Chereads / Another World Chronicles Universe / Chapter 16 - Chapter 15. Journey into Dungeon [Revised]

Chapter 16 - Chapter 15. Journey into Dungeon [Revised]

"Scimitar? Bukankah pedang itu—"

"Kau mengetahuinya, Allen-san?" tanya Yumi mengungkapkan rasa kekhawatiran pada Hiro. Dibalasnya berupa anggukan dari Allen.

"Pedang bermata tunggal atau saber dengan bilah melengung, berasal dari Asia di mana sering digunakan oleh orang timur tengah. Bisa dibilang, pedang itu dijuluki sebagai pedang kebenaran."

"Pedang kebenaran … kah?" gumam Hiro.

Akhirnya, kedua party itu memohon pamit untuk meninggalkan rumah. Termasuk Setelah meninggalkan Desa Lanchester, kedua party berangkat menuju ke barat. Di mana tempat quest itu berada. Menurut informasi dari kepala desa, para serigala setiap hari menyerang dari arah barat. Tujuan mereka mengambil hasil panen warga beserta mengganggu aktivitas warga sekitarnya.

Di sisi lain, Allen melihat ekspresi wajah mereka yang memaksakan diri untuk tersenyum. Tetapi dalam lubuk hati sesungguhnya, mereka telah menderita. Seakan-akan hidupnya penuh tekanan akibat terornya serigala.. Pria tua berambut putih itu tidak akan bertanya lebih lanjut. Kedua party itu memohon pamit untuk pergi. Menaiki kereta kuda dengan cepat. Dengan posisi Marc dan Hiro ada di depan. Pemuda berambut coklat berniat untuk belajar cara mengendarai seekor kuda. Kedua talinya digenggam erat Hiro. Diayunkan tali pelananya. Fan yang sedang memperhatikan jalan, melihat Allen yang sedang memikirkan sesuatu.

"Tuan Allen, apa ada hal yang mengganggumu?" tanya Fan.

"Bukan apa-apa."

"Ayolah jangan kau pendam sendiri. Ceritakan pada kami mengenai apa yang kau pikirkan," gumam Fan dengan sorot mata dan mimik serius.

Dia menarik napas panjang. Topi koboinya dilepas sembari menatap Fan. "apa kau ingat saat kita mengambil quest itu, tapi staf guild gelagatnya merasa aneh belakangan ini?"

"Aku mengingatnya. Tidak ada satupun yang mampu mengklaim hasil pencapaiannya, bukan? Ditambah sikap staf guild yang nampaknya kebingungan ketika dijelaskan," Kata Rina yang kemudian menambahkan perkataan barusan."memangnya kenapa dengan hal itu?"

"Kurasa terlalu dini untuk menyimpulkan. Tapi yang jelas, ada sesuatu yang menarik hingga tidak ada yang menyadarinya ," jawab Allen singkat.

"Apa itu?"

"Durasi," sahut Hiro. Lalu, pemuda berambut coklat itu menambahkan kalimatnya. "dalam sebuah quest di dalam video game, rata-rata waktu durasi tidak dijelaskan untuk menyelesaikannya. Sehingga kita asumsikan waktunya tidak terbatas bukan? Akan tetapi, saat aku mendengarkan penjelasan dari kalian maupun para petualang, ada dua versi. Yaitu ada versi batas waktu dan satu lagi tidak ada. Akibatnya, ada keanehan dalam quest ini."

"Kalau begitu, kenapa kalian mengambil quest itu? Kalian tahu itu hanyalah buang-buang waktu bukan?" tanya Marc.

"Justru itulah alasan kami memilih, Marc."

Pria berambut putih memasang kembali topi koboinya. Senyuman miringnya membuat Fan memiringkan kepala, tidak mengerti dengan penjelasan Allen. Bagi Hiro, alasan memilih quest aneh itu bukan hanya terletak hadiah. Melainkan ada suatu magnet yang mengikatnya. Jika dibiarkan, akan merepotkan nantinya. Terlebih, Allen juga mempertimbangkan memilihnya karena sebuah tulisan Grimm bersaudara. Akhirnya, kedua pria itu sepakat untuk memilih quest. Dan dua gadis bersamanya ikuti dari belakang.

Sementara itu, Rina sedang mengangkat tongkatnya. Merapalkan sebuah mantra, berupa Rune sihir berbentuk lingkaran warna merah berukuran sedang. Lebih tepatnya, muncul di bawah sepatu yang dia dikenakan. Muncullah [Rabbit Horn] di depan matanya. Fan mengerutkan kening. Tidak percaya job summoner benar-benar eksis.

"Tidak mungkin. Bagaimana bisa—"

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba aku mendapatkan job sebagai seorang summoner," jawab Rina sekenanya.

"Tapi ini [Rabbit Horn] lho. Kau pasti bercanda bukan?"

"Ya tah? Aku tidak tahu kelinci bertanduk dapat dipanggil," ucap Rina.

Masalahnya, Fan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Job Rina disebut summoner, di mana hanya beberapa orang yang dapat memanggilnya. Selain itu, kemampuan itu juga dibutuhkan mana yang cukup besar. Tidak cukup hanya mengandalkan energi sihir dan mantra pemanggilan semata. Setiap orang mencobanya berakhir dengan kegagalan. Tetapi, gadis berambut panjang itu dengan mudahnya merapalkan tanpa ada masalah.

Seekor [Rabbit Horn] menatap pada kedua mata Rina. Mengangkat salah satu kakinya. Mengorek-ngorek telinganya sampai merasa baikan. Saat kereta mulai berjalan, seekor [Rabbit Horn] berlari cepat, melompat sembari pergi dari kereta kuda. Terlihat banyak sekali kelinci yang keluar dari sarangnya. Fan mengerutkan keningnya. Menanyakan kepada Rina.

"Rina … [Rabbit Horn] itu bukannya tinggal di—"

"Di tempatku, [Rabbit Horn] sering berpindah-pindah tempat. Karena mereka adalah hewan peliharaan paling imut selain kucing. Selain itu, mereka turut mengawasi gerak-gerik musuh yang mengintai."

Gadis berambut panjang memilih berbohong di depan Fan. Merepotkan jika sampai dia mengetahui sebenarnya. Jika tidak salah, Rina mendapatkan pengetahuannya bersama dua pria itu. Usai menjalani sidang yang diselenggarakan para Dewa. Termasuk Yumi sekalipun.

Rina telah selesai memanggil kelinci bertanduk, melihat sahabatnya Yumi sedang bertapa dalam keadaan mata terpejam. Telapak tangan kanan gadis berambut panjang dikibas di depan wajah dia. Tetapi, tidak ada respon. Hingga Rina menyadari posisi Yumi. Kedua kaki disilang dengan dua jemarinya saling bersentuhan. Tarikan napas panjang dari perut, dikeluarkan ke luar melalui rongga hidungnya.

"Meditasi kah?" gumam Rina.

Rina menduga, Yumi mempelajarinya ketika dilatih oleh ayah Rina Juzo. Ditambah, gadis rambut ponytail merasakan adanya sebuah energi baru di sekujur tubuhnya. Pembuluh darah maupun otot menjadi rileks. Satu demi satu, skill [Monk's Awakening] mulai nampak. Warna yang dihasilkan merah keemas-emasan. Dipenuhi semangat juang yang meluap-luap. Rina, Ronald maupun Alexis yang duduk paling dekat dengan Yumi, merasakan energi sihir meluap-luap. Serasa mendapatkan kekuatan tambahan secara tidak terduga. Fan berjongkok sebentar. Mendekati Allen dengan suara pelan.

"Ngomong-ngomong, apa yang sebenarnya dia lakukan? Aku belum pernah melihat pose semacam itu," bisik Fan ke telinga Allen.

"Itu meditasi. Teknik itu dapat memfokuskan pikiran seseorang supaya lebih tenang dalam melakukan aktivitas. Bisa digunakan untuk mencegah adanya penyakit dalam diri kita maupun stress."

Marc maupun Ronald menatap wajah Allen penuh sinis. Kedua bola mata mereka mendongak ke atas kanan. Menjulurkan lidah beserta membuang muka. Tepat di depan Allen. Pria tua berambut putih hanya bisa bersabar melihat tingkah lakunya.

Tiba-tiba suara ringkikan kuda terdengar dari samping. Sebuah serangan tebasan secara vertikal, menghancurkan atap dari kain terpal. Hiro dan lainnya menundukkan kepala. Alexis, Fan, Marc dan Turut melakukan hal persis. Tanpa basa-basi, pemuda berambut coklat memecut dua ekor kuda untuk melaju kencang. Dari samping, ada seekor kuda memancarkan mata dengan rambut berwarna merah. Terbukanya kain terpal disertai dua butir peluru menembus tubuh kuda warna merah melihat bagi Allen memiliki sebuah ide. Pria tua berambut putih mengeluarkan senjata dua pistol jenis desert eagle, menyarungkan revolvernya. Sayangnya, ada sebuah [Barrier] pada tubuh kuda tersebut. Allen memperhatikan lapisan tersebut. Ada tiga buah lapisan pada kuda bermata merah.

Sambil bersiap-siap, Alexis mengayunkan pedang miliknya. Fan menarik napas dalam-dalam, melepaskan anak panahnya. Di saat Allen menembak dua butir peluru, tembakannya tepat ke bagian leher kuda bermata merah. Fan menurunkan sikutnya penuh semangat. Walau demikian, Allen belum bisa berenapas lega. Pasalnya, Salah satu monster jenis Orc murni telah muncul. Membawa gada terbuat dari besi. Diduga hasil curian dari para petualang yang tewas.

Alexis tersenyum miring. Dia menarik tali kekangnya untuk berbelok ke kanan. Menyuruh Marc untuk menggantikan posisinya. Langkah kaki Alexis melompat beserta mengayunkan pedangnya. Menyerang sembari berteriak pada Orc murni. Gada Orc murni menangkis serangan Alexis. Dengan bahasa yang tidak dipahami Alexis, nampaknya jelas makhluk itu memerintahkan para pasukannya untuk menghabisi mereka sekaligus.

"Terimalah kau monster!" teriak Alexis menyerang.

Gada milik Orc murni dan Alexis saling bergesekan. Diayunkan dengan cepat secara vertikal. Alexis merunduk, menebas kedua kakinya. Tetapi, makhluk itu mundur ke belakang. Insting dia mengatakan Alexis akan melakukan cara serupa.

Di sisi lain, kuda tersebut mulai mengejar kereta yang ditumpangi kedua party minus Alexis. Saat hendak menyerang, tiba-tiba kuda tersebut berubah bentuk. Organ dalam terpecah, mengeluarkan cairan darah, getah empedu dan feses dari dalam tubuhnya.. Kulitnya meleleh bagaikan panasnya lilin api. Kerangka tulang kuda ternganga lebar, mengeluarkan organ dalam tanpa tersisa. Bau amis menyebar di area sekitar. Membuat kedua party merasa mual melihatnya. Terutama Rina dan Yumi.

"Bau amis sialan!" keluh Rina nyaris memuntahkan isi perutnya.

"Allen-san!" kata Yumi mengelus-elus punggung Rina.

"Tidak ada pilihan lain. Hiro, gunakan elemen apimu untuk membakar tubuh makhluk itu sekarang!" perintah Allen.

"Ok. Serahkan saja padaku!" jawab Hiro mengiyakan perkataannya.

Marc mengacungkan senjatanya. Menarik pelatuk sembari mendengarkan selongsong peluru berjatuhan di dalam kereta. Senjata yang digunakan berupa menggunakan tipe MKb 42(H). Sebuah peluru sempat mengenainya. Pasca perubahan bentuk pada tubuh kuda, pelindungnya malah sulit ditembus. Peluru milik Marc terpental di mana-mana. Ekspresi Marc berdecak kesal mengisi amunisinya. Allen mengerutkan kening dengan mimik serius. Dia berusaha untuk membantu Marc. Tetapi Marc menolaknya. Seakan tidak mau menyerah begitu saja. Dia menarik pelatuknya lagi. Hingga terdengar suara retakan dari [Barrier] pada makhluk tersebut. perlahan tapi pasti, seekor kuda yang berevolusi mengalami terbakar. Ringkikan terus meronta-ronta. Allen terkejut melihatnya. Dia menoleh kepada Marc.

"Kau menggunakan sihir apa sampai pelurumu dapat menembus pelindung pada makhluk evolusi kuda?" tanya Allen.

"Yang tadi itu? Aku menggunakan pelontar pegas berelemen angin. Cara ini memang efektif mengingat [Barrier] dari makhluk itu berelemen api. Akibatnya, perisai dari api terbakar dari dalam tubuhnya."

"Begitu ya. Lumayan juga idemu," puji Allen.

"Perkataanmu sungguh tidak membuatku senang, Allen."

Akhirnya, Allen melakukan teknik serupa yang dilakukan Marc. Yaitu menggunakan pelontar pegas berelemen angin. Ronald berjalan pelan mendekati seekor kuda yang berevolusi. Menarik pelatuknya, membaralah api yang dari dalam cairan tabung jenis Flamethrower. Seekor monster berwujud kuda menginjak tanah. Mengakibatkan sebuah gumpalan dari dalam bawah tanah, meletuslah api. Menghentikan lajuan kereta kuda yang ditumpangi mereka. Marc memecut tali pelana yang dia lepaskan barusan. Mempercepat laju kereta kuda. Ringkikan kuda penuh panik, berusaha menghindar dari letusan api muncul tiba-tiba.

Rina mengusap bekas muntah di bibirnya, mengayunkan tongkat kayunya di dalam kereta. Rune sihir berbentuk lingkaran dari atas, mennyambarkan halilintar yang besar. Muncullah sekumpulan [Rabbit Horn] yang muncul dari atas beserta seekor [Lizard Warrior] memegang pedang besar.

Yumi menarik napas dalam-dalam. Memasang kuda-kuda untuk menyerang. Kepalan tangan meninju sekuat tenaga. Sebuah pusaran angin diarahkan kepada seekor monster berwujud kuda. Cairan-cairan yang ada dalam tubuhnya, mulai menetes. Mengakibatkan bekas lepuhan pada kereta kuda. Sialnya, monster tersebut membangkitkan sosok seorang undead pembawa dua pedang dan bermata merah menyala-nyala.

Marc membidik pada mata monster itu. Lalu, dia menembaknya berkali-kali. Sayangnya, makhluk itu menatap tajam pada sebutir peluru. Terbelahlah menjadi dua bagian. Marc mengumpat dalam bahasa Jerman. Hiro mundur beberapa langkah. Dia tidak bisa bergerak bebas sembari kudanya berlari cepat. Yumi meninju berkali-kali. Undead berkuda membalasnya dengan mencabik-cabik serangan pukulan dari gadis berambut ponytail.

"Seranganku dipatahkan."

"Benar-benar musuh merepotkan. Kalian punya ide untuk menghentikan makhluk itu?" keluh Hiro.

Namun, tidak ada respon dari mereka. Marc dan Allen sibuk menghancurkan [Barrier] yang ada pada monster berwujud kuda itu. Fan melepaskan dua buah anak panah. Saat itulah, dua ekor kuda yang ditumpanginya, terbelah jadi dua bagian. Hingga kereta tersebut kehilangan kendali.

"Sial! Lompatlah dari kereta sekarang!" teriak Allen pada para penumpang.

Mereka pun melompat. Fan bersikeras untuk menembak. Gadis bermata merah itu tidak memedulikan kondisinya. Posisi menembaknya tidak begitu nyaman. Melompat ke belakang dengan pijakan kaki dari kereta. Berbaring dalam melayang, melepaskan dua buah anak panahnya. Mengarah pada kepala makhluk itu. Saat terjun dari kereta kuda, Marc menembaknya tanpa henti pada undead. Tetapi, kuda itu terus melindunginya. Ronald mendengar suara lidah Marc berdecak.

"Scheisse (Tai)!"

Rina berlari ke arah berlawanan. Dibantu oleh Yumi dari belakang. Fan yang semula tidak mengerti, sadar bahwa Alexis masih ada di sisi seberang. Sedang bertarung dengan Orc murni.m Mengulur waktu dengan memanggil kembali [Rabbit Horn] dan [Lizard Warrior]. Akan tetapi, mereka berteriak lantang.

"Kalian bantulah Alexis! Biar kami hadapi monster ini."

Sebuah acungan jempol dari Rina membuat Allen bernapas. Marc, Ronald dan Hiro melawan undead pembawa monster kuda. Di samping itu, sekumpulan serigala berbulu coklat dengan mata merah mulai mengepung mereka. Jumlahnya mencapai 15 ekor.

"Jumlahnya cukup banyak," gumam Ronald.

"Kau baru menyadarinya?" gerutu Marc.

Saat itulah, keempat orang langsung menyerang mereka. Dimulai dari Hiro dulu. Genggaman pedang Scimitar miliknya, bersiap untuk menebasnya. Berlari sambil mengayunkan pedang ke arahnya. Kobaran api menyebar ke seluruh permukaan pedangnya. Tulisan Grandark muncul dari logam besinya.

"[Flame Slash]!" teriak Hiro.

Pedang Scimitar diayunkan. Kobaran api beserta tebasan membentuk lingkaran. Partikel panas dari pedang tersebut, melelehkan tulang monster berwujud kuda dan undead. Energi kegelapan dalam diri makhluk tersebut melindunginya. Menyatu dengan begitu cepat. Ada sebuah partikel misterius bercampur dari tubuh monster itu. Kemudian, monster berwujud kuda mengembuskan napas api yang lama. Hiro terlambat bereaksi, terkena serangan. Baju zirah di bagian pundak mengalami gosong. Pemuda berambut coklat berdecak kesal. Melirik Marc yang menadahkan kedua tangan tangan ke depan. Sebuah rune sihir berbentuk lingkaran beserta menghantarkan halilintar.

"[Summon]! [Goliath]!"

Puluhan dari peluru meriam berukuran kelereng berdentum keras. Menargetkan ke kepala monster berwujud kuda. Isi peluru tersebut berupa kepulan asap. Mengganggu indera penglihatannya. Muncullah sekumpulan tank berwarna hijau tua dengan lambang burung elang warna putih New Germany. Serta menyatu dengan bendera Jerman. Berat 370 kilogram, panjang 1,5 meter serta menggunakan dua buah mesin listrik 2 x 2.5 hp atau tenaga kuda. Laju kecepatan rata-rata 6 km/jam. Sengaja menggunakan meriam daripada mengorbankan tank untuk menghancurkan musuh. Allen mengekspresikan terkejutnya. Tidak percaya bahwa apa yang dia lihat barusan.

"Itu kan—"

"Yang benar saja. Marc, kau menggunakan tank Goliath Tracked Mine, bukan?"

Ronald mengerutkan keningnya. Hanya dia satu-satunya yang mengerti soal senjata yang dipakai saat ini. Marc mengendalikan sekumpulan tank melalui alat sihir berbentuk balok dari besi. Ronald tidak tinggal diam. Menarik pelatuk dari Flamethrower milikmnya. Ditodongkan ke arah monster berwujud kuda.

Namun, ada sesuatu yang terjadi pada monster itu. Kedua pupil mata merah terpecah menjadi delapan bagian. Rongga tulang menjulang ke atas. Retakan rongga tulang kepala terus berbunyi, mengubah struktural susunan kerangka tulang jadi tidak beraturan. Rambut hitam monster wujud kuda berubah jadi warna merah. Keempat kaki pada fibula, mengalirlah pembuluh darah dari dalam. Menghentakkan dengan tapal kaki kudanya. Dentuman tanah dari dalam, menyembur ke permukaan berupa kobaran api.

Pedang Scimitar milik Hiro menebasnya. Membelah api jadi dua bagian. Ringkikan monster berwujud kuda bersuara keras. Keluarlah dua bilah pedang dari dalam tubuh makhluk itu. Undead tersebut memegangnya. Dibantu oleh para serigala berjumlah 50 ekor. Totalnya Lolongan serigala menggema di area hutan. Semua 65 ekor serigala menerjang secara bersamaan. Pemuda berambut coklat menerjang undead yang menaiki monster berwujud kuda.

"Hiro!" teriak Allen mencegah pemuda itu menerjang sendirian.

Namun, ucapan Allen tidak direspon dengan benar. Pemuda berambut coklat mengayunkan pedang scimitar miliknya. Sempat mengenai makhluk itu. Akan tetapi, dapat menangkisnya dengan cepat. Sebuah pedang yang digenggam undead, diacungkan pada para gadis yang berlari ke arah berlawanan. Para serigala langsung berlari cepat. Menerjang para gadis berlarian di sana. Berharap mereka bisa bertemu dengan Alexis dan melawan monster itu bersama-sama.

~o0o~

Rina, Yumi dan Fan terus berlari. Di samping mereka, beberapa ekor serigala berusaha mengawasinya dengan ketat. Yumi dan Rina berbalik arah. Bersiap untuk melawan mereka.

"Fan pergilah dan bantu Alexis!"

"Tapi—"

"Cepatlah pergi!" potong Rina.

Fan mengangguk pelan sembari menoleh dari samping kiri. Gadis bermata merah memperlebar jarak larinya. Salah satu serigala menerjang Fan. Akan tetapi, [Rabbit Horn] muncul. Melompat sembari menusukkan tanduknya ke bagian kepala serigala.

Sementara itu, Hiro mengambil langkah ke samping kiri. Allen mundur ke kanan. Memfokuskan diri untuk membantu Hiro yang sibuk melawan undead. Ronald melihat Marc menaruh rifle MKb 42(H) dicangklongkan. Mengaktifkan sistem pada tank jenis Goliath Tracked Mine, menembak peluru meriam secara bergantian. Peluru yang meluncur ke arahnya, berubah menjadi jaring besi. Berkat jentikan jari dari Marc. Kemudian, rifle MKb 42(H) dilemparkan begitu saja. Undead telah memotong senjata Marc. Ketika terbelah, bunyi timer dengan angka hitungan mundur. Keempat laki-laki merunduk dan menutup telinganya. Dentuman besar sangat dahsyat mengenai undead dan monster berwujud kuda.

Allen tidak menyia-nyiakan peluang ini. Pria tua berambut putih terus menembak tanpa henti. Mengganti senjatanya dengan Marlin Model 55 Hunter. Jemari kanan menyentuh pelatuknya. Sedangkan tangan kiri menggenggam senjatanya. Allen berjalan pelan. Menembaknya dari jarak dekat. Mengisi pelurunya dan menembak lagi. Tetapi, serangan tersebut tidak berhasil. Hiro berlari kencang, mengayunkan pedang scimitar Grandark dari atas. Tebasan terkuat disertai elemen api dari ujung pedang, berhasil dilakukan.

Tubuh monster berwujud kuda terbelah menjadi dua. Terlihat cairan sudah menyatu, Marc dan Ronald tidak menyia-nyiakan kesempatan di depan mata. Marc menarik pelatuk rifle MKb 42(H) serta sebuah dentuman keras dari Goliath Tracked Mine. Suara ledakan silih berganti, menghancurkan kepala monster berwujud kuda. Ronald memutar tuas di ujung kiri tabung gas berukuran raksasa, menarik pelatuknya hingga hembusan api membesar. Tubuh monster tersebut mencapai batasnya. Undead pembawa pedang berusaha bertahan. Tetapi, makhluk itu meleleh. Satu persatu larut dalam cairan putih. Menyisakan monster berwujud kuda yang meronta-ronta minta tolong. Sekumpulan serigala melolong, merespon balasan dari monster berwujud kuda. Mereka datang untuk membantu. Akan tetapi, Allen melepaskan sepuluh tembakan. Menghabiskan semua peluru yang dia tembaki dengan dua pistol jenis desert eagle.

Hiro memasang kuda-kuda, berlari kencang sambil memutar sendi membawa gagang pedang Scimitar pada pergelangan tangan kanan. Mengayunkan pedang secara diagonal. Mengeluarkan percikan api di sekelilingnya. Beberapa ekor serigala kebakaran. Memenggal kepala satu persatu tanpa ampun. Ronald membakar monster berwujud kuda itu. Sayangnya, makhluk itu kembali hidup. Ringkikan kuda dengan bunyi yang aneh. Sekilas, intonasi nadanya nyelekit. Tetapi semakin lama, suaranya membesar. Tubuh makhluk itu mengeluarkan sendi tulang di sekujur tubuhnya. Kepalanya meleleh. Berjatuhan di tanah. Hanya menyisakan puluhan yang terdiri dari tulang dan rahang giginya membesar. Di belakangnya, sekumpulan serigala menggeram. Melotot tajam pada para otherworlder.

"Sepertinya untuk menyusul ke tempat Alexis tidaklah mudah. Bagaimana ini?" tanya Hiro setelah membuang cairan di situ.

"Ya sudah. Sepertinya kita tinggal menunggu para gadis itu telah sampai di tujuan. Sekarang di depan mata kita, mereka harus dibasmi," gumam Allen.

Saat Allen mengatakan demikian, sebuah tulisan muncul dari salah satu monster aneh. Tepatnya, tulang mengambang dengan empat kaki. Bertuliskan warna merah dan ada tulisan 'Boss'. Hiro, Marc dan Ronald terperangah sekaligus tidak percaya begitu saja.