Monalisa menatap Refan dengan tajam, sedangkan Refan malah tidak peduli dan memilih untuk melanjutkan sarapannya walau sebenarnya ia sudah tidak selera lagi untuk makan. Tapi demi menghargai ibunya yang sudah susah payah membuat sarapan, ia pun menghabiskan sarapannya itu dengan perlahan. Hingga akhirnya sarapannya itu habis, lalu Refan berpamitan pada Monalisa dan Miko.
"Refan pamit duluan ya bu, kak?" Pamit Refan lalu mencium tangan dan pipi ibunya.
"Iya, hati-hati. Jangan ngebut, keselamatan yang utama." Balas Monalisa mengingatkan.
Refan mengangguk sambil melangkah keluar dari mansion lalu ia masuk ke mobil, setelah itu Refan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Namun saat di depan halte tidak jauh deri rumahnya, ia melihat gadis bar-bar bernama Reisya itu sedang menunggu sesuatu sambil sesekali melirik jam di tangannya. Refan pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan, tidak jauh dari halte itu.
Reisya bukannya tidak menyadari jika mobil yang berhenti di dekatnya itu adalah mobil Refan, ia hanya malas berurusan dengan pria itu untuk saat ini. Akhirnya Refan keluar dari mobilnya dan menghampiri Reisya, nampak gadis itu enggan untuk menatap Refan walau hanya sebentar saja. Sepertinya Refan harus membujuk Reisya, agar wanita itu tidak marah lagi padanya.
"Sya, bareng gw aja yuk." Ajak Refan dengan halus.
Reisya hanya diam, tidak ada jawaban apapun yang Refan dapatkan dari wanita itu.
"Sya ayolah, jangan marah terus. Gw minta maaf deh, gw kan cuma bercanda." Ucap Refan lagi yang langsung mendapat pelototan tajam dari Reisya.
Refan diam, ia benar-benar bingung harus apa sekarang. Ia tidak pernah merayu cewek yang marah, karna biasanya Lucy yang malah merayunya kalau Refan sedang marah. Merasa Reisya tidak meresponnya, Refan sedikit kesal di buatnya. Dengan terpaksa, Refan menarik tangan Reisya untuk mengikutinya.
"Apaan si, lepasin gak?!" Titah Reisya tajam.
"Gak mau, sebelum lo ikut gw." Balas Refan.
Reisya menatap Refan tajam, lalu ia pun terpaksa mengalah dan mengikuti Refan. Selain karna ingin membalas perbuatan Refan, juga karna bus yang di tunggunya tidak kunjung datang.
"Ya udah iya, gw ikut lo." Jawab Reisya ketus.
Refan tersenyum puas, lalu ia membuka kan pintu untuk Reisya. Reisya masuk ke dalam mobil, di ikuti Refan yang duduk kursi kemudi tepat di samping Reisya. Setelah itu, Refan melajukan mobilnya menuju sekolah, suasana di dalam mobil masih hening. Tidak ada suara yang keluar dari bibir keduanya, Reisya hanya menatap keluar jendela sedangkan Refan fokus menyetir. Sesaat sebelum sampai di gerbang sekolah, Refan kembali menghentikan mobilnya. Ia harus bicara dengan Reisya, jangan sampai mereka marah-marahan di sekolah.
"Sya udah donk jangan marah lagi, masa iya kita marahan terus." Keluh Refan.
Reisya menatap Refan malas, sepertinya ini waktu yang tepat untuk membalas Refan.
"Fan, sini deh ada yang mau gw bisikin." Pinta Reisya akhirnya.
Refan senang Reisya sudah mau berbicara dengannya, ia pun menuruti apa yang Reisya minta. Reisya diam-diam menampilkan seringainya, lalu Refan pun mendekat padanya. Tapi bukannya berbisik yang Reisya lakukan, justru ia malah menggigit leher Refan dengan gemas hingga akhirnya Refan merintih karna rasa sakit.
"Aduh, kok malah di gigit sih?" Keluh Refan kesakitan.
Reisya tersenyum puas saat tanda merah itu tercipta dengan jelas di leher sebelah kiri milik Refan, berhasil sudah ia membalas kejahilan Refan padanya tadi pagi. Kini bukan hanya Reisya saja yang akan merasa malu, tapi juga Refan akan merasakan hal yang sama.
"Ini baru impas" balas Reisya dengan senyumnya.
"Lo ngebales gw?" Tanya Refan memastikan sambil mengusap leher bekas gigitan Reisya itu.
"Jelas lah, kan kita jadi sama-sama malu. Emang lo doang yang bisa bikin kissmark, gw juga bisa kali." Balas Reisya sambil meledek Refan.
Refan menampilkan seringainya, ia kembali mendekati Reisya dan berada tepat di depan wajah Reisya. Seketika Reisya terdiam, ia benar-benar terkejut dengan apa yang Refan lakukan itu.
"E-eh ngapain lo?" Tanya Reisya panik.
Melihat wajah panik Reisya, membuat Refan tertawa geli. Ia pun memundurkan dirinya, dan kembali melajukan mobilnya masuk ke gerbang sekolah. Menyadari dirinya kembali di permainkan, Reisya menampar lengan Refan kencang hingga Refan kembali merintih.
"Aduh, mainnya pukul-pukul yah. Sakit tau, ini namanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga loh." Protes Refan pada Reisya.
"Rumah tangga apaan, hubungan aja gak jelas." Gumam Reisya tidak jelas.
"Hah? Lo ngomong apaan si Sya? Gak jelas dah." Keluh Refan karna tidak dengar perkataan Reisya.
Reisya mengabaikan keluhan Refan, sampai akhirnya mobil Refan berhenti di depan parkiran sekolah. Tanpa menunggu lama Reisya langsung keluar dari mobil Refan di sisi kiri, di ikuti oleh Refan di sisi kanan mobilnya.
Simon dan Nando yang sudah berada di sana langsung menggoda Reisya dan Refan yang keluar bersamaan dari mobil Refan, lalu mereka terkejut saat melihat ruam kemerahan di leher Refan yang terlihat begitu jelas.
"Ekhem, emang ada nyamuk sebesar itu ya? Kok merah banget sih?" Sindir Simon.
"Di pamerin donk, remaja alay emang. Ketahuan guru gw tawain deh, pasti." Sambung Nando.
Reisya hanya menampilkan seringainya, sedangkan Refan tetap bersikap santai. Lalu Refan menatap kedua temannya itu dengan tatapan meremehkan, lalu ia membalas perkataan temannya itu dengan ledekannya.
"Sirik bilang bos, jomblo sih." balas Refan sambil meledek.
"Dih sombong, tapi emang bener sih. Jadi sedih gw? Nasib jadi jomblo, untuk sabar." celetuk Nando pura-pura tersakiti.
"Baru gitu doank bangga, entar gw bikin versi lebih hotnya biar si Reisya makin panas." Lanjut Simon sambil menatap Reisya dengan seringainya.
Merasa obrolan itu mulai melenceng jauh, Reisya pun memilih pamit dan meninggalkan kumpulan pria-pria dengan otak gesrek itu.
"Tau ah, mending gw masuk duluan. Bye!" Pamit Reisya, lalu melangkah masuk ke dalam gedung sekolah.
Setelah kepergian Reisya, Refan langsung di tatap penuh curiga oleh Simon dan Nando. Refan tau jika teman-temannya itu tidak akan melepaskannya sebelum ia menjelas apa yang sedang terjadi antara dirinya dan Reisya, apalagi ada tanda kissmark itu di lehernya.
"Jadi, ada cerita baru apa nih bos?" Tanya Nando akhirnya ingin tau.
"Cerita kali, kita kan kepo pengen tau juga." Sambung Simon penasaran.
"Gak ada apa-apaan si sebenernya, cuma iseng-isengan aja." Jawab Refan seadanya.
"Hah, maksudnya gimana?" Tanya Simon memastikan.
"Ya tadinya gw cuma mau ngerjain dia aja, bikin kissmark di lehernya. Padahal gw bikinnya di tempat tertutup gitu, eh dia malah bales di tempat terbuka gini. Gila banget kan?" Jelas Refan apa adanya.