Chereads / Another World Chronicles Universe / Chapter 40 - Chapter 38. Meet Up to Someone

Chapter 40 - Chapter 38. Meet Up to Someone

Selama dalam perjalanan, Jimmy menjelaskan pada Suryadi. Dimulai dari peristiwa setelah pernikahan hingga seluruh dunia terkena cahaya misterius. Mulanya, Suryadi tidak percaya dengan hal ini. Namun entah kenapa, ingatan masa lalu muncul secara kilat.

"Jika yang kau katakan benar, maka kita beruntung."

"Apa maksudmu beruntung?" tanya Jimmy.

"Sejujurnya, aku tidak mengerti dengan teori yang kusimpulkan sendiri. Jika tidak salah, bernama The Block Universe Theory."

"The Block Universe Theory?"

"Gampangannya seperti ini. Kau berada di sini, hari ini juga. Lalu tiba-tiba kau mengalami sebuah peristiwa yang membuat seluruh alam semesta hancur akibat cahaya misterius. Kemudian, kau terbangun dan seolah-olah ini hanyalah mimpi semata. Tapi besar kemungkinan, itu satu bumi dari sepermiliar bumi yang ada di alam semesta. Dan kita tidak bisa merubahnya," kata Suryadi menjelaskan.

"Tunggu sebentar. Bagaimana kau bisa tahu akan hal ini?" tanya Jimmy keheranan.

Ketika Jimmy bertanya demikian, Suryadi juga kebingungan. Seperti orang linglung.

"Tadi aku mengatakan apa sih?"

"Oi! Kau menjelaskan kepadaku soal The Block Universe Theory. Masak kau sendiri lupa?" ekspresi Jimmy mengernyitkan dahi.

Jimmy merenung ucapan barusan. Dia menduga sebuah penjelasan keluar dari mulut seseorang melalui dia. Hanya, untuk mencari siapa di balik semua ini memang tidaklah mudah.

Selama dalam perjalanan, polisi terus meniup peluit. Kedua lengan memandu lalu lintas di persimpangan jalan. Suryadi yang sibuk menyetir, menggeleng cepat.

"Jimmy, apa kau menyadari bahwa kita ini hidup untuk apa?"

"Kenapa kau berkata demikian?"

"Selama ini, aku terus menerus berpikir. Apakah hidupku ini memang penuh kebohongan belaka?"

"Lalu? Apa kau sudah mencapai keinginanmu untuk menegakkan keadilan?" tanya Jimmy lagi.

"Tidak ada yang namanya keadilan!" teriaknya sambil memukul kemudi.

Jimmy membungkam mulutnya sendiri, dia telah salah berbicara. Mobil terus berjalan melewati kendaraan sekitarnya. Lampu merah menyala di depan. Terdengar suara nyanyian dari seorang laki-laki dengan memainkan tutup botol yang sudah digepeng. Kemudian, dikasih paku sambil menepuk alat ke telapak tangan kanan. Diiringi petikan ukulele sambil menadahkan tangannya, meminta sumbangan. Namun Jimmy menolaknya dengan halus. Mereka pun pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kenapa kau tidak mengatakan apapun?"

"Untuk apa? Toh apapun yang kukatakan, juga percuma."

"Tumben sekali kau bersikap cuek."

"Entahlah. Aku … hanya merasa muak dengan kehidupanku saat ini," katanya menundukkan kepala.

Sesampainya di bundaran HI, mobil tersebut diparkir dekat kantor polisi. Mereka turun dari mobil, memberikan uang tip sejumlah lima puluh ribu pada tukang parkir. Kemudian, berjalan kaki hingga bertemu dengan dua orang yang mirip dengan ingatan lamanya.

"Terlambat!"

"Sudahlah, Sakurachi. Kita ini di Jakarta. Percuma saja mengeluh," kata laki-laki berkacamata menenangkan gadis berambut pink.

"Baiklah."

"Tanpa basa-basi lagi, aku hanya memberitahumu. Organisasi Shadows telah bergerak. Kali ini, level mereka telah melampaui seorang manusia umumnya. Dan memfokuskan diri pada sihir," ucap Goro membetulkan kacamatanya.

Baik Jimmy maupun Suryadi tidak terkejut dengan pergerakan mereka. Namun hal yang membuat mereka terkejut adalah pergerakan mereka lebih cepat dari apa yang mereka dapati.

"Maksudnya level itu seperti apa?" tanya Suryadi.

"Di dunia kalian tinggali itu, sebenarnya tidak memiliki kapasitas sihir sama sekali."

"Kecuali ada pemicunya. Salah satu contoh berupa bayi yang kami taruh. Akibatnya, bumi yang harusnya tidak memiliki sihir, perlahan-lahan mulai bangkit. Dan itu kesalahan kami," akunya gadis berambut pink.

Tiba-tiba Suryadi mencengkram baju kerah Goro. Ekspresinya marah saat mendengar dari mulut mereka.

"Jadi kau yang selama ini cari masalah dengan—"

"Kurasa bukan itu maksudnya, Suryadi."

"Huh? Apa maksudmu, Jimmy?"

"Mereka memang bertanggung jawab atas bayi dititipkan pada salah satu keluarga. Tapi mereka tidak menyangka Organisasi Shadows mempercayai hal yang berbau mistis atau bersifat imajinatif. Dan itu bukanlah Shadows yang kukenal," gumam Jimmy.

"Jadi kau sudah menyadarinya?" tanya Goro bersikap datar.

"Ya. Ketika salah satu dari kalian mengendalikan pikiran Suryadi mengenai teori yang kalian kemukakan," jawab Jimmy mengelus dagunya.

Senyuman bibir dengan mata menyala-nyala terlihat dari wajah Goro. Sakurachi memiringkan kepala ke samping kanan. Punya firasat buruk soal ekspresi yang ditampilkan.

Akhirnya mereka telah sampai di bundaran HI. Tidak ada yang istimewa kecuali air mancur ke titik lingkaran tengah. Ada sebuah patung monument yang terletak di posisi tengah. Sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan, menghadap ke utara yang artinya menyambut orang-orang yang baru datang dari pelancong atau orang baru di Jakarta.

"Kalian datang, ya?"

Muncullah seorang laki-laki berpakaian seragam. Membawa pedang berlumuran merah darah. Dengan gagang pedang warna abu-abu. Sedang menyunggingkan senyuman misterius pada Jimmy dan Suryadi. Keduanya menelan ludah menatap laki-laki yang ditemuinya. Memancarkan aura yang menakutkan di sekujur tubuh dia.

"Namaku Gufron. Akulah yang memberikan informasi sekaligus bertanggung jawab atas terlibatnya organisasi Shadows."