Reisya menekuk wajahnya, tapi ia tetap mengikuti kemana Refan akan membawanya. Hingga akhirnya mereka tiba di parkiran, Refan dan Reisya masuk ke dalam mobil lalu Refan melajukan mobilnya menuju mansion Aliandra. Satu jam kemudian Refan dan Reisya tiba di depan Mansion, mereka langsung turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam mansion.
Semua keluarga Refan sedang berkumpul di ruang keluarga, mereka menatap Refan yang baru datang. Lalu pandangan mereka pun beralih pada gadis cantik yang sedang tersenyum di belakang Refan, Monalisa yang melihat hal itu langsung menyambut dengan senang kedatangan Reisya. Ia bangkit dari duduknya, dan memeluk gadis cantik itu.
"Ya ampun akhirnya kamu datang juga sayang, duh ibu kangen banget sama kamu." Ucap Monalisa heboh sambil memeluk Reisya dengan erat.
"Iya bu, aku juga kangen. Maaf ya baru bisa datang, aku masih sedikit sibuk soalnya." Balas Reisya dengan senyumnya.
Monalisa melepas pelukannya pada Reisya, ia bahkan mengabaikan ketiga laki-laki yang ada disana.
"Hm kalo Reisya dateng, anak yang lain di lupain gitu ya mah." Sindir Refan yang sama sekali tak di anggap sejak awal masuk tadi.
"Dih cemburu, bilang aja mau di peluk juga sama Reisya." Jawab Miko meledek Refan.
"Ih sok tau lo kak, padahal lo juga sama kan?" balas Refan pada Miko.
"Sudah-sudah, kalian ini kayak anak kecil aja deh. Nak Reisya apa kabar? Gak kangen sama ayah? Masa ibunya saja yang di peluk, ayahnya gak nih?" Tukas Rudy membuat Refan, Miko, dan Monalisa langsung menatapnya tak percaya.
Reisya terkekeh geli pada perkataan Rudy, lalu ia pun melangkah untuk memeluk papah barunya itu dengan manja. Setidaknya Reisya bersyukur karna masih di beri kasih sayang orang tua dari mereka, dan Reisya selalu menekankan dirinya untuk tetap berbakti pada mereka apapun yang terjadi nanti.
"Tentu kangen donk yah, Reisya kangen sekali." jawab Reisya dengan tawa kecilnya.
"Dih si ayah malah ikut-ikutan lagi, tolong inget umur yah! Tapi aku kok gak si Sya? Aku kan kakak terbaik kamu, ya kan?" Celetuk Miko sambil meretangkan tangannya tanda ingin di peluk.
Reisya benar-benar tak habis pikir dengan keluarga ini, tapi Reisya tetap memeluk Miko karna pria itu sudah menghibur Reisya dengan lawakan-lawakan recehnya.
"Aku kangen kak Miko juga, kakak terbaik aku." balas Reisya dengan kekehannya.
Saat di peluk Reisya, Miko sengaja menahan Reisya dan menatap Refan dengan tatapan meledeknya. Refan yang paham dengan tatapan kakaknya itu langsung menarik Reisya menjauh dari Miko, hingga akhirnya pelukan itu pun terlepas begitu saja.
"Gak usah lama-lama juga kali pelukannya, lebay deh." tukas Refan tidak suka.
Miko terkekeh melihat respon Refan, begitu juga Monalisa dan Rudy yang tersenyum melihatnya. Refan benar-benar tidak sadar jika dirinya hanya di kerjai oleh Miko, yang hanya menganggap Reisya sebagai adiknya saja.
"Cemburu bilang bos! Ganggu tau gak lo?" Sindir Miko pada Refan.
Refan menatap Miko tajam, sedangkan Reisya hanya tersenyum canggung mendengar perkataan Miko yang terlalu terbuka itu. Walaupun hatinya senang dengan perkataan Miko tentang Refan, tapi rasanya kurang tepat jika di ungkapkan di situasi seperti kni.
"Ih sok tau lo kak, gak usah rusuh dah." Balas Refan kesal.
Melihat Refan dan Miko yang terus berdebat, Monalisa pun mulai melerainya. Karna kalau tidak, bisa sampai besok mereka berdebatnya.
"Udah deh, kalian jangan mulai lagi. Jangan sampai ibu marah ya, kalian tau kan kalau ibu marah seperti apa?" Peringatan Monalisa pada Refan dan Miko.
"Iya bu, maaf" jawab Refan dan Miko bersamaan.
"Bagus, sekarang diam. Jangan ada yang berdebat lagi, berisik tau." Balas Monalisa dengan tegas.
Setelah Refan dan Miko terdiam, Monalisa pun beralih kembali pada Reisya dan sifatnya pun mencair. Tidak ada kata-kata tajam ataupun tatapan menyeramkan, benar-benar ibu yang baik bukan?
"Oh ya sayang, apa kamu akan menginap malam ini? Ibu sangat berharap kamu menginap loh, bahkan Ibu sudah siapkan kamar untuk kamu." Tanya Monalisa penuh harap.
"Iya, Reisya nginep kok bu." bukan Reisya yang menjawabnya, tapi Refan.
"Benerkah itu nak?" Tanya Monalisa memastikan langsung pada Reisya.
"Iya bu, aku akan menginap malam ini." Jawab Reisya dengan senyumnya.
Monalisa tersenyum senang, ia pun langsung mengajak Reisya ke kamar yang sudah ia siapkan khusus untuk Reisya. Ia memang sudah menyiapkan kamar itu sejak Reisya datang ke mansion pertama kali, Monalisa sangat yakin jika Reisya pasti akan tinggal di rumahnya.
Reisya mengikuti langkah Monalisa, lalu mereka masuk ke sebuah kamar yang begitu rapi dan sebersih. Seakan kamar itu sudah di persiapkan setiap harinya, untuk seseorang yang begitu spesial.
"Ini kamar siapa bu? Rapi sekali." Tanya Reisya bingung.
"Kamar kamu lah sayang, memangnya kamar untuk siapa lagi?" Jawab Monalisa dengan kekehannya.
"Yang benar saja bu? Wah ini si bagus banget, Reisya sangat suka." Puji Reisya dengan mata berbinar.
"Baguslah, kalo kamu suka. Ibu jadi ikut seneng, gak sia-sia ibu bersihkan kamar ini setiap hari." Balas Monalisa dengan tulus.
"Iya bu, terima kasih yah sudah mempersiapkan semua ini untuk aku." jawab Reisya dengan terharu.
"Ya sudah sekarang kamu istirahat dulu saja di sini, nanti ibu akan panggil lagi untuk makan malam bersama ya?" Titah Monalisa pada Reisya.
"Siap bu, aku akan tetap di kamar sampai ibu memanggilku nanti." balas Reisya menurut.
Monalisa mengangguk percaya lalu ia pun keluar dari kamar Reisya, dan menutup pintu kamarnya. Setelah kepergian Monalisa, Reisya langsung berbaring di kasur yang ada di sana. Ia benar-benar tidak menyangka jika akan di perlakukan begitu baik di keluarga ini, rasanya Reisya seperti mendapatkan kembali sosok ibunya yang sudah lama tiada.
Reisya benar-benar beruntung bisa mengenal keluarga Aliandra, dan semua berawal dari pertemuannya dengan Refan hingga akhirnya pria itu membawanya ke mansion mewah ini. Ternyata ada banyak sekali cerita yang belum Reisya ketahui dulu, dan kini Reisya tau semua yang terjadi di dalam keluarganya.
Rasa sakit yang ibunya rasakan, pengkhianatan sang ayah, kesedihan Reisya yang selalu mengharapkan keluarga yang sempurna, air mata sang ibu, semua kejadian sakit fi masa lalu itu akan selalu Reisya ingat dalam hidupnya. Mereka yang menyakiti dan membuat air mata ibunya tumpah, tidak akan pernah Reisya biarkan begitu saja. Apa yang sudah mereka torehkan dalam hati Raisya di masa lalu, akan Reisya balas dengan yang lebih menyakitkan lagi. Karna bagaimana pun juga, Raisya dan Reisya itu masih memiliki ikatan darah yang sama.