Setelah dua bulan kemudian. Hanny baru merasakan efeknya. Badannya mulai lemas dan sakit-sakitan. Tapi dia masih belum yakin dan sedikit trauma tentang kehamilannya.
Kalau hamil, hanny takut kejadian seperti dulu, keguguran. Hanny tak bisa membayangkan harus hancur dua kali. Hanny menahan diri untuk periksa. Sia berusaha sebisa mungkin terlihat baik didepan yang lain.
Seperti pagi ini, hanny sudah bangun pagi. Dia biasanya ikut membantu memasak. Tapi hanny merasa mual mencium aroma masakan dari dapur. Hanny menutup mulutnya yang hampir muntah.
"Sayang kenapa?"
Hanny hanya berhenti diluar dapur. Mama rafael yang baru keluar dan akan ke dapur melihat hanny yang berhenti dan menutup mulutnya.
"Ahh.. Enggak ma. Gak apa-apa." kata hanny, mengatur nafas dan membuka bekapan tangannya. Hanny mencoba tersenyum.
"Kenapa? Jangan boong? Kamu pucet loh." kata sang mama yang memperhatikan wajah hanny.
"Hanny, salah pakai lipstik kali ya ma." katanya beralasan. Hanny takut keguguran, dia bisa benar-benar hancur kalau itu terjadi lagi. Jadi hanny harap dia tak hamil.
Lagi pula rafael tak pernah melakukannya lagi karena dia sibuk. Pulang capek, tidur.
"Ohh.. Ya udah, yuk ke dapur. Mau bantu mama masak kan seperti biasa?" ajak mama rafael pada hanny.
Hanny ingin, tapi dia benar-benar tak bisa mendekat dengan dapur. Tapi apa alasan yang harus dia berikan pada mama rafael.
"Ma, hanny gak bantu dulu ya. Hanny gak enak badan, agak pusing." hanny juga tak mau berbohong.
Yang hanny tau, mual itu gejala hamil. Kalau pusing kan relatif. Jadi bisa dia jadikan alasan.
"Pusing?"
Mama rafael memberikan sayurnya pada bibik. Dia kembali mendekati hanny dan memegangi hanny. Takut tiba-tiba jatuh karena pusing.
"Kamu telat dateng bulan kan? Mual juga gak? Kamu hamil ya?" tanya mama rafael.
"Enggak ma, hanny gak hamil kok. Cuma gak enak badan aja." kata hanny menyangkalnya.
"Yakin?"
"Iya ma. Gak lah."
"Kenapa kalau hamil? Kamu gak mau kasih mama cucu yang lucu?" mama rafael menunduk sedih.
Hanny tak bermaksud seperti itu. Tadinya hanny ingin berbohong, tapi sepertinya iya. Dia hamil. Hanny tak tega dengan mama rafael yang sudah seperti sangat menanti kehamilannya.
"Ma, jangan sedih dong. Nanti hanny ikutan sedih." hanny mengusap air mata mama rafael.
"Hanny jujur ke mama. Hanny emang telat dateng bulan sudah dua bulan ini. Tapi hanny gak tau kalau hanny hamil atau enggak?"
Mama namjoon langsung tersenyum mendengarnya.
"Periksa ok? Periksa sama rafael. Ke dokter, di cek." mama rafael sangat antusias menyuruh hanny.
"Iya. Buat mama hanny periksa."
Mama rafael sangat senang. Dia langsung menyuruh hanny duduk. Mama rafael berjalan dengan penuh semangat ke kamar rafael.
"Raf, ke dokter. Anter menantu mama periksa." kata mama rafael yang langsung masuk ke kamar dan melihat rafael yang sedang merapikan pakaian kerja yang dia kenakan.
"Mama, ngagetin aja sih. Menantu mama... Itu hanny?" tanya rafael sedikit ragu. Mamanya mengangguk.
"Loh, emang hanny kenapa?" tanya rafael lagi.
"Hanny telat dua bulan."
Mama rafael menunjukan dua jarinya dengan antusias pada rafael. Rafael terbelalak. Dia masih tak percaya dan terkejut.
"Telat dua bulan?" tanya rafael. Mamanya menunduk.
"Hanny ma?" rafael lagi.
"Iya masak mama. Mamakan udah menopouse." mama rafael.
"Artinya? Hamil ma?"
"Kemungkinan. Tadi tuh hanny pusing sama mual, terus telat dateng bulan sudah dua bulan ini."
Rafael dan mamanya kembali ke lantai satu. Keduanya sama-sama antusias.
Hanny masih menutup mulut dan hidungnya. Rasanya makin lama bau masakan bibik makin nyengat dan mengganggu.
"Sayang, ke dokter ya sama rafa." mamanya datang, dia mengusap pundak hanny dari belakang.
"Iya ma." jawab hanny dengan lesu, tanpa menatap rafael yang juga ada didepannya.
Rafael sudah meminta supir untuk menyiapkan mobil. Urusan kantor, masa bodo. Bagi rafael hanny nomer satu dulu.
Hanny baru akan bangkit. Tapi kepalanya makin pusing. Tubuh hanny terhuyung kehilangan keseimbangan. Rafael yang ada disamping hanny langsung menangkap tubuhnya.
"Gak papa, cuma pusing dikit. Bisa jalan sendiri kok ke mobil." kata hanny menepis tangan rafael. Bahkan setelah dua bulan hanny belum percaya kalau rafael benar-benar mencintainya.
Hanny sebisa mungkin menolak sentuhan atau lebih banyak perhatian dari rafael.
Tapi rafael memaksa, dia tetap menuntun hanny. Hanny juga tak punya pilihan lain, makin lama kepalanya makin sakit.
"Raf, telpon dokternya aja deh. Kasian hanny biar sekalian istirahat."
"Iya ma."
Rafael langsung menelpon dokter pribadi keluarganya, dokter khusus ibu dan anak.
Dia membopong hanny hingga naik tangga ke kamar atas. Hanny sadar walau kepalanya pusing. Dia bisa melihat mata rafael yang benar-benar khawatir padanya.
'Apa tuan rafael benar-benar sudah mencintaiku dengan tulus. Benar-benar mencintai, tidak berbohong lagi?' batin hanny menatap rafael yang melangkah dengan hati-hati.
Dibawah papa rafael dan bisma tak sengaja melihat rafael membopong hanny. Mereka juga ikut khawatir. Mereka langsung menyusul ke atas.
Rafael menurunkan hanny pelan-pelan ditempat tidur. Mamanya menarik selimut untuk hanny. Rafael tak bisa berhenti menatap hanny. Begitu juga dengan hanny. Hanny penasaran rafael sudah tulus atau hanya butuh.
"Ma, kenapa?" tanya papa rafael yang khawatir. Taehyung juga menunggu jawaban dari mamanya.
Dokter datang. Bibik mengantar dokter ke kamar hanny. Dokter meminta semua orang keluar kecuali suaminya.
"Ma.." tapi hanny malah menahan tangan mama rafael. Dia ingin ditemani mamanya. Takut kalau dia hamil, dia kenapa-napa hanya berdua dengan rafael.
Dokter mengizinkan mama rafael untuk menemani didalam. Bisma dan papanya keluar. Dokter meminta hanny untuk menggunakan tes peck dulu. Rafael membantu hanny ke kamar mandi. Karena khawatir, mama rafael menemani didalam.
Dalam beberapa menit dokter sudah mendapatkan hasilnya. Dia juga memeriksa kembali tubuh hanny secara langsung.
Dokter tersenyum pada mama rafael dan rafael. Rafael dan mamanya tau senyum apa itu. Hanny juga mengerti, dia senang tapi juga takut. Takut kehilangan lagi. Hanny tak mau.
Setelah menulis resep untuk hanny, dokter pamit. Rafael mengantar dokter keluar. Diluar papa rafael dan bisma yang sejak tadi menuggu langsung masuk.
"Ma, gimana?" tanya papa rafael yang tak kalah antusias.
Mama rafael terseyum pada suami dan anaknya. "Selamat, papa bakalan jadi kakek. Bisma bakalan jadi om."
"Om bisma." bisma berpikir itu sangat lucu. Terlebih nanti bermain dengan manusia kecil, yang sangat dia suka. Bisma memperlihatkan senyum heartnya.
"Selamat ya kak." bisma pada hanny.
Hanny malah memasang wajah murung. "Ma.." hanny menarik tangan mamanya.
"Ma, hanny takut ngecewain mama sama kayak dulu." kata hanny pada mama bisma. Hanny takut tidak bisa menjaga kandungannya.
Rafael ada diambang pintu. Dia melihat semua kebahagian dalam anggota keluarganya. Tapi juga mendengat kekhawatiran hanny yang bukan salah hanny. Tapi salah rafael.
"Aku akan pastiin kamu baik-baik aja sama dia. Aku bakalan jagain kamu dengan baik kali ini." rafael langsung mendekati hanny. Dia berlutut disamping tempat tidur dan mengusap perut hanny.
"Papa, janji." bisiknya diperut hanny. Hanny sedikit lega. Dia juga suka melihat rafael yang sangat bahagia menyebut dirinya papa.
"Jadi udah gak ada yang harus dikhawatirkan ya sayang. Kamu fokus sama kandungan kamu, jangan sedih pokoknya." mama rafael.
"Iya ma." hanny mengangguk.
***
"Ai, carilah dimana sepupu kamu itu. Kata mereka dia sudah punya suami kaya raya. Namanya? Coba liat foto yang mereka kirim tentang suami hanny itu?"
Seorang wanita paruh baya dengan gaya cool, dengan berbagai perhiasan terus menyuruh anak perempuannya untuk mencari keberadaan hanny.
"Nanti kita bisa minta uang tuh sama hanny dan suaminya. Sebagai biaya ganti hanny selama hidup sama kita." sambung laki-laki paruh baya yang bersama merek.
"Iya pa, airin lagi cari kok. Sabar paa.. Nanti hanny bisa lunasin hutang-hutang kita ke rentenir yang lain-lainnya."
Nama airin. Dia seusia hanny. Anak om dan tantenya. Dia suka memanfaatkan hanny yang lemah dan tidak punya siapa-siapa di rumah dulu.