Matahari mulai tenggelam. Cahayanya yang tadinya berwarna kuning, kini mulai berwarna jingga. Sonya, Tania, Willy dibantu dengan Revan, Satria dan Sendy. Sampai sekarang belum menemukan Kania. Mereka akhirnya bertemu di lobby sekolah.
"Gimana kalian nemuin Kania nggak??"
"Nggak. Gue nggak nemuin!!"
"Semua ruangan udah gue periksa!!"
"Lab bahasa, lab biologi juga udah!!"
"Di semua ruang kelas juga udah!!!"
"Kania tetep nggak ada"
Papar mereka satu per satu. Kepanikan mulai muncul. Apalagi Willy ia merasa sangat kacau.
"Di parkir mobil??" tanya Sonya.
"Di parkir mobil memang masih ada sebagian mobil. Termasuk mobil Diego!!" jawab Sendy.
"Berarti memang benar-benar Diego pelakunya!!!" ugkap Revan.
"Sebentar-sebentar, mungkin ada salah satu ruangan yang kita lewatkan!!!" sahut Tania.
Mereka semua berfikir keras, ruangan mana yang belum mereka periksa, seketika mereka semua sepemikiran dan menjawab serentak, "Gudaaang...!!!"
Kania berjalan mundur selangkah demi selangkah. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena punggungnya sudah menyentuh dinding. Tubuhnya gemetar. Keringat dinginnya mulai keluar. Kania benar-benar panik. Ia tak berani berteriak, berteriak pun percuma tak ada orang disini. Kalaupun ada itu adalah teman-teman Diego yang berjaga di depan pintu.
"Please Diego. Jangan sakitin gue!!! Gue bener-bener minta maaf!!" kata Kania memohon.
Blaak....
Kedua tangan Diego mendarat di dinding tepat berada di samping kepala Kania. Kini kepala Kania berada di antara kedua tangan Diego. Diego semakin menghimpit Kania. Kini wajah Kania berada tepat di depan wajah Diego. Jantung Kania semakin berdetak kencang, rasa takutnya semakin memuncak.
"Berapa kali gue harus bilang gue cinta sama lu Kan??. Tapi lu selalu nolak gue!!!. Apa kurangnya gue??" kali ini Diego merendahkan suaranya, dan berkata serius dengan menatap mata Kania.
"Lu nggak kurang apa-apa. Tapi gue belum bisa cinta sama elu. Jangan paksa gue!!!" jawab Kania.
Blakk....
"Tapi kenapa Kan?? Kenapa lu nggak mau nerima gue??"
Diego mulai meninggikan suaranya, kepalan tangannya menghantam keras dinding yang berada di sebelah kepala Kania.
"Aww!!!" Kania berteriak kencang. Ia semakin ketakutan.
"Hari ini juga. lu harus jadi milik gue!!!"
Diego mulai menyerang Kania. Ia mencengkram lengan Kania dan merobek-robek bajunya.
"Diego jangan. Hentikan!!" Kania mencoba menghentikan Diego, tapi tenaga Diego sangatlah kuat. Diego mulai menarik kancing baju Kania, hingga semua kancing Kania mulai terlepas.
"Diego jangan!!!"
Diego tak menghiraukan jeritan Kania. Ia mulai menciumi Kania di sekujur tubuhnya. Kania tak kuasa lagi untuk berontak, tubuhnya mulai melemah. Ia sudah tak mampu menahan kekuatan Diego.
'Miko, tolong...'
Kania terus saja memanggil Miko dalam batinnya. Meskipun ia tau Miko tidak masuk sekolah hari ini. Akan tetapi hanya Miko yang ada di dalam angannya saat ini.
"Kania, Kania jawab gue!!!" suara Sonya dan Tania terdengar di telinga Kania. Ingin rasanya ia berteriak menjawab panggilan sahabatnya. Akan tetapi tubuhnya melemah, bahkan besuara pun Kania tak sanggup.
Revan, Satria dan Sendy mulai menyerang teman-teman Diego yang berjaga di pintu gudang. Sementara Diego membuka ponselnya dan menelfon seseorang.
{"Ke gudang sekarang!!!"}
Seketika jumlah pasukan Diego semakin banyak, mereka mulai menyerang Sonya dan teman-teman yang lain. Dengan sigap mereka menghadang serangan pasukan Diego.
"Ternyata mereka belum jera!!!" ungkap Satria sembari menonjok pasukan Diego satu persatu.
Sementara Willy segera menendang pintu gudang. Pintu gudang pun sampai terlempar karena kekuatan tendangan Willy yang begitu keras. Melihat kondisi Kania yang acak-acakan dan bajunya yang robek amarah Willy semakin memuncak.
"Diego!!! Mampus lu!!!"
Willy mulai menendang Diego. Diego berusaha menghadang tendangan Willy, tapi tubuhnya tetap terpental ke tumpukan bangku yang terbengkalai. Willy meluapkan semua amarahnya karena melihat sikap Diego yang keterlaluan. Willy berlari menghampiri Kania. Ia melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Kania. Seketika Willy memeluk Kania yang sudah mulai melemas.
"Maafin aku Kan. Maafin aku!!!" kata Willy sembari terus memeluk Kania.
Diego mulai terbangun, semua tubuhnya terasa sakit karena menghantam tumpukan bangku. Ia mulai mengambil kaki kursi yang sudah terlepas. Diego berjalan sempoyongan menuju ke arah Willy, ia bermaksud akan memukul Willy dengan kayu tersebut. Willy tidak menyadari akan hal itu, ia terus saja memeluk Kania. Kania yang menyadari Diego akan memukul Willy langsung membalikkan badannya dan melindungi Willy.
"Awas!!!!"
Blaakkk....
Pukulan itu mendarat di leher belakang Kania. Seketika Kania pingsan.
"Kania..!!!!" Willy berteriak kencang.
Sementara Diego yang menyadari hal itu begitu menyesal. Ia tak menyangka pukulan yang tadinya akan dipukulkan ke Willy malah mengenai Kania.
"Kania, maafin gue Kan. Kania!!" kata Diego sembari menggoyangkan tubuh Kania.
"Brengsek!! Minggir lu!!" kata Willy sembari mendorong Diego.
"Kania?? Lu kenapa, Kania!!" teriak Sonya dan Tania saat melihat kondisi Kania yang pingsan.
"Ayo kita bawa ke rumah sakit!!!" perintah Sonya.
Seketika Willy mengangkat tubuh Kania dan membopongnya menuju parkir sekolah.
'Kania, sadarlah. Maafkan aku Kania. Seharusnya aku yang terkena pukulan itu, bukan kamu' hati Willy terus berontak melihat kondisi Kania yang seperti ini.
Willy, Tania, dan Sonya pun segera membawa Kania ke rumah sakit. Sementara Satria, Revan dan Sendy memilih membereskan Diego dan komplotannya.
...
"Dokter bagaiman keadaan anak saya???" kata Leo papa Viona.
"Kondisi pasien Viona sampai saat ini sudah membaik pak. Berkat teman prianya yang selalu mendampingi pasien, kondisinya juga sudah mulai stabil" papar dokter.
"Teman pria???" tanya Leo penasaran.
"Iya teman pria yang membawa pasien datang kesini waktu pasien mengalami kecelakaan. Silahkan anda ke kamarnya!!!" kata Dokter itu.
"Baik dok, terimakasih!!!"
Leo dan Rosalia orang tua Viona baru mendapat kabar dari pihak kepolisian jika putrinya terlibat kecelakaan tunggal di sebuah bukit sehingga menyebabkan mobilnya terjun ke jurang. Mereka segera mendatangi lokasi rumah sakit yang di kabarkan. Alangkah tenang hati mereka setelah tahu keadaan Viona mulai membaik. Merekapun segera menuju kamar dimana Viona dirawat.
Setelah membuka pintu alangkah kagetnya saat mereka melihat seorang pria duduk di sebuah kursi. Ia meletakkan kepalanya di ranjang dan tertidur di sebelah Viona. Sementara Viona menggenggam tangan pria itu.
"Ma, lihat ma. Siapa pria itu?? Sepertinya dia pria yang baik, sampai tertidur karena menjaga Viona kita," kata Leo kepada istrinya.
"Iya pa, biarkan saja pa, jangan di bangunkan. Kasian!!!" jawab Rosalia.
Akan tetapi Miko menyadari adanya seseorang yang datang ke ruangan itu, seketika ia terbangun dan mengangkat kepalanya. Ia terkejut saat melihat dua orang paruh baya berdiri di hadapannya. Miko pun merasa salah tingkah.
"Sudah santai saja nak. Apa kamu yang menolong Viona??" tanya Leo kepada Miko.