Rumah Raka ramai dikunjungi sanak famili, sahabat, teman dan juga para tetangga. Semua orang mengenakan pakaian serba putih.
Hari ini adalah hari berkabung untuk keluarga Raka.
Raka duduk dengan takjub di depan mayat ibunya yang terbaring kaku.
Wajahnya terlihat bengkak, dia tidak bisa menangis lagi.
Menatap wajah ibunya yang pucat dan dingin, Raka menarik napas dalam.
Di sekitarnya suara isak tangis tak terbendung.
Di luar rumah, tepat di halaman samping Dwi tengah diapit oleh dua orang wanita sebaya dengannya.
"Kenapa kalian memanggilku ke sini." Ucap Dwi.
Tubuh Dwi terjepit di antara keduanya, dia bersandar ke dinding. Di sana sepi tidak ada orang sama sekali.
Perempuan yang tubuhnya agak gemuk dengan geram menggigit bibir bawahnya saat dia menatap Dwi dengan tatapan tajam lalu berkata, "Beraninya kamu datang ke sini."
"Memang kenapa? Aku ini tunangan Raka." Jawab Dwi.
"Hah, tunangan? Lebih tepatnya perebut tunangan orang."