"asli, pasti kesel banget tuh dia." sambung Simon.
"pasti." balas Nando setuju dengan pernyataan Simon.
"biarin ajalah, dia juga yang cari masalah duluan sama Reisya. Kan gw jadi kesel sama dia, ya begitu deh jadinya." ingat Ruri pada masalah Reisya.
"ah Ruri, bikin gw baper deh." balas Reisya sambil mencubit dua pipi Ruri.
"ihh Reisya sakit tau!" keluh Ruri pada Reisya.
"abis lo gemesin sih, kayak boneka santet." jawab Reisya dengan kekehannya.
"sialan lo!" umpat Ruri membuat Reisya tertawa.
"akur amat lo kayak tiang sama bendera" celetuk Nando.
"woiyaa donk, harus itu." balas Ruri.
Reisya pun mengambil beberapa cemilan yang tadi dibawanya bersama Ruri, lalu ia menghampiri Refan dan memberikan cemilan itu pada Refan.
"nih makan, lo pasti belum makan apapun kan?" titah Reisya pada Refan.
"kok tau?" tanya Refan penasaran.
"kalo ada tuh nenek sihir, lo gak bakal ada waktu buat makan kan? dah, makan aja!" jawab Reisya langsung menyodorkan makanan itu kepada Refan.
"iya-iya, bawel." balas Refan sambil memakan cemilan itu.
"asek, pasangan baru mah beda." goda Nando pada Reisya dan Refan.
"uhuk uhuk, pj nya" sambung Ruri pura-pura batuk.
Reisya menatap Ruri tajam dan langsung melempar botol kosong pada Nando.
"galak amat si lo." keluh Nando pada Reisya.
"bodo amat." balas Reisya ketus.
"dih samaan sama Lucy masa jawabannya." celetuk Simon.
"ya udah gw ganti, amat bodo." balas Reisya.
"lah bisa gitu?" sambung Ruri dengan kekehannya.
"ya bisain donk." jawab Reisya keukeh.
"iya-iya, semerdeka lo aja Sya." pasrah Nando.
Bel masuk pun berbunyi, mereka semua kembali ke kelas masing-masing untuk kembali mengikuti jam pelajaran.
.
.
.
*Kelas khusus
Ruri dan Reisya sedang asik mengobrol, karna jam pelajaran mereka telah usai beberapa saat lalu. Kini di kelas ini hanya tersisa mereka berdua, yang malah asik dengan obrolan mereka.
"jadi Sya, lo beneran manfaatin Refan buat bales dendam sama Lucy?" tanya Ruri penasaran.
"gak tau Ri, awalnya si emang gitu. Tapi setelah dia bilang setuju, gw malah gak bisa lakuin itu. Dia udah banyak bantu gw Ri, dan gw gak bisa manfaatin dia gitu aja." jawab Reisya sedih.
"gw tau lo emang dasarnya gak jahat Sya, kalo emang lo gak mau manfaatin Refan. Kenapa gak lo deketin aja? Gw tau lo tertarik sama dia, ya kan?" balas Ruri yakin.
"ah gak, apaan sih. Siapa yang suka sama Refan? Gak tuh." elak Reisya.
"gw gak bilang suka ya, gw cuma bilang tertarik. Lo sendiri kan yang ngaku, hehe" goda Ruri pada Reisya.
"ah masa? Hm, ahhh Ruri lo kok jebak gw sih. Jahat dah!" balas Reisya salah tingkah.
Ruri hanya tertawa melihat Reisya yang keluar dari sifat datarnya, perlahan Reisya mulai kembali pada dirinya sendiri. Reisya yang ceria dan konyol, penuh semangat dan teramat baik.
"Sya, mungkin bersama Refan lo akan kembali jadi diri lo sendiri. Gw dukung kok lo sama Refan, dia cocok buat jadi pasangan lo." ungkap Ruri dengan tatapan harunya.
Reisya terdiam, ia pun mulai menyadari perubahan dirinya setelah kehadiran Refan. Terutama keluarganya yang juga membuatnya kembali memiliki kasih sayang yang hilang, Reisya amat mensyukuri itu.
"lo bener, mungkin Refan emang pilihan terbaik." balas Reisya dengan senyum tulusnya.
*Kelas Elit
Bel pulang sudah beberapa waktu lalu berbunyi, tapi kini ketiga pria tampan itu masih asik dalam pikirannya masing-masing.
"kita ngapain sih disini?" tanya Nando heran.
"au gw juga bingung, lo gak bosen Fan bengong terus dari tadi?" sambung Simon pada Refan.
"ntah, gw lagi ngerasa bingung." jawab Refan seadanya.
Simon dan Nando saling memandang sesaat, jujur saja mereka merasa sedikit terkejut. Pasalnya Refan jarang sekali curhat tentang apapun, tapi sekarang ia malah mengatakannya begitu saja.
"sejak kapan seorang Refan bisa bingung?" tanya Nando heran.
Simon hanya mengangkat bahunya, sedangkan Refan sendiri memutar bola matanya malas.
"gw serius Nando!" tekan Refan membuat Nando dan Simon ikut serius.
"lo bingung kenapa?" tanya Simon penasaran.
"gw gak tau mau cerita dari mana." jawab Refan lemah.
"ceritain aja semuanya Fan, kita kan sahabat lo. Pasti kita bantuin kok, lo percaya sama kita kan?" tukas Nando.
Refan menatap kedua temannya itu ragu, namun melihat binar keseriusan di mata mereka Refan merasa harus membagi kegelisahannya itu pada mereka.
"gimana ya, Reisya udah bicara jujur tentang dia yang mau manfaatin gw buat bales dendam ke Lucy. Di sisi lain, dia mau bantuin gw putus sama Lucy dengan cara ini makanya gw izinin dia manfaatin gw. Tapi sekarang, gw malah ngerasa salah karna ngebiarin diri gw di manfaatin cewek. Dan di satu sisi lainnya, gw mulai suka sama dia. Gw harus apa coba?" jelas Refan bingung.
"astaga, lo kenapa jadi gini si Fan? Di manfaatin cewek malah iya aja, orang mah ngomel gitu." celetuk Nando yang membuat Refan makin galau.
"ya gw tau, tapi.. Tau ah pusing." balas Refan frustasi.
"pertama, lo salah karna udah biarin Reisya terjun dalam dendamnya. Kedua, lo salah karna setuju di manfaatin Reisya dalam aksinya itu. Ketiga, rasa suka lo gak salah. Cuma lo nya aja yang labil buat nentuin sikap, saran gw selesain semuanya baik-baik. Batalin perjanjian kalian, dan selametin Reisya dari dendamnya. Dendam ini gak baik Fan, Reisya akan menjadi orang yang sama jahatnya dengan Lucy dan ibunya nanti." jelas Simon mengutarakan pendapatnya.
"iya gw tau, makanya gw bingung gimana cara menyelesaikan semuanya." balas Refan.
"tumben lo pinter Mon, nah Fan udah jangan dipikirin lagi. Gw yakin lo akan nemuin jalannya nanti, yang pasti lo harus selesain urusan lo dengan Lucy dulu. Baru beresin masalah Reisya, biar gak bentrok nanti masalahnya." tukas Nando.
"hm iya sih, ok deh. Thanks, kalian emang sahabat terbaik gw." puji Refan pada Simon dan Nando.
"giliran gini aja di puji" celetuk Nando.
"tapi gw gak nyangka, Refan bisa galau." sambung Simon yang di lanjutkan dengan tawanya dan Nando.
"lah iya juga, biasanya kan dia cool gitu ya?" tukas Nando masih dengan tawanya.
"gw juga manusia kali, punya hati dan perasaan." balas Refan dengan nada ketus.
Simon dan Nando kembali tertawa, Refan benar-benar keluar dari sifat most wantednya jika sedang jatuh cinta seperti saat ini.
"orang jatuh cinta emang bahaya yah?" celetuk Simon.
"ekhe, sangat aneh." sambung Nando.
"ledek aja terus, dasar temen Laknat lo pada." tukas Refan dengan kekesalannya.