"Kau sangat keren, Fujitora."
"Fujita, desu."
"Kamu menembak tepat pada sasaran, meskipun kamu hanya memiliki ruang tembak yang minim. Bagaimana kamu melakukannya? Apakah kamu berlatih menembak?"
"Ho-oh." Fujita mengangguk dengan wajah sedikit arogan. "Ini pertama kalinya saya berlatih ini secara langsung."
"Betulkah?"
"Iya. Maklum, sejak saya di-bully, saya jarang keluar rumah. Saya di rumah kebanyakan bermain game FPS. Dan kebetulan ayah saya adalah mantan tentara Squad AAT. Saya sering melihatnya membawa pistol dan lainnya. senjata api di rumah, jadi terkadang saya penasaran tentang itu. Ayah saya memberi saya kit game FPS untuk melatih saya menembak secara tidak langsung di dalam game."
"Wow, ayahmu adalah seorang prajurit Pasukan AAT dengan pangkat berapa? Pemula, elit, atau veteran?"
"Ayahku hanya ... seorang Elite sendirian."
Wajah Fujita terlihat sedikit lesu.
"Keren. Ayahmu hebat, kamu juga hebat. Keren."
"Eh?"
