Pagi ini matahari enggan memancarkan sinarnya. Sepertinya sedang mendung. Semendung hati Kania. Entah kenapa hari ini Kania seperti enggan pergi ke sekolah, karena mungkin ini hari pertama kalinya Kaniya ke sekolah diikuti para pengawal Papanya. Sebenarnya Kania tidak ingin diakui sebagai anak konglomerat, dia merasa malu, dia ingin dianggap seperti anak-anak lainnya. Tapi karena Papanya begitu khawatir, sampai - sampai Papanya ingin Kania selalu dikawal oleh para bodyguard-nya.
Seperti biasa setiap bangun tidur dia tidak melihat siapapun di meja makan kecuali para asisten rumah tangganya. Papanya sudah berangkat kerja. Begitupun dengan Delon, yang pergi entah kemana, jadwalnya sangat padat. Apalagi Sarah dia selalu terlihat sibuk setiap harinya, entah ke butiknya, ke salonnya, ataupun ke hotel milik perusahaan Wijaya Groub. Sebenarnya iya merasa sangat kesepian. Dia punya segalanya tapi tidak dengan kebersamaan bersama keluarga. Apalagi setelah kejadian kecelakaan beberapa tahun yang lalu, ya harus kehilangan ibunya. Dan peran ibunya digantikan oleh wanita muda yang dinikahi ayahnya yaitu Sarah. Kasih sayang Sarah kepada Kania sama halnya seperti ibu-ibu yang lainnya, yang mencintai anaknya dengan tulus. Tapi semua orang tidak pernah tahu, apa yang ada di balik pikiran Sarah. Apakah dia benar-benar tulus mencintai Pak Wijaya dan keluarganya, atau hanya mencintai hartanya saja.
"Apa ada yang kurang nona Kania?" Tanya asisten rumah tangganya.
"Aku tidak mau sarapan pagi ini, aku akan berangkat sekolah."
Kaniya meninggalkan meja makan yang membosankan itu. Dia pergi menuju garasi mobilnya dan alangkah kagetnya ternyata para bodyguard Papanya sudah bersiap dengan mobilnya.
"Kenapa kalian ada di mobilku?" Tanya Kania marah.
"Maaf nona Kaniya, mulai hari ini Pak Wijaya meminta kami untuk mengawal nona Kania kemanapun nona pergi" terang Roy.
Kaniya merasa kesal, dia menghembuskan nafas panjangnya sembari membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Entah sampai kapan Kania harus dikawal seperti ini dan yang pasti ini adalah hal yang paling menyebalkan bagi Kania.
Sesampainya di sekolah Kania, semua orang menatapnya, karena tidak seperti biasanya, Kania Wijaya Wang di kawal oleh bodyguard. Banyak dari mereka yang mencibir, dan menatap sinis Kania. Tanpa menghiraukan semuanya, Kaniya turun dari mobil mewahnya, dan berjalan ke arah kelasnya. Begitupun semua pengawalnya mengikuti Kania.
"Apa kalian mau ikut aku sekolah??"
"Maaf nona Kania, kami akan memastikan nona aman sampai di kelas"
"Kenapa kalian sangat menyebalkan??" kata Kania dengan nada meninggi. Tapi pengawalnya hanya menundukkan kepala tanda hormat.
"Kania, Kan!!!" panggil Sonya, dan Tania diiringi lari kecil menuju ke arahnya.
"Kania, ada apa ini??" tanya Sonya heran melihat Kania di kawal.
"Ini kerjaan papaku"
"Lu pasti bikin ulah, makanya papamu sampai nyuruh bodyguard buat ngawal kamu!!" tambah Tania.
"Ceritanya panjang, nanti gue ceritain!!" kata Kania sembari berjalan cepat menuju kelas.
Mereka bertiga berjalan cepat menuju ke kelas. Itu karena agar pengawal Kania segera pulang. Raut muka Kania benar-benar tidak seperti biasanya. Kali ini dia murung dan merasa sangat tertekan, bagaimana tidak? Semua mata tertuju padanya, bahkan sebagian gurunya juga heran karena aksinya ini.
"Kan, Kania, maafin gue Kan!!!" tiba-tiba Miko muncul, dia sengaja berangkat sedikit awal hanya karena ingin meminta maaf kepada Kania karena kejadian kemarin sore.
"Miko!!" Kaniya sedikit terkejut melihat seorang Jeremico Leven, cowok terjutek di sekolah tiba-tiba meminta maaf kepadanya hanya karena masalah yang menurutnya sepele. Kemarin sore bukan pertama kalinya Kania dipaksa pulang oleh pengawal Papanya. Jadi menurut Kania ini hal sepele.
"Aku nggak papa Miko, jangan khawatir"
"Tapi Kan, aku benar-benar merasa bersalah!!" Miko mencoba menjelaskan sesuatu.
"Tolong anda minggir, berikan jalan untuk nona Kania!!" kata Roy bodyguard Kania.
Kania mengerutkan keningnya menatap Miko. Untung saja Miko segera paham apa maksud Kania. Miko akhirnya minggir memberikan jalan untuk mereka lewat.
"Kali ini ulah lu bener-bener keterlaluan Miko. Gara-gara lu, Papa Kania sampai menyuruh pengawal untuk mengawasi Kania!!!" ucap Willy yang tiba-tiba datang dan menyalahkan Miko.
"Ini bukan urusan lu!!" jawab Miko emosi sembari meninggalkan Willy.
Miko memang benar-benar merasa bersalah karena dia sudah mengajak pergi Kania. Sampai-sampai papa kania menghukum Kania dengan menyuruh pengawalnya untuk mengawasi Kania.
"Aku sudah sampai di kelas, sekarang kalian boleh pergi!" Perintah Kania kepada pengawalnya.
"Baik nona Kania, kami akan menunggu nona di parkir mobil sampai nona Tania pulang sekolah."
Para pengawal kania pun segera pergi meninggalkan Kania. Kania yang harus menjalani semua hukuman papanya, merasa sangat kesal dan jenuh.
"Kania, gue tau lu sekarang lagi badmood banget, gimana kalo ntar kita jalan!!!" ide Sonya.
"Bener tuh, udah lama banget kita nggak jalan bareng." tambah Tania.
"Dengan di ikuti banyak pengawal??" Kata Kania ragu.
"Nggak masalah yang penting kita bisa happy." kata Sonya meyakinkan Kania.
Hari ini Delon tidak ada kelas. Dia tidak pergi ke kampus. Delon lebih memilih menghabiskan waktunya di kantor, untuk membantu Papanya. Semenjak Papanya sakit, dan dokter memvonis Papanya mengidap penyakit jantung, Delon menjadi sadar dan lebih menurut kepada ucapan Papanya. Dia yakin pasti bisa memimpin perusahaan Papanya kelak.
"Pa, selesai meeting. Ada yang ingin Delon bicarakan sama Papa!!" Pinta Delon.
"Apakah itu penting!! Sampai-sampai kamu tidak ingin membicarakannya di rumah?"
"Tidak Pah, ini sedikit penting" jawab Delon.
"Baiklah, tunggu selesai meeting!!" Jawab Pak Wijaya.
Teet...teet...
Jam sekolah tanda usai telah berbunyi. Kania, Tania, dan Sonya bergegas menuju ke parkir mobil mereka. Seperti rencana mereka, ketiga wanita cantik ini akan pergi menghabiskan waktunya untuk refreshing.
"Aku akan pergi bersama teman-temanku, apakah kalian juga mau ikut?" Tanya Kania ke semua pengawalnya.
"Kami akan tetap mengawasi nona Kania, ini perintah Pak Wijaya"
"Terserah kalian!!!"
Kaniya mulai sebal, ia masuk ke mobilnya. Begitupun para bodyguardnya. Ia benar-benar merasa terganggu.
Sonya mulai memakai headsetnya. Bagaimana mungkin ia merasa tenang jika satu sahabatnya berada di mobil yang berbeda. Ia tidak ingin kehilangan pendapatan sahabat - sahabat karibnya itu. Sonya pun menelfon Kania.
"Hallo Kaniya, kita kemana dulu nih??"
"Mending ke salon dulu!!"
"Oke kita ke salon!!"
"Kaniya minta ke salon dulu, gimana menurutmu Tan??" tanya Sonya ke Tania.
"Oke, ide bagus. Habis ke salon lanjut ke butik. Kita kan nggak bawa baju, masak iya pake seragam!!!" pinta Tania.
"Bener juga, gue nelfon Ayu dulu!!" kata Sonya.
"Halo Ayu, tiga jam lagi tolong kosongkan butik!!"
Sonya menutup telponnya dan kembali fokus menyetir mobil. Ayu adalah penanggung jawab di butik milik mama Sonya.
"Kenapa butik juga harus di kosongin sih??" tanya Tania.
"Gue lagi pengen bebas milih baju!!" jawab Sonya singkat.