Saat mobil yang dikendarai Handi berhenti di sebuah perbukitan di luar kota Jakarta. Keduanya menghela napas panjang, di luar hujan, deras sekali.
Leo menatap air hujan yang jatuh di kaca mobil, ingatannya kembali pada saat kematian ibunya Handi.
Handi tangannya memegang setir mobil dengan kuat menatap lurus ke perbukitan yang ada di depannya.
Tempat ini menjadi tempat satu-satunya yang sudah lama ingin dia tinggalkan selamanya tapi tetap saja Handi kembali lagi ke sini.
Sejak ibunya meninggal, Handi berjanji dia tidak ingin ke sini, karena itu membuatnya terluka lagi dan dia belum bisa melupakan kejadian itu.
Begitu juga dengan Leo, dadanya terasa sakit setiap kali dia berada di sini tapi entah bagaimana keduanya sudah berada di sini sekarang untuk waktu yang sudah lama sekali.
Hujan semakin deras menambah emosi keduanya semakin tuntas terlepas, dalam diam Leo menahan keras air matanya yang sebenarnya sejak tadi sudah jatuh di pipinya yang halus.
