Hany tak punya tempat tinggal. Setelah dia dikejar orang-orang yang menagih hutang papa dan mamanya yang malah menghilangkan dan meninggalkan dia sendirian di kota besar. Hany tak punya pilihan, dia terpaksa tinggal dengan Rafael. Lagi pula hany sudah setuju dengan perjanjiannya, memberikan Rafael anak?
Tapi bagaimana?
Hany belum menikah?
Dia juga belum punya anak?
***
"Tinggal disini."
Kata Rafael yang mengajak hany ke sebuah rumah. Rumah yang tak main-main luas dan mewahnya. Sangat besar, megah dan indah.
Hany sampai ternganga melihat sekeliling rumah itu. Dari mulai dekorasi yang hampir semuanya terlihat seperti... Berkelas, penuh seni.
"Maksud anda berikan anak? Itu..."
Hany menghentikan langkah Rafael yang akan meninggalkan hany.
"Saya belum punya anak, bagaimana sama memberikan anak pada anda." sambung hany lagi menatap punggung Rafael yang belum berbalik.
Rafaeldengan gagahnya, dengan kedua tangan yang ia masukan ke saku celananya langsung berbalik dan tersenyum pada hany. Senyuman yang penuh arti.
"Anak saya sendiri, darah daging saya. Bukan anak orang lain." kata Rafael pada hany.
Anaknya sendiri?
Bagaimana hany memberinya anaknya sendiri. Anak Rafael.
Ouh.. Tunggu hany mulai mengerti maksudnya. Apa maksudnya, anak Rafael sendiri adalah anak? Ahh.. Hany tak menyangka imbalan yang harus dia bayar ini.
"Saya mau pinjam rahim kamu untuk menampung benih saya. Anak saya." tanpa canggung Rafael sangat terbuka mengatakan itu pada hany.
Iya. Hany sudah menduganya. Hany juga tak bisa menghindari ini. Dia harus membalas budi.
"Tinggal disini selama... satu tahun. Mengandunglah anak saya!"
"Dengan cara?"
Yang hany tau cara untuk hamil ya hanya berhubungan badan, apalagi. Tapi masak iya hany harus berhubungan badan dengan orang yang tak dia kenal, tak dia cintai. Hany tak ingin! Mau dibayar berapapun hany tak mau. Kalau ini sama saja hany menjual diri. Sama saja dia ikut dengan orang-orang itu.
"Saya akan memanggil dokternya besok, untuk memeriksa kesehatan kamu dan melakukan programnya. Penanaman benih."
Hany lega. Rafael meninggalkannya, dia pergi dengan dengan bodyguardnya, meminta bodyguard itu untuk untuk menjaga ketat rumah yang sebenarnya tak Rafael tempati, terakhit dia tidur dengan kekasihnya tapi kekasihnya ketahuan selingkuh dan hanya ingin uang Rafael. Sejak itu Rafael benci rumah itu dan juga wanita.
"Carikan pembantu untuk disini." kata Rafael pada bodyguardnya.
"Baik tuan." bodyguard Rafael pun hanya mengangguk.
Rafael kembali ke rumah orang tuanya. Sementara beberapa bodyguard berjaga dan juga menelpon agensi pembantu memenuhi perintah Rafael.
Didalam kamar hany keliling dan melihat-lihat. Karena Rafael tak mengatakan apapun, jadi hany memilih kamar sesukanya. Ketika dia membuka pintu lemari hany terkejut juga senang, lemarinya penuh dengan pakaian wanita yang indah. Hany langsung ke kamar mandi dan bergegas mengganti pakaiannya yang sudah bau keringat.
"ahhh... Nikmatnya hidup kalau begini terus.."
Hany baru selesai mandi, dia langsung mengenakan pakaiannya dan berbaring di kasur empuk. Rasanya sudah lama hany kabur, tidur dimanapun dan akhirnya dapat rumah mewah. Dan hany pikir Rafael cukup baik, mau menolongnya.
"Aku akan menganggap tuan Rafael itu baik." kata hany menatap langit-langit kamarnya dan mulai tertidur lelap disana. Dengan posisi tidur yang sembarangan.
***
Rafael baru sampai di rumah. Dia langsung menemui mamanya yang ada di halaman belakang rumahnya. Rafael menyesal dan memeluk mamanya dari belakang.
"Mama, maaf. Rafael terlambat." kata Rafael berbisik ditelinga sang mama lalu mencium pipi sang mama.
Mama Rafael hanya tersenyum kecut pada anak sulungnya itu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, Rafael sudah janji tidak akan datang terlambat tapi Rafael menolong hany dan datang terlambat.
Ahh...
Dan karena menolong hany, Rafael lupa kue juga kadonya. Sial, Rafael jadi kesal sendiri.
"Mana kado untuk mama, kue mama?" kata sang mama yang sudah sejak tadi betek dengan Rafael yang ingkar janji.
Rafael berjanji jam makan siang sudah akan di rumah, bahkan dari semalam, tepat bergantian tanggal dimana sang mama ulang tahun, Rafael masih diluar negeri, pulang langsung malah ke apartemen karena Rafael benar-benar sibuk sampai lupa ulang tahun mamanya. Siang ini, terlambat pulang ke rumah.
"Mama... maaf... Rafael banyak kerjaan, Rafael lupa. Apa kepulangan Rafael bukan kado terindah untuk mama." kata Rafael membujuk mamanya yang bahkan tak mau menatap Rafael.
"Ma, maaf. Rafa minta maaf." Rafael bahkan berlutut didepan mamanya dan menyatukan kedua tangannya memohon maaf pada mamanya.
"Kali ini mama gak akan maafin kamu kecuali kamu menikah dan kasih cucu ke mama, sebagai gantinya kamu terlambat mengucapkan ulang tahun dan ingar janji untuk makan siang sama mama, papa dan adik kamu. Oke?" kata mama Rafael, menatap penuh harapan anaknya itu akan setuju.
"Mama kan tau, Rafa masih belum bisa melupakan wanita yang Rafa cintai, yang ternyara hanya mengincar harta Rafa."
Mama Rafael jadi tak tega. Rafael menunduk, hampir menangis kalau mengingat kisah cintanya yang tragis. Jika Rafael sudah mencintai seorang wanita, dia benar-benar mencintainya, niatnya yang bahkan ingin melamar dan menikahinya, sirna sudah karena perselingkuhan yang dilakukan oleh sang wanita.
"ahh.. Mama minta maaf. Masih sesakit itu kah?" kata sang mama yang meminta Rafael berdiri. Mama Rafael pun memeluknya.
"Pelan-pelan saja, cari wanita yang baik yang mencintai kamu dengan tulus dan menikahlah, berikan mama cucu. Kalau bisa ya cepat." kata mama Rafael masih memeluk Rafael.
"Iya mama, Rafael akan berusaha memenuhi perintah mama."
Setelah permintaan maaf penuh drama itu Rafael akhirnya menemani mamanya untuk makan malam. Rafael ingat hany di rumah sendirian, apa dia sudah makan. Setidaknya manusia harus makan.
Rafael mencuri kesempatan untuk menjauh dari mamanya dan menelpon bodyguardnya di rumah itu.
***
"Halo tuan."
Bodyguardnya Rafael mengankat telponnya. Seperti perintah Rafael, bodyguarnya langsung mengecek ke kamar atas. Beberapa kali dia ketuk pintunya tapi tak ada respon dari hany.
"Ada apa?" Rafael panik mendapatkan laporan kalau hany tak merespon didalam kamar.
***
Rafael langsung mematikan telponnya. Dia bergegas ke ruang makan yang ternyata sudah ada papa dan juga adiknya, Bisma.
"Kak, makan malam." kata Bisma pada Rafael yang keluar dari kamar mandi.
Rafael malah melirik mamanya, kado terindah untuk mamanya terancam, tidak tau sakit atau dalam bahaya, Rafael harus segera mengecekenya langsung.
"Ma, Rafael harus pergi ada kerjaan mendadak. Rafael janji dalam satu tahun ini mama akan mendapatkan hadiah yang mama minta."
Rafael tak tau harus mengatakan apalagi agar mamanya tidak marah jika dia harus pergi sekarang. Jadi Rafael mengatakan itu. Mama Rafael langsung tersenyum.
"Janji itu harus ditepati loh Raf."
"Iya ma. Janji, beneran tahun depan bakalan Rafael tepati."
Mama Rafael pun memberikan izin. Rafael bergegas ke rumah itu. Rafael mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
***
"Dimana hany?"
Sesampainya di rumah itu Rafael langsung bertanya pada badyguardnya. Rafael pun mengikuti arahan sang bodyguard yang menunjukan satu-satunya kamar yang terkunci didalam. Kemungkinan hany disana.
Krekk
Krekk...
Beberapa kali Rafael mencoba membuka pintunya. Mengetuk dan memanggil hany. Tapi tak ada respon. Rafael yang panik pun nekat mendobrak pintunya. Ketika berhasil didobrak, Rafael kaget melihat hany yang seperti pingsan diatas ranjang.
"Hany.."
Rafael mencoba membangunkan hany. Menggoyang-goyangkan tubuh hany, tapi tak ada respon. Rafael ingin mengecek pernafasan hany, satu gerakan dari hany malah membuat hany mencium pipi Rafael.
Rafael terkejut. Sudah lama Rafael tak bersua dengan seorang wanita. Rindu, iya. Rafael juga laki-laki normal, dia sangat rindu sentuhan wanita. Tapi Rafael kembali mengingat bagaimana wanita menyakitinya.
Tak bisa!
Tak boleh.
Wanita yang dapat dia percaya hanya beberapa. Apalagi hany yang baru dia kenal.