Chapter 7 - 6

Ch. 6

Dia berdiri di sana, mendinginkan atmosfer, melakukan bagiannya untuk pemanasan global sambil menunggu untuk melihat apa yang masih bisa ku lakukan untuk saat ini.

aku dengan cepat mengikat simpul pada cambuk.

Lalu, saya memasukkan tangan saya ke dalam lingkaran yang terbentuk, dan mendorongnya dengan susah payah tetapi dengan ulet.

Dan mulutku mulai dah tu,nyampahnya. Ga bisa ketolong mau gimana?!

"hal yang terbaik tentang permainan ini dimenunjukan trik baru dan menunjukan kepinteran dan menunjukan hal yang terbaik tentang permainan ini dimenunjukan trik baru dan menunjukan kepinteran dan menunjukan hal yang terbaik tentang permainan ini dimenunjukan trik baru dan menunjukan kepinteran...."

Aku ingin mengunci mulutku diam tapi aku takut

Saat aku panik, mulutku auto nyampah.

Dengan kurangnya tanda baca yang mencolok.

Apa yang kau harapkan aku lakukan ?!

Tapi, bagaimanapun, berkat kerja kerasku yang sangat rajin, cambuk itu mulai terbentuk.

Saya memulai babak baru dengan omong kosong.

" Menara Eiffel"

"Parasut"

"Jaring Ikan"

I quickly move from one string figure... whip figure, to another.

aku segera berganti dari satu figur.. figur cambuk ke yang lain

Dan melakukan yang terbaik untuk terus menyebutkan nama-nama yang dianggap 'gerakan' yang sangat memalukan ini.aku selalu mencoba menyelanya setiap ia ingin bicara selamanya.. 

...duh malu banget nih.

Namun, upayaku biar tidak mengeluarkan kata kata memalukan gagal total dalam hitungan detik.

"Naga yang membubung!Gelombang cambuk!Kelahiran King Kong!Pendakian ke surga!Anak laki-laki itu melempar bola!Kerudung biru kehijauan!Germania!Perusahaan hebat Sony!Lu Benwei yang mengesankan! "

mohon jangan spesifik pedulikan terhadap hal yang ku ucapkan.

karena aku juga tidak tahu apa yang kuucapkan.

yang kutahu hanyalah mulutku yang  mengoceh dengan cepat.

aku mungkin orang pertama yang didiagnosis secara klinis dengan Parkinson di bibir.

ini adalah aku saat aku gugup.

ya itulah saya.

beneran deh ,aku terkesan dengan diriku sendiri.

Bukankah mengesankan untuk bisa melontarkan omong kosong tanpa henti sampai tengah malam?

aku benar-benar berpikir tuan muda ...

Lupakan, itu monolog internalku.

Wanita cantik ini, juga luar biasa.

Dia bisa mendengarkan dengan seksama selama ini.

aku yakin dia benar-benar belajar di ruang kelas.

aku jamin, aku sama sekali tidak rajin belajar seperti wanita cantik di kelas Fisika SMP.

dan, akhirnya, wanita cantik itu menatapku, dan aku berhenti.

tapi bibirku masih bergetar.

seperti mesin lantak*

*(itu loh yang buat ngecor (pile driver)

aku panik lagi

takut aku mungkin tertembak dikepala jika aku melanjutkannya

saat aku panik, aku mengucapkan segudang omong kosong

Jadi, karena semuanya gagal, aku mulai melafalkan mantra.

Sepelan yang saya bisa.

Wanita cantik itu tampaknya mulai berpikir, dan bertanya dengan nada dinginnya,

"apa yang kau lakukan?"

"Ini adalah sesi doa. Hal-hal yang tidak diinginkan tertarik pada sesi SM;aku membantu mereka ke akhirat."

aku mengucapkan omong kosong, lagi.

Sementara itu, dia terdiam sejenak sebelum bertanya, dengan sangat serius,

"apa yang kau lakukan, itu... adalah SM?"

aku menaikkan kepalaku secara percaya diri, terlihat  sombong dan bangga sebisa mungkin.

"Tentu saja! Semuanya adalah teknik SM tingkat lanjut. Itu adalah teknik SM yang hanya bisa kau lakukan ketika kau cukup SM. Itu membutuhkan latihan sebelum terlihat hasilnya."

dia mengangguk.

"oh. En.. lanjutkan demonstrasinya besok."

dia menunjuk, kearah 15 kamar.

"Tunjukan satu alat setiap hari."

senyumanku mulai dah errornya seperti rekaman VCR rusak.

otakku mengeluarkan pengecualian

murid tercintaku, aku yakin akan meninggoy cepat sebelum bisa selesai mengarang indah setiap satu.