Terlihat banyak warga yang berkunjung ke sana. Termasuk tetangga sekitarnya, mengucapkan selamat padanya. Jimmy membuka dompetnya, melihat foto kenangan bersama kekasihnya, Tari. Foto diambil saat dirinya kencan dengan dia seleum Jimmy ditugaskan. Kini, semua itu hanyalah tinggal kenangan semata.
"Galau nih?"
"Maaf. Masih kepikiran Tari."
"Dasar. Kau ini tidak pernah berubah."
"Ngomong-ngomong, ada perlu apa?"
"Kau sekarang di mana? Semenjak mengundurkan diri dalam kemiliteran, kau tidak pernah muncul dalam reuni maupun ketemuan dengan kami," kata Suryadi mengekspresikan kekhawatirannya.
Namun tidak ada jawaban dari Jimmy. Dia menyobek isi surat yang barusan dibacakan, hingga berkeping-keping.
"Apa yang kau lakukan, Jiimmy?"
"Seperti yang kau lihat. Aku menyobek surat yang barusan kubaca."
"Kenapa?" tanya Suryadi keheranan.
"Karena surat ini berisikan hasil penyelidikan organisasi Shadows," jawab Jimmy.
"Tapi kenapa kau merobeknya?"
Suryadi tidak habis pikir dengan Jimmy. Dia sudah mengenalnya semenjak SMA. Namun akibat insiden penembakan dan menewaskan Tari, sikapnya berubah drastis. Serasa berbicara dengan orang yang baru dikenalnya.
Alih-alih bertanya padanya, Suryadi mengambil surat yang sudah disobek. Kemudian disatukan lagi. Jimmy berjalan melangkahi Suryadi, mengabaikan sekaligus bersikap sopan bertemu warga sekitar. Dari kejauhan, Suryadi hanya bisa mengamati sekaligus berdoa supaya tidak melakukan hal ceroboh.
"Suryadi, tuh Jimmy kenapa menyobek surat?" tanya Faris muncul tiba-tiba.
"Entahlah. Aku tidak tahu dengannya."
Jimmy sudah pergi dari rumah keluarga Faris. Setelah itu, dia berjalan melewati mobil dan dua penjaga mengenakan rompi hijau. Tidak lupa juga memberikan uang sejumlah dua puluh ribu rupiah padanya.
"Lho mas, ini terlalu banyak buat saya!"
"Ambil saja buat rokok bapak. Saya harus pergi."
Langkah kaki terus bergulir. Jimmy mulai menjauhi acara pernikahan sahabatnya, mulai bersiap untuk melakukan operasi solo. Dia membuka bagasi mobil, melihat banyak dipenuhi senjata api. Termasuk Shotgun, Rifle, pisau, dan Sniper Rifle dengan jumlah tidak terbatas.
"Beneran mereka mengirimkan barang ini padaku," gumam Jimmy tidak percaya.
Menurut isi surat itu berupa misi selanjutnya ke bundaran HI Jakarta. Di sana dia akan bertemu dengan dua orang bernama Sakurachi dan Goro Tsukishima. Sebagai jaminan, Jimmy akan dikirimkan uang sejumlah 100 juta rupiah per bulan dalam bentuk tunai serta persenjataan api secara illegal.
Tiba-tiba, suara ledakan di daerah rumahnya. Dia bergegas menuju lokasi kejadian. Suryadi dan Faris yang mendengar suara tersebut, ikut menyusul ke lokasi kejadian tersebut.
Mereka melihat ada dua orang petarung. Keduanya saling melemparkan sihir warna warni. Selama ini, Jimmy menganggap sihir itu tidak ada dan hanya dalam bentuk fiksi semata. Namun dugaan dia salah.
Salah satu pihak menyadari telah membahayakan orang-orang tidak bersalah, dia memutuskan untuk bertarung sambil melayang di udara.
Laki-laki mengenakan seragam dengan membawa pedang motif aneh, menyerang laki-laki mengenakan baju setelan dokter. Wajahnya tidak tampak karena sinar pantulan matahari. Laki-laki berpakaian seragam menutupi wajahnya dengan topeng, mengayunkan pedang ke arahnya.
Jimmy, Suryadi dan Faris bergegas ke lokasi kejadian. Mereka tidak ingin melewatkan momen ini.
"Faris!" teriak istrinya.
Faris tidak berkutik saat mendengar teriakan darinya. Jimmy dan Suryadi saling angguk. Mereka mendorong Faris ke belakang.
"Sebaiknya evakuasi warga dan istrimu. Tidak baik jika kau tinggalkan!"
"Tch! Aku tidak ingin mendengarnya darimu."
"Lagipula, prioritasmu saat ini adalah keluarga bukan? Tidak ada salahnya kita menasehati demi kebaikanmu."
Walau demikian, keduanya tidak ingin Faris terluka atau mati karena ledakan. Mereka tidak tahu harus mengatakannya pada istri dia.
Suara ledakan kembali terjadi. Laki-laki berseragam terus menekan laki-laki mengenakan setelan dokter.
"Kenapa? Hanya seginikah kemampuanmu?" teriak laki-laki berseragam mengayunkan pedangnya.
"Sayangnya, aku tidak ada waktu meladenimu, Keepers Timeline."
"Apa—"
Belum selesai bicara, air sungai melayang di udara. Permukaan air berwarna coklat kehitam-hitaman. Laki-laki mengenakan setelan dokter mengangkat tangan kanannya, membidik ke laki-laki berseragam. Dia mundur beberapa kali, menyadari usahanya sia-sia.
Jimmy dan Suryadi mencari kendaraan untuk mengejar mereka. Hingga keduanya telah sampai pada lokasi. Kepala mereka mendongak ke langit. Telapak tangan kiri Jimmy ditutupi supaya tidak terkena sinar matahari.
Air tersebut mulai menyerbu laki-laki berseragam. Namun tangannya membentuk sebuah lingkaran dengan symbol pentagram dengan ukiran tidak jelas. Kemudian, menepuk pundaknya sendiri karena pegal-pegal. Mata laki-laki berseragam itu berubah merah. Dia menjentikkan jarinya sambil membidik ke arahnya.
"Gufron! Apa yang kau lakukan? Mau menghancurkan bumi ini!" teriak seorang laki-laki berkacamata.
"Biarkan saja. Bumi ini memang sudah banyak orang idiot. Jadi biarkan Gufron melakukan sesuka hatinya," ucap gadis berambut pink mengibaskan tangannya.
"Oi!"
"Kalian pergilah dan tangkap orang itu. Akan kuselesaikan sekali serangan," teriak laki-laki bernama Gufron mengangkat lengan kanan ke atas.
"Merepotkan."
Laki-laki mengenakan setelan dokter mengikuti kemauan Gufron. Di bawah, Suryadi sedang mengevakuasi orang-orang di sekitar. Jimmy mengeluarkan pistol dari saku pinggangnya. Membidik Gufron dan laki-laki mengenakan setelan dokter.
Saat itulah, kekuatan sihirnya meledak. Bersamaan dengan sihir dari laki-laki mengenakan setelan dokter. Kedua mata Jimmy dan Suryadi tidak melihat apapun kecuali cahaya berkilauan. Bahkan kicauan burung dan beberapa jeritan manusia tidak terdengar lagi saat ledakan tersebut terjadi. Melingkup seluruh dunia. Mereka semua terpana melihat cahaya misterius, dengan kecepatan tinggi. Menyapu bersih seluruh umat manusia, hewan dan tumbuhan sekaligus. Alam semesta terhenyak, bahwa bumi hancur seketika terkena ledakan besar.
Hingga dia membuka kelopak matanya. Melihat acara pernikahan Faris dengan istrinya bernama Nike. Dia melirik sekitar. Di sampingnya, Suryadi sedang mendengarkan secara khusyu' acara yang diselenggarakan di rumah keluarga Nike.
"Saudara Faris Mochammad Nurdiansyah Bin Abdullah Latib, akan dinikahkan dengan anak sekaligus putri saya bernama Nike Safitri kepada engkau. Dengan mas kawin berupa seperangkat alat salat, dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya dengan Nike Safitri binti Yusron Ali dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai," jawab Faris tegas.
"Bagaimana saudara-saudara, sah?" tanya salah satu petugas KUA.
Semua orang yang mendengarnya menjawab sah. Ada pula yang mengangguk disertai ucapan sah. Suryadi juga salah satunya. Faris melirik mata Jimmy yang pucat pasi. Namun lirikan tersebut sebentar.
"Alhamdullillah."
"Maaf aku reset waktu. Karena aku tidak ingin ada yang mengetahui keberadaan eksistensiku. Termasuk pertemuanku dengan Sakurachi dan Goro. Diamlah dan temui aku sekarang di bundaran HI. Ini darurat."
Jimmy kaget muncul suara dalam kepalanya. Dia melirik sekitar ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sana. Suryadi berbisik ke telinganya.
"Ada apa? Kok wajahmu pucat sekali?" tanya Suryadi.
"Antarkan aku ke Bundaran HI sekarang."
"Kenapa?" bisik Suryadi.
Dia tidak menjawab apapun. Jimmy bangkit berdiri, meminta izin pada warga sekitar untuk pulang karena tidak enak badan. Setelah keluar dari rumah mempelai, Jimmy mulai angkat bicara.
"Apa kau mengenal namanya Sakurachi dan Goro?"
"Tidak. Memangnya kenapa?"
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi yang jelas, mereka ada sangkut pautnya dengan kejadian sebelum ini."
"Jangan-jangan, mereka dari organisasi Shadows?" ucap Suryadi.
"Tidak. Itu tidak mungkin, kecuali ada kaitannya dengan Keepers Timeline. Nanti kita ke sana sekaligus menuntut jawaban dari laki-laki bernama Gufron."