Chereads / Another World Chronicles Universe / Chapter 14 - Intermission 01. Wilhelm & Jacob Grimm [Revised]

Chapter 14 - Intermission 01. Wilhelm & Jacob Grimm [Revised]

Dua orang pria sedang berjalan melangkahi anak tangga secara berirama. Dengan tenang, berjalan melewati kursi dan meja di sekelilingnya. Membawa buku masing-masing beserta sebuah bola kristal melayang di udara. Untungnya, tidak banyak orang yang dapat melihat bola kristal di atas kepala mereka. Di belakangnya, seorang wanita berambut pirang, dengan tertunduk lesu berjalan dalam kondisi lemah secara fisik. Napasnya tidak keruan. Tetapi masih bisa stabil seperti biasanya. Rambut pirangnya mulai memanjang secara misterius hingga mencapai dua puluh meter. Berpakaian pelayan dengan dominan dua warna, yaitu hitam dan putih. Orang-orang merasa iba terhadap Rapunzel karena kondisinya penuh luka. Dari wajah hingga sekujur anggota tubuh penuh luka lebam. Langkah kaki Rapunzel berhenti di tengah jalan. Kedua pria itu berhenti berjalan. Menoleh pada wanita berambut panjang pirang.

"Tuan Wilhelm, apakah saya diizinkan untuk menemui suami dan kedua anak saya? Saya sudah melakukan apa yang anda perintahkan. Kumohon," lirih Rapunzel.

Kedua bola matanya berkaca-kaca, memohon kepada Wilhelm untuk mengizinkan menemui keluarganya. Jacob memilih diam seribu bahasa. Menatap tajam ke wajah Rapunzel. Sedangkan Wilhelm adiknya, menghampiri wanita berambut pirang dengan kerutan wajah di sekeliling dia. Ayunan tangan kanan dengan cepat menampar keras ke pipi kanannya hingga memerah. Kedua mata Rapunzel sayu. Menatap Wilhelm lebih lama. Lalu kepalanya tertunduk lemas menatap lantai dari kayu, lantaran mereka menolak mengabulkan permohonan kecilnya. Hentakan kaki kanan menginjak bagian punggung Rapunzel sampai terasa nyeri. Memaksakan wanita berambut pirang untuk membungkuk sembari tangisan air mata menetes. Orang-orang di sekitar Grimm bersaudara berbisik satu sama lain. Tetapi, Wilhelm tidak menghiraukannya.

"Diamlah, kau wanita jalang! Berani-beraninya kau meminta permintaan itu lagi kepada kami. Sekali lagi kau mengatakan hal serupa, akan kupastikan hari itu juga. Suami dan anak-anakmu tidak akan selamat dari tempat itu. Apa kau mengerti?" bentak disertai ancaman Wilhelm disertai menatap tajam perempuan malang itu.

Mendengar kalimat barusan dari Wilhelm, tangisan air mata membasahi kedua pipi Rapunzel. Isak tangis tersedu-sedu. Rapunzel membayangkan dia menyaksikan keluarga tercintanya tewas di depan matanya.

Di sisi lain, Jacob membalikkan badan. Menuliskan sesuatu dengan tinta hitam beserta membawa sebuah buku catatan besar, menuliskan tentang seorang karakter bernama Rapunzel. Tulisan yang sulit dibaca, rapalan sihir rumit dengan menempel di sekitar kertas halaman. Memberikan sebuah efek yang terasa menyakitkan pada sosok Rapunzel. Tiba-tiba, Rapunzel mengalami sesak napas. Kedua bola mata mendongak ke atas dengan mulut ternganga. Kerongkongan Rapunzel terasa tercekik, menggerakkan anggota tubuhnya seraya meminta tolong.

"T-t-tolong … aku … Tuan …"

Jacob melirik kondisi Rapunzel, memutuskan untuk berhenti menulis di buku catatan besar. Kemudian, pria berambut buzzcut menghapus tulisan itu dengan menggunakan tinta putih. Membiarkan adiknya, Wilhelm mendekati Rapunzel. Wanita berambut pirang tersungkur ke tanah dalam posisi menungging, terbatuk-batuk hingga keluar berdahak. Kepala Rapunzel mendongak ke sosok Wilhelm, yang berdiri tegap. Pria berambut putih pendek menyentuh dagunya.

"Kalau begitu, lakukan pekerjaanmu dan jangan menolak perintah dari kami!" ucapnya menurunkan dagu Rapunzel.

Rongga hidung Wilhelm mendengus. Mendongak ke atap langit sembari keluar dari pintu guild. Menghirup udara segar setelah berada di dalam gedung yang dipenuhi bau alkohol dan bau keringat yang menyengat. Termasuk Jacob dan pelayannya, Rapunzel. Dia mengeluarkan sebuah pena berbulu di langit, mengangkatnya ke sinar matahari. Menuliskan sesuatu dalam bahasa di dunia ini. Rune sihir berbentuk lingkaran, membukakan sebuah pintu berwarna coklat tua. Bau kayu almond yang nyengat, mampu menusuk hidung ketiganya. Jacob dan Wilhelm masuk ke dalam pintu tersebut. Sedangkan Rapunzel ikut menyusul.

~o0o~

Ketiganya telah sampai di sebuah ruangan pribadinya. Tiupan angin yang kencang, mengenai rambut Wilhelm dan Jacob. Rapunzel mundur ke belakang. Memohon pamit untuk meninggalkan ruangan. Jacob mengizinkannya. Decitan pintu terdengar dari luar. Setelah Rapunzel pergi, Wilhelm membuang napas secara kasar. Tidak menyangka, mereka telah merancang sekaligus membuat kastil sebesar itu akan memakan energi sihir yang cukup besar. Dari jendela saja, terlihat banyak orang sedang berlatih dan menyambut kepergian tiap monster seperti berbagai macam jenis naga, serigala, spirit hingga humanoid yang telah terbentuk hanya untuk mematuhi perintah Grimm bersaudara.

Dalam buku catatan kecil milik Wilhelm, dia tahu resiko yang digunakan karena isi halaman tidak terlalu banyak seperti milik kakaknya, Jacob. Sebuah tulisan dengan penuh tinta berwarna hitam, membiarkan dia melakukan pekerjaan sebenarnya sebagai author. Kedua tangannya saling bersentuhan. Rune sihir milik Wilhelm, bersatu dengan sihir milik Jacob. Tatapan mereka berdua mendongak ke sebuah kristal yang melayang. Lembaran demi lembaran dari tiap halaman Grimm bersaudara melayang di udara. Mengaktifkan rune sihir berbentuk lingkaran. Kilatan petir berwarna putih, berdengung di gendang telinga mereka seakan-akan mereka sedang melakukan ritual yang berbahaya. Pancaran sinar bola kristal, membentuk sebuah lambang berbentuk pentagram. Garis tepi berwarna ungu dan hitam, menyatu dengan kilatan petir di atas. Jacob membuka kedua kelopak matanya. Menoleh pada Wilhelm.

"Wilhelm, apa kau yakin dengan keputusanmu itu?" tanya Jacob.

"Soal apa? Jika kita bicara soal lawan, tentu yang kau maksud adalah para otherworlder bukan? Maka, kita tidak ada gunanya kita menahan diri lagi!"

"Kurasa kau benar. Suatu saat, mereka pasti akan menghalangi rencana kita," gumam Jacob.

"Betul bukan? Karena itulah, kita harus segera mempersiapkan sejauh mungkin. Baru kali ini aku merasa kesal melihat mereka!"

Jacob tidak mengatakan apapun setelah mendengar komentar dari Wilhelm adiknya. Dia tidak ingin dirinya dan Jacob berakhir seperti zaman dulu. Di mana saat itu, mereka berdua telah bekerja untuk tanah air tercinta. Yaitu Kerajaan Monarki Absolut Prussia di bawah pemerintah Frederick William IV of Prussia, sebagai seorang pengajar di Universitas Berlin. Akan tetapi, mereka diejek habis-habisan karena riset dari mereka tidak menunjukkan tanda-tanda diterima. Bahkan, kalangan bangsawan yang menemui mereka, hanya mencibir keduanya. Seolah-olah, itu tulisan kuno dan tidak memiliki seni.

Pada akhirnya, Jacob memutuskan untuk memberikan perhatian pada tulisan tersebut. Termasuk melestarikan tradisi secara legal maupun sejarah bahasa Jerman itu sendiri. Hasilnya, sebuah buku bernama Hausmärchen telah dirilis. Wilhelm dan Jacob menaruh semua kisah dongeng dan literasi abad pertengahan ke dalam buku itu.

Hingga peristiwa menakjubkan terjadi. Tepatnya, tengah malam menjelang penampakan bulan purnama. Keduanya sibuk berkutat dengan sebuah buku yang akan dibuat. Lentera terbuat dari lilin, ditaruh di dekat meja belajarnya. Wilhelm maupun Jacob berkonsentrasi penuh pada sebuah karya. Nantinya, akan dipublikasikan di sebuah Universitas. Oleh sebab itulah, Grimm bersaudara wajib memberikan naskah dalam bentuk mentahan kepada Kerajaan sebelum dipublikasikan.

Tiba-tiba, Wilhelm melihat sebuah partikel cahaya. Melintasi tiap buku yang ditulis oleh keduanya. Sinar cahaya itu berhenti. Kemudian, terbelah menjadi dua sinar. Menyinari Jaco dan Wilhelm. Respon mereka memalingkan wajahnya. Tidak tahan dengan sinar cahaya yang terus meneranginya. Saat itulah, sinar tersebut jadi kegelapan menyengat. Menambah daya energi kegelapan. Termasuk buku yang dipegang oleh mereka.

Sorotan mata Wilhelm dan Jacob berganti merah pekat. Mulai terkesima dengan sinar misterius itu. Tangan kanan mereka berusaha untuk menggapai bola kristal melayang di udara. Dua buah buku yang ada di meja, berganti ukuran. Yaitu buku berukuran kecil dan besar masing-masing digenggam oleh mereka. Kemudian, jemari Grimm bersaudara bersentuh yang ada tombol hologram berwarna merah. Terbukalah sebuah tulisan yang tidak diketahui oleh mereka. Muncul sebuah status yang tidak mereka mengerti.

Nama: Wilhelm & Jacob Grimm

Umur: Jacob (55) & Wilhelm (54)

Level: 30

Ras: Otherworlder

Job: Writer/Creator

Ability: [Summon]

Skill: [Summon] [??]

Setelah mengecek status mereka, bola kristal itu mendarat di telapak tangan Wilhelm. Pancaran sinar cahaya begitu hangat dan menghisap mata merahnya hingga kembali jadi normal. Nampaknya, mereka terkejut dengan kekuatan bola kristal itu. Seakan-akan menunjukkan sebuah pemandangan yang menakjubkan kala itu. Bola kristal yang dipegang Wilhelm, tiba-tiba memancarkan sinar cahaya. Menyilaukan kedua bola mata mereka sekaligus.

Sebuah tinjauan masa depan penuh samar-samar. Dimulai dari seorang gadis yang bertemu seekor serigala, seorang gadis yang disiksa oleh keluarga barunya, gadis berambut panjang sampai rambut emasnya dijadikan sebagai alat untuk memanjat dan sebagainya. Tinjauan tersebut mulai menandakan sebuah kisah yang sangat memilukan dan menyakitkan. Grimm bersaudara terperangah dengan tinjauan masa depan tersebut. Keduanya saling menoleh. Bingung dengan penglihatan barusan.

"Jacob, ini—"

"Benar-benar luar biasa. Seolah-olah sosok Dewa telah menjemput kita!"

"Kau benar. Kekuatan bola Kristal ini, aku yakin bisa melebihi manusia umumnya. Tinggal kita mampu maksimalkan kemampuannya!"

"Benar juga. Tidak ada salahnya merubah nasib kita sekarang ini! Aku mulai muak dengan tinggal di sini. Tidak ada apresiasi sama sekali."

Dari luar jendela, terdengar beberapa warga sedang berjalan menuju gubuk tuanya. Sepertinya, mereka penasaran dengan peristiwa dari luar. Wilhelm dan Jacob mengintip dari jendela, saling mengangguk. Lalu, mereka menyentuh bola kristal yang berkilauan. Benda itu tiba-tiba bersinar bersamaan dengan dua buah buku milik mereka. Kedua telapak tangan kiri Grimm bersaudara menyentuh buku masing-masing. Mereka duduk di kursi sembari memejamkan kedua matanya. Beberapa menit setelahnya, tangan kanan keduanya mengambil bulu yang sudah diberi tinta cairan hitam. Mereka mulai menulis cerita. Sementara itu, sinar itu menyilaukan para warga yang menghampirinya. Ingatan mereka dicuri. Dipaksa untuk melanjutkan aktivitas berpatroli seperti biasanya.

Di lain pihak, sinar cahaya telah menyilaukan kedua mata Grimm bersaudara. Wilhelm dan Jacob terperangah, sebuah tempat yang tidak mereka ketahui muncul begitu saja. Di saat mereka membuka kelopak matanya, tempat itu dipenuhi berwarna gelap. Hanya menyisakan lantai dari kayu. Dinding beserta kaca di jendela mengalami retak di tiap sudut. Kumuh dan jarang ada yang dibersihkan. Bau menyengat ke rongga hidung Grimm bersaudara. Kibasan kedua tangan dari mereka, mencoba untuk hapus bau di sekelilingnya. Atap langit dipenuhi sarang laba-laba dan burung yang bertengger di sela-sela penyangga kayu. Terlihat banyak perabotan hancur dimakan tikus maupun rayap. Terdapat juga sebuah tengkorak manusia dalam keadaan berdebu. Wilhelm dan Jacob terbatuk-batuk. Menatap tajam sembari melihat sekeliling tempat itu.

"Bau banget," komentar Wilhlem mengerutkan kening.

"Tapi kau baik-baik saja bukan?" kata Jacob.

"Aku sih baik-baik saja. Tapi … Tempat apa ini?" ucap Wilhelm terperangah dengan tempat asing.

"Jujur saja, aku tidak tahu, Wilhelm. Sepertinya, kita terseret ke dalam tempat yang tidak kita—"

Belum selesai bicara, Jacob menoleh ke belakang. Terdapat sebuah pintu berwarna coklat. Pintunya berdecit. Dibuka oleh seorang gadis berambut pirang. Kepulan asap mengelilingi dia. Kibasan tangan gadis berambut pirang menghapus bau beserta asap di sekitarnya. Jacob maupun Wilhelm mengerutkan kening, mengeskpresikan keterkejutan darinya. Kepala gadis berambut pirang menoleh arah sekitar dengan tatapan bingung. Kedipan mata dua kali dari Grimm bersaudara, merasakan ada partikel energi sihir misterius yang merasuki dalam tubuh mereka.

"Siapa kau?" tanya Jacob.

"Maafkan saya atas ketidaksopanan barusan. Saya sendiri tidak tahu nama saya."

Jawaban itulah membuat Grimm bersaudara menyeringai lebar. Senyuman mengernyih dari bibir Wilhelm. Sedangkan Jacob mencengkram bahu dia, menghentikan senyuman palsu dari wajahnya. Kini, mereka berdua tahu apa yang harus dilakukan. Wilhelm dan Jacob duduk di kursi yang sudah mau rapuh. Menulis ulang cerita yang sempat dia publikasikan. Jacob menuangkan ide tulisan itu ke dalam buku tulis, di mana sudah terpapar sinar dari bola kristal melayang di udara.

"Kau sedang menulis apa Jacob?" tanya Wilhelm.

"Nanti kau akan tahu sendiri. Gadis kecil, aku menyuruhmu untuk duduk di kasur. Berbaring sambil memejamkan kedua matamu."

"Perintah saya laksanakan," ucapnya kaku.

Wilhelm menurunkan alisnya. Bibirnya berkerut. Jacob mengangkat tangan kanan untuk menuliskan sebuah quote dengan energi sihirnya. Isi tulisannya seperti ini: 'I am death, and I make sure that everyone is equal!'. Bagian atas dari bulu putih mulai berubah berwarna hitam. Energi sihir gelap mengelilingi tubuh Jacob. Disertai adanya kepulan asap mengerumuninya. Muncullah sosok berjubah hitam membawa sabit berukuran raksasa. Melayang dan menadahkan tangan kanan pada Jacob. Kemudian, makhluk itu terbang dan masuk ke dalam bola kristal itu. Memutuskan untuk bersemayam di dalamnya. Seketika, bola kristal itu berubah menjadi hitam pekat. Sebagai tambahan, Wilhelm menyusul untuk ikut menulis di buku berukuran kecil. Menatap tajam kepada gadis berambut pirang itu. Proses yang dialami Wilhelm sama seperti Jacob. Bedanya, tulisan berambut putih pendek itu menulis layaknya seorang dokter. Tidak terlalu jelas dan hanya berlaku bagi orang-orang yang memahami tulisannya.

Sementara itu, gadis berambut pirang merasakan energi tidak biasa. Dimulai dari kedua kaki hingga merasuki ke dalam anggota tubuh bagian dalam. Kedua kelopak matanya terbuka pelan. Menerawang kedua telapak tangannya. Sel sarafnya merasakan, energi sihir mengalir bersamaan dengan sel pembuluh darah merah. Gadis berambut pirang bangkit dari kasur. Grimm bersaudara merancang sebuah portal misterius, berasal dari energi dalam bola kristal tersebut. Terbukalah portal berwarna abu-abu spiral. Wilhelm dan Jacob saling mengangguk. Munculah sekumpulan monster seperti undead berjalan tergontai-gontai. Kemunculan portal tersebut mengakibatkan seisi ruangan mulai berubah dengan sendirinya. Getaran lantai dan area di sekelilingnya mulai bergeser. Tiap sisi ruangan berpindah ke sisi lain, seperti permainan puzzle pada umumnya. Grimm bersaudara melihat sebuah jendela di luar. Susunan bangunan tersebut mulai meningkat, hingga ketinggiannya mencapai lantai sepuluh. Retakan pada lantai kayu berganti keramik.

"Sepertinya, portal itu telah mengaktifkan ruangan ini secara acak," gumam Jacob.

"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Kita akan mengubah tempat ini menjadi sebuah markas bertingkat. Bagaimana?" usul Wilhelm.

Jacob menghela napas panjang, mengusap-usap kepalanya sendiri. Pria berambut buzzcut melirik pada sekumpulan undead. Menunggu perintah dari Grimm bersaudara. Jacob membuka halaman baru, menuliskan sesuatu pada sekumpulan undead.

"[Control Mode]."

Seketika, dia terkejut dengan perkataannya. Biasanya, kata-kata dia menggunakan bahasa Jerman atau bahasa local di sana. Akan tetapi, bahasa mereka berubah menjadi Inggris. Adiknya, Wilhelm akan menyadarinya cepat atau lambat.

Sihir itu telah bekerja dengan baik. Sehingga sekumpulan undead mau melayani Grimm bersaudara. Wilhelm pun memikirkan sebuah rencana selanjutnya. Senyuman misterius dari bibirnya, membuat Jacob mengerutkan kening.

Sampai saat ini, menara di dalamnya telah disusun untuk penyambutan para otherworlder. Tidak seperti para petualang yang membutuhkan satu tingkat saja, Jacob dan Wilhelm tidak ingin main-main dengan tempat mereka bangun sejak lama. Ruangan yang semula kumuh, berubah menjadi tempat yang bersih. Setiap lantai di penuhi beragam monster dan bos yang menjaga. Mereka menciptakan monster yang tidak terpaku pada sekumpulan undead semata.

Di masa sekarang, sekumpulan bahan material telah dibawakan oleh wanita berambut pirang. Wilhelm dan Jacob kembali ke dalam ruangannya, mulai duduk di kursi. Menaburkan serbuk sihir pada buku masing-masing. Tidak ketinggalan, bola kristal telah diaktifkan secara otomatis. Membuat sihir pemanggilan menjadi lancar.

"[Summon]! [Red Riding Hood and Wolf]!"

Muncullah seorang gadis bertudung merah dan seekor serigala dengan berotot kekar. Gadis itu menutupi hampir seluruh wajah kecuali mata biru lautnya. Tangan kanan merogoh sebuah topeng, memasangkan beserta menggunakan dua belati pisau dengen lekukan petir pada logam besinya. Sedangkan mata serigala memancarkan tatapan seorang pembunuh dan air liur membasahi bibir dan giginya. Siap memangsa siapapun yang menghalanginya.

"Yang terhomat, Tuan Jacob dan Wilhlem. Kami siap menerima perintah anda. Katakan, apa perintah anda?" tanya Red Riding Hood.

"[Red Riding Hood and Wolf], kalian paham, kan tugas yang kuberikan?"

Red Riding Hood dan Wolf mulai bersikap layaknya seorang petualang. Untuk saat ini, mereka memutuskan untuk berhenti berakting seperti kisah dongeng. Perlahan, hawa pembunuhnya mulai dihilangkan. Tidak ketinggalan, quest palsu yang ditulis oleh Grimm bersaudara telah disiapkan untuk para otherworlder. Supaya mereka masuk ke dalam perangkapnya. Untungnya, Hiro dan kawan-kawan tidak menyadari hal itu.