Chereads / Terjebak Cinta Suami Yandere [Free Sample] / Chapter 5 - Bab 5 Kecemburuan Shouhei yang Berbahaya

Chapter 5 - Bab 5 Kecemburuan Shouhei yang Berbahaya

Didesak dengan pesona pria berkacamata tipis itu, keduanya akhirnya membeli gelang tersebut dan kembali makan malam bersama.

Pria berkemeja biru gelap itu menatap Risa yang makan dengan perlahan di depannya.

"Kau tidak suka?"

Sang wanita menegakkan kepalanya.

"Suka, kok. Sangat enak. Dagingnya benar-benar lembut."

Pria di depannya ini punya sikap yang sangat romantis, selain pintar dan begitu tampan.

Bagaimana bisa dia makan seperti orang kesurupan? Malulah. Padahal dagingnya benar-benar bikin saliva Risa nyaris menetes-netes, tapi harus jaga sikap di saat seperti ini. Bikin sakit hati saja! Hiks!

"Lantas, kenapa makannya hanya sedikit?"

"Eng... itu... sayang sekali kalau harus berpisah dengan cepat," cicitnya malu-malu, mata menghindari tatapan sang pria.

Yah, sejujurnya bukan itu. Selain jaga image, dia kepikiran dengan perkataan Vera tadi siang.

Adnan Budiraharja memang pria yang benar-benar sempurna.

Sudah dua kali mereka bertemu, dan perlakuannya benar-benar bikin hati meleleh. Dan siapa sangka kalau dia akan dibelikan gelang seharga 10 juta yang kini terpasang indah di pergelangan tangan kirinya?

Pria itu bertopang dagu dalam pose yang sedikit seksi, menatapnya dengan wajah menggoda. Senyumnya membuat Risa hampir meroket ke angkasa.

"Setelah menikah, kita akan terus bersama. Kenapa harus pusing dengan perpisahan pendek ini?"

Risa memerah di sekujur tubuhnya.

Vera! Bisa-bisanya kau menuduh calon suami sempurnaku ini punya sisi gelap! Tidak termaafkan! batin Risa dengan hati memanas, karena sudah tenggelam dalam rayuan maut Adnan.

Pria itu tersenyum indah dengan mata melengkungnya.

"Lihat, hari ini kita bahkan memakai baju berwarna sama. Bukankah ini namanya takdir?"

Risa menggigit bibir, jantungnya sudah tidak karuan seperti orang yang di ujung sakaratul maut.

Pria ini benar-benar membuat Risa merasa jadi wanita paling beruntung di dunia! Atau seperti itulah menurutnya saat ini.

Selepas acara makan malam itu, Adnan kembali mengantar Risa ke rumahnya, dan kali ini disambut oleh sang ibu yang kaget melihat ketampanan super gila yang didengarnya dari sang anak kemarin malam.

"Oh! Jadi, namanya Adnan, ya?"

"Iya, tante. Salam kenal."

Pria berkacamata itu dengan manis menyalami ibu Risa yang terkagum-kagum dengan visual calon menantu yang ditentangnya mati-matian. Langsung malu mengingat perkataan buruknya soal botak, gendut, dan jelek.

Risa! Aku setuju sekali dengan perjodohan ini! Ikat kakinya kuat-kuat, nak! Benar-benar pria yang sempurna! batin ibu Risa dengan penuh semangat, masih terbengong melihat calon menantunya yang begitu luar biasa.

Risa tersenyum kaku dan malu-malu dengan reaksi ibunya yang sedikit bikin salah tingkah itu, dia pun menyikut ibunya dan percakapan kecil pun terjadi di antara ketiganya sebelum pria itu akhirnya harus pamit dengan alasan besok ada urusan penting di luar kota.

"Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok," ujar Adnan dengan senyum memikatnya ketika diantar ke depan mobil.

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, ya!"

Adnan melirik ke arah teras sejenak, lalu memajukan tubuhnya dan berbisik di telinga sang wanita dengan mesra dan romantis ketika sang calon ibu mertuanya sibuk mengusir kucing liar yang tiba-tiba lewat di depannya, "Aku mencintaimu, Risa."

Risa memerah sekujur tubuhnya.

Tidakkah ini terlalu cepat mengatakan kalimat menakjubkan itu?

"A-a-a-a-a-aku juga, Adnan," balas Risa gugup, menundukkan kepala cepat, benar-benar mabuk kepayang.

Adnan mengusap puncak kepalanya sejenak, lalu segera membungkuk hormat pada ibu Risa yang kini mulai berdeham memberi kode untuk tidak macam-macam.

"Ingat! Jangan ngebut, ya! Kabari aku kalau sudah sampai!" rajuk Risa dengan wajah cemberut, berlari masuk ke teras dengan kedua pipi merona manis.

"Assalamualaikum!" teriak Adnan sopan, melambaikan tangan dengan anggun.

"Waalaikumussalam," balas keduanya nyaris bersamaan.

Kedua wanita ini pun melambaikan tangan menatap kepergian mobil itu, tersenyum dengan wajah penuh kegembiraan.

"Katanya tidak setuju?" sindir Risa kemudian, melirik ibunya dengan tatapan meremehkan.

"Aduh! kalau setampan dan sebaik itu, ibu juga setujulah~ ibu mana yang gila menolak pria seperti itu dijadikan menantu?"

Ibu Risa terbahak senang sembari berjalan masuk ke dalam rumah, sangat bangga dan puas.

Risa mendengus kecil lalu masuk mengikuti sang ibu.

***

Di jalan.

Di mobil Adnan Budiraharja.

"Hey, Ad! Tumben kau tidak datang malam ini," ledek seorang pria dari pembesar suara di ponsel yang tergeletak di kursi sebelahnya. Dari ponsel itu, terdengar musik yang sangat berisik, seperti sebuah musik di klub malam.

"Aku sedikit sibuk hari ini," balasnya malas sembari melonggarkan dasi hitamnya, menyetir dengan santai, pembawaan pria ini yang semula ramah, tiba-tiba menjadi dingin dan ogah-ogahan.

"Ahahaha! Jangan bilang kau benar-benar akan menikah dengan wanita pilihan ayahmu itu!"

"Berisik," gerung Adnan, membelokkan mobilnya dengan kening kesal.

"Ayo! Cepatlah ke mari! Di sini ada banyak wanita baru! Semuanya cantik-cantik! Kau pasti langsung terhibur setelah bersandiwara sok baik begitu! Sungguh menggelikan! Hahaha!"

"Tunggu aku 15 menit lagi."

Dengan balasan seperti itu, ponsel pun dimatikan oleh pria berkacamata ini.

Senyum di bibirnya terlihat sangat licik dan matanya berubah dingin, kacamata yang menghiasi wajahnya dibuka dan terlihat seperti pria bermata normal, gelagatnya tidak seperti orang yang bermata minus.

Ya! kacamata itu sebenarnya hanyalah hiasan agar dia terkesan intelek semata. Benar-benar hanya untuk menipu orang lain selama ini.

"Pernikahan? Aku mencintaimu? Yang benar saja. Konyol sekali," dengusnya dengan nada menghina, ekspresi wajahnya tertekuk mengerikan.

Segala ketampanan, keramahan, dan sifat manisnya hilang dalam sekejap.

***

Tokyo, 1 jam setelah acara makan malam Risa dan Adnan.

"Jadi... bagaimana, tuan muda?" tanya seorang pria muda dalam setelan jas hitam, wajah terlihat serius.

Shouhei baru saja keluar dari kolam renang, tubuh indah dengan otot-otot perut memukau berkilau oleh tetesan air yang berseluncur di sana. Suara gemericik air di ruangan besar itu menggema memenuhi udara.

Hanya pria ini satu-satunya yang menikmati fasilitas itu di malam hari.

Handuk ditawarkan padanya, diraih dengan gaya dingin yang elegan.

"Apa mereka sudah menetapkan tanggal pernikahannya?"

Pria dengan wajah dingin dan tenang ini berjalan ke kursi pantai dan meraih jubah mandi, memakainya dan membaca laporan yang baru saja dibawakan oleh sekertaris pribadinya itu.

Namun, itu bukan laporan perusahaan atau terkait bisnis lainnya, melainkan laporan dari detektif yang baru saja selesai menyelidiki calon suami wanita yang sangat dicintainya.

"Menurut orang dalam yang saya terima, kedua ayah mereka akan menentukan tanggal pernikahannya bulan depan."

Shouhei menatap isi laporan itu, di dalamnya terdapat beberapa foto yang diambil diam-diam. Semua menampilkan keburukan dari tingkah Adnan Budiraharja yang ditutupnya rapat-rapat dari calon istrinya.

Shouhei mendengus penuh hina.

"Berani sekali dia ingin mempermainkan wanitaku," gumamnya dengan nada penuh sifat posesif, mata dingin dan tajamnya bercahaya mematikan.

"Seperti yang Anda lihat, tuan muda. Calon suami Risa Abdullah tampaknya adalah pria penganut dunia malam. Dia selalu bergonta-ganti wanita dan mabuk-mabukkan. Seorang pemain sejati."

Shouhei menatap foto-foto itu satu per satu, menatapnya dengan tatapan remeh.

"Kelakuannya benar-benar membuatku jijik. Periksa semua anak perusahaan keluarganya. Berikan laporannya dalam waktu 24 jam."

Shouhei berdiri, mengusap rambutnya yang basah dengan handuk, dan melempar map ke dada sang sekertaris, "hal busuk begini, sebaiknya buang ke tempat sampah saja."

"Eng, tuan muda?" pria ini menatap bingung Shouhei yang sudah berjalan menjauh darinya, map tadi dipeluk kuat-kuat.

"Anda tidak mau menyimpannya?" tanya sang sekertaris, berjalan cepat menyusulnya.

"Untuk apa?" balasnya malas.

"Anda tidak ingin memperlihatkannya pada nona Risa?"

Shouhei berhenti, berbalik dengan bertopang dagu menatap map di dada sang lawan bicara. Posenya bagaikan seorang supermodel internasional.

"Kau yakin Risa sudah mulai suka padanya?"

Wajahnya tampak menimbang sesuatu.

Sang sekertaris mengangguk cepat, "seperti yang tuan muda lihat di ponsel Anda beberapa saat lalu. Nona Risa tampak menikmati makan malamnya dan diantar pulang untuk kedua kalinya. Detektif itu juga bilang sang pria membelikan nona Risa sebuah gelang seharga 10 juta."

Nadi di pelipis Shouhei seolah ingin meledak begitu saja.

Dia tidak suka pria itu mempermainkan Risa dengan segala tipu dayanya.

Pria ini berenang malam-malam begini karena hatinya panas melihat foto Risa yang tengah dibisikkan sesuatu oleh pria itu sampai terlihat salah tingkah dan malu-malu. Jika tidak berenang, takutnya dia akan langsung datang ke rumah pria itu dan mencekiknya hingga mati.

"Bagaimana? Apa yang akan kita lakukan?" tanya sang sekertaris pucat.

Shouhei terdiam berpikir, mata dingin menawannya tampak membayangkan sebuah skenario menarik.

"Segera urus kepindahanku ke Indonesia."

"Pi-pi-pi-pindah?" gagap sang seketaris, merasakan hal buruk.

"Kenapa? Aku tidak akan memecatmu. Kau bisa bahasa Indonesia dengan fasih seperti sekarang, kan? Jadi, kau akan tetap ikut denganku."

Sebelah pundak pria itu ditepuk berat olehnya, tersenyum dingin.

"Ma-ma-ma-maksudnya, kita akan pindah ke perusahaan nona Risa?"

Shouhei yang sudah jalan kembali, kemudian berbalik lagi, "ya? Apa yang salah? Itu adalah perusahaanku juga."

Sudut bibir Shouhei tertarik dingin, wajah sangat puas.

GLEK!

Sang seketaris menelan ludah berat.

Pria ini, pria di depannya ini, adalah pria yang sudah dilayaninya bertahun-tahun, demi mengikat wanita yang dicintainya, sudah melakukan banyak cara agar bisa menggiring sang wanita untuk bekerja di perusahaannya secara alami, dan itu sama sekali tidak diketahui oleh wanita polos itu.

Semua itu dilakukan semata-mata agar bisa mengawasinya dari dekat, meski terpisah oleh lautan berkilo-kilo meter jauhnya.

"Ah.... pria yang dimabuk cinta seperti tuan muda benar-benar mengerikan," keluhnya dengan helaan napas berat. Tambah lagi pekerjaannya bulan ini. Keningnya bertaut lemah, tapi senyum kecil tersungging di bibirnya.

Sementara itu, Risa yang menjadi objek pembicaraan kedua pria yang jauh dari bayangan dan imajinasinya, sudah tertidur dengan iler menghiasi salah satu sudut mulutnya.

Pose tidurnya benar-benar berantakan, tubuh miring, kedua tangan dan kakinya serampangan, selimut setengah terbuka di tubuhnya yang terpasang piyama merah muda, dan gelang pemberian Adnan terpasang indah di tangannya.

"Aku juga mencintaimu, Adnan.. muachhh..." igau Risa dengan wajah tersenyum-senyum bodohnya, menggaruk lehernya yang tiba-tiba digigit nyamuk, lalu memiringkan tubuhnya memeluk guling.

Dalam mimpinya, dia sudah menjadi istri seorang Adnan Budiraharja dengan segala cinta untuknya. Begitu indah, begitu romantis. Setiap hari hanya ada kebahagiaan dan hal-hal romantis.

Tapi, mimpi hanyalah mimpi.

Tidak semua bisa jadi kenyataan, dan ini segera akan dipelajari oleh Risa bahwa plot twist dalam hidup itu benar-benar ada.

Di saat yang sama, sebuah klub malam elit, di ruangan VVIP yang penuh dengan kesenangan pria dan wanita, Adnan sibuk tertawa dan tersenyum-senyum pada dua wanita yang menemaninya, dan pria di sebelahnya pun meledeknya dengan nada penuh gurauan.

"Kasihan sekali wanita yang akan kau nikahi itu. Hahaha. Benar-benar tidak punya hati kau ini, Adnan!"

Adnan tersenyum licik, mata menyipit dingin.

"Dia saja yang bodoh, Biarkan tenggelam dalam imajinasinya. Katanya dia selau sial dalam hal cinta. Dikiranya sudah dapat malaikat, malah dapat ibl*s sepertiku. Bukan begitu cantik?" godanya pada wanita cantik di sebelah kirinya, dan disambut dengan wajah malu-malu sang wanita, memukul pelan dadanya, sangat manja.

"Genit, ah, Adnan. Kami jadi cemburu, kan?"

"Benar. Kalau sudah menikah, pasti tidak akan datang main ke sini lagi, kan?" rajuk wanita lainnya.

"Siapa bilang? Aku akan tetap datang seperti biasanya. Tidak ada yang akan berubah," balas Adnan dengan nada mendengus remeh.

"Dasar suami kurang ajar!" ledek pria sebelumnya, lalu terbahak sangat keras diikuti yang lainnya di ruangan itu.

Senyum Adnan benar-benar berbeda dengan yang ditampilkan pada Risa selama ini, licik dan sangat jahat.

***

-----------------

*Catatan Author

Halo!^^

NatsuHika di sini!

Panggil saja Nat-chan! ;)

Komen dan rate bintang 5, ya, guys!

Biar saya lebih semangat updatenya!

Love, love from me!

ღゝ◡╹)ノ♡

***

Face.book: Natsumi Hikaru

IG: natsuhika.author

Author dari:

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama

Saingan Sang Playboy

-----------------------

Halo!

Nat-chan di sini!^^

Tinggalkan kesan kalian di komen, ya, guys!

Kenawhy pembacaku semuanya silent reader mulu?

Apa aku galak banget di SSP, ya?

Suka banget curhat panjang kali lebar?

Jadinya g ada yang mau komen2 lagi.

(༎ຶ⌑༎ຶ)

Komen sebijik dua bijik aja, guys.

Dan mohon diberi review atau ulasan bintang 5 biar bintangnya nyala.

Nanti saya akan update novel saya yang lain sampai 80% dari total babnya.

Saya G pelit kasih baca gratis.

Hibur saya juga dengan jejak kalian.

Hiks...

----

Lihat di bab 9 info tentang novel ini....