Reisya mengangguk setuju pada ide Miko, kebetulan sekali ia memang sedang ingin membalas kelakuan menyebalkan Refan padanya tadi. Sepertinya kak Miko memang partner yang tepat untuk pembalasan dendam kali ini, dan Reisya pun tau jika Refan akan bereaksi lebih jika kak Miko yang menjadi partnernya. Jadi, mari kita buktikan.
"Sayang kamu makannya yang banyak yah, biar terus tumbuh dan semakin sehat." Ucap Miko tiba-tiba, membuat semua orang di sana langsung menatapnya.
Monalisa dan Rudy hanya tersenyum geli melihat Miko yang sedang menggoda Reisya itu, mereka tau karna sejak tadi mata Miko dan Reisya terus saja memberi kode. Tapi berbeda dari orang tuanya yang tersenyum geli, Refan malah menatap tajam sang kakak. Seakan-akan, ia ingin membunuhnya saat itu juga.
"Iya kak, aku tau kok. Makasih ya atas perhatiannya, aku jadi terharu." Jawab Reisya dengan senyum manisnya.
Miko pun mencubit pipi Reisya dengan ekspresi gemasnya, persis seperti orang yang benar-benar menyayangi Reisya begitu dekat.
"Ih kak Miko, sakit tau." Keluh Reisya pada Miko dengan manja.
"Oh maaf sayang, sini-sini kakak usap-usap ya? Biar sakitnya hilang, uh adik kakak tersayang." balas Miko sambil melirik Refan yang sudah terbakar sejak tadi.
Miko mengusap pipi Reisya lagi dengan sayang, hal itu membuat Refan semakin marah merasa marah dan kesal. Karna merasa tidak tahan lagi, Refan langsung membanting sendoknya dan meninggalkan ruang makan begitu saja. Miko dan Reisya saling menatap sesaat, lalu setelah itu mereka langsung tertawa bersama sambil menepukkan kedua tangan mereka.
"Kita berhasil dek, cowok itu langsung kabur dong." ucap Miko dengan rasa senangnya.
Reisya ikut mengangguk senang, sedangkan Monalisa dan Rudy hanya geleng-geleng kepala saja melihat kejahilan bersama yang Reisya dan Miko lakukan pada Refan.
"Kalian ini benar-benar yah? Kasihan loh Refannya, tuh dia sampai semarah itu." Tegur Rudy pada Miko dan Reisya.
"Maaf yah." ucap Miko dan Reisya bersamaan.
"Nanti antarkan makan malam yang baru untuk Refan yah, kasian dia belum makan sedikit pun. Sepertinya dia benar-benar kesal tadi, sampai sendoknya di banting seperti itu." titah Monalisa pada Reisya ataupun Miko.
"Iya bu, biar aku saja yang anter makanannya. Aku juga mau minta maaf, sepertinya bercandaan ini sudah keterlaluan." Balas Reisya sedikit menyesal.
Monalisa mengangguk setuju, lalu mereka pun melanjutkan makan malam yang tertunda itu. Setelah semua selesai, barulah Reisya mengambil makan malam yang baru dan mengantarnya ke kamar Refan. Sebelum masuk ke kamar pria itu, Reisya lebih dulu mengetuk pintunya. Tapi tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar, akhirnya Reisya membuka pintu itu yang ternyata tidak di kunci. Perlahan tapi pasti, Reisya masuk ke dalam, lalu ia melihat-lihat isi dari kamar Refan. Reisya menatap setiap sudut di kamar ini, nyatanya kamar itu terlihat bersih dan rapi. Tidak Reisya sangka jika kamar seorang berandal seperti Refan, nyatanya bisa rapi juga seperti ini.
Masih dengan nampan di genggamannya, Reisya menatap seluruh sisi di kamar Refan. Sampai tiba-tiba pintu kamar mandi itu terbuka, dan nampaklah Refan yang baru selesai mandi dengan handuk yang hanya menutupi sebagian tubuhnya saja. Hal itu membuat Reisya sangat shock, hingga akhirnya ia pun menegur pria itu.
"Astaga, Refan! Yang bener aja lo keluar kamar mandi kayak gitu, pake baju dulu dong." Tegur Reisya sambil membalikan badannya membelakangi Refan.
Refan sendiri cukup terkejut saat mengetahui jika ada Reisya di kamarnya, padahal ia pikir gadis itu masih berada di ruang makan bersama dengan keluarganya yang lain. Lalu Refan pun menjawab teguran Reisya, ia sendiri tidak salah sepenuhnya dalam kejadian ini.
"Mana gw tau kalo lo bakal kesini, kan lo gak bilang-bilang." Balas Refan apa adanya.
Reisya mencibir jawaban Refan yang memang benar adanya, namun tetap Reisya tidak ingin mengakui kesalahannya dan malah memerintah Refan.
"Alesan aja, udah cepet pake baju lo. Gw capek nih, mau balik ke kamar." Titah Reisya dengan paksa.
"Iya apa iya, mulai nih bawelnya keluar." balas Refan.
Refan mengambil celana dalam dan juga jeans berwarna gelap. Lalu ia hanya memakai itu tanpa memakai baju, setelah itu Refan melangkah menghampiri Reisya dan mengambil nampan yang ada di tangan Reisya dan menaruhnya di meja kecil yang tersimpan di sana. Karna merasa Refan sudah mengambil nampan dari tangannya, Reisya pun berpikir jika Refan sudah memakai bajunya. Lalu ia berbalik akan pergi tapi ternyata, Refan malah berada tepat di belakangnya dengan dada yang terbuka.
Reisya langsung menabrak dada Refan tanpa sengaja, dan kedua tangannya berada di dada pria itu. Sedangkan Refan, ia menaruh tangannya di pinggang Reisya dan menahan tubuh wanita itu agar tidak menjauh darinya. Keduanya sama-sama terpaku, mereka sama-sama gugup. Dan yang paling membuat Reisya terpana adalah tubuh Refan, benar-benar sangat menggoda iman. Sedangkan Refan sendiri masih asik menatap wajah cantik Reisya, gadis bar-bar yang sudah menarik perhatiannya.
Sampai akhirnya mereka berdua sadar dari lamunan mereka, lalu mereka langsung menjauhkan diri satu sama lain. Refan melangkah mengambil kaos dan langsung menutupi tubuhnya, sedangkan Reisya langsung mengusap wajahnya dengan kasar sambil menguatkan diri agar tidak lagi tergoda pada tubuh Refan.
"Itu makanannya habisin jangan lupa dimakan, gw udah susah-susah siapin harus habis pokoknya." Ucap Reisya dengan paksa, lalu ia melangkah dengan cepat meninggalkan kamar Refan.
Refan hanya menatap Reisya dengan heran, lalu ia menghampiri makanan itu.
"Bilang aja khawatir, gitu aja kok susah si Sya." gumam Refan dengan kekehannya.
Sedangkan Reisya langsung masuk ke kamarnya setelah itu, ia menutup pintu dan bersandar di balik pintu itu sambil memegangi dadanya yang sudah tidak bisa di ajak kompromi. Detak jantungnya begitu cepat, dan hatinya berbunga-bunga.
"Ya ampun, ternyata gw bener-bener jatuh cinta sama Refan. Gila, jantung gw berdetak sampe segininya. Gak bisa di ajak kompromi lagi ini mah, cepet banget sih detakannya. Duh, bikin gw salah tingkah aja." Gerutu Reisya yang gagal mengontrol dirinya.
'tapi badan Refan bagus banget sih, kapten basket emang gak main-main yah. Duh, roti sobeknya bikin gw dag dig dug ser gitu. Eh apa sih, kok gw malah fokus ke situ?' batin Reisya memuji tubuh sispack milik Refan.
Baik Reisya ataupun Refan, kini keduanya larut dalam perasaan mereka masing-masing. Perasaan cinta yang menutupi segalanya, bahkan mereka sampai lupa jika masih ada janji yang masih berlaku hingga saat ini. Dan janji itulah, yang menunjukkan batasan tak kasat mata untuk Refan dan Reisya.