Hasil investigasi, menyebutkan Claire mati karena dibunuh. Dari hasil autopsi ditemukan ada bekas memar di leher Claire. Sepertinya Claire meregang nyawa karena kehabisan napas.
Di kuku jari korban ditemukan benda yang tertinggal, seperti kulit manusia. Sepertinya Claire sempat melakukan perlawanan, dengan mencakar pelaku, sebelum akhirnya menghembuskan napasnya. Namun, belum dapat diketahui, milik siapa jaringan kulit yang tertinggal itu. Polisi masih mencari pelakunya.
Dugaan sementara, pelaku adalah orang yang Claire kenal, karena tidak ditemukan kerusakan pada pintu apartemennya.
"Lalu darah itu? Asalnya dari mana?" tanya Sean bingung.
"Darah? Darah apa maksudnya, Sir?" tanya Kapten Haris balik.
"Bukankah Claire ditemukan bersimbah darah?" Sean bertanya namun tidak yakin dengan pertanyaannya sendiri. Apakah ingatannya yang menipunya, ataukah itu hanya halusinasinya, ataukah ada yang ditutupi oleh pihak kepolisian.
"Tidak ditemukan darah di TKP, Sir. Mungkin Anda butuh istirahat. Aku tahu peristiwa ini pasti mengguncang jiwa Anda, Sir." Kapten Haris menutup penuturannya, dan mempersilahkan Sean untuk keluar dari ruangannya.
"Lalu, soal janin itu? Apakah Claire tidak hamil juga?" tanya Sean penasaran.
"Oh, ya, itu memang ditemukan ada janin, apakah mau diusut juga?" tawar Kapten Haris.
"Tes DNA," ucap Sean. "Aku butuh tes DNA pada janin Claire. Apakah ia mengandung anakku atau bukan. Apakah itu bisa?" lanjut Sean.
"Bisa. Dan kami butuh sampel DNA dari Anda juga, Sir," jawab Kapten Haris.
"Tidak masalah. Apa yang harus aku lakukan?" tanggap Sean.
Sean pun diminta untuk mendatangi rumah sakit Polri untuk diambil darahnya sebagai sampel DNA. Setelah itu Sean kembali ke apartemennya.
Di apartemennya Sean menghubungi Sam, menanyakan padanya hasil penyelidikannya.
Sam, menginfokan bahwa ia menemukan satu kotak hadiah di dalam lemari pakaian milik Claire. Yang sepertinya terluput dari pemeriksaan pihak kepolisian. Sam akan membawa kotak hadiah itu pada Sean, siang nanti.
Tepat pukul sebelas lewat lima belas menit, Sam tiba dan langsung menyerahkan kotak hadiah itu kepada Sean, sekaligus memberikan laporan hasil penyelidikannya.
Dari Sam, Sean mengetahui bahwa pada pukul enam sore, salah satu tetangga Claire, melihat seseorang datang ke apartemennya. Namun, tetangganya itu tidak melihat dengan seksama, siapa orang yang datang itu. Karena ia terburu-buru harus meninggalkan apartemen. Menurutnya, kemungkinan laki-laki. Karena perawakannya seperti laki-laki, bertubuh tinggi besar.
Selain keterangan itu, laporan lainnya sama saja dengan pihak kepolisian. Sam kemudian pamit setelah memberi laporan. Ia akan menghubungi Sean kembali apabila ada petunjuk lain.
Tinggallah Sean sendirian, menatap kotak hadiah di tangannya. Ukurannya tidak terlalu besar. Apakah itu hadiah untuknya?
Tanpa menunggu lama, Sean membukanya. Ada secarik kertas yang terlipat di dalam sana, Sean membacanya.
'Sean, we will be parents. Hug. Happy Valentine. I Love You.'
Sean kemudian melihat alat tespek di dalam kotak itu. Positif. Ternyata Claire sudah mengetahui kehamilannya, dan berniat memberitahukannya pada tanggal empat belas Februari lalu, bersamaan dengan rencana Sean melamarnya. Namun, sayang semuanya tidak dapat terwujud. Baik Claire dan bayinya tidak akan pernah Sean miliki.
Sean kembali menangis. Hatinya bak ditusuk belati. Jiwanya kembali terguncang.
ooo
Setelah Claire menerima kembali Sean, Sean mengajak Claire ke apartemennya, kebetulan ibu dan adiknya sedang datang berkunjung. Sean ingin mengenalkan Claire kepada ibu dan adiknya.
Claire merasa gugup ketika tiba di depan pintu apartemen Sean. Sean memang mendadak memberitahukan hal itu, memberi kejutan pada Claire. Dan berhasil! Claire benar-benar terkejut dibuatnya. Tidak ada persiapan untuk berkenalan dengan keluarga Sean. Claire takut mereka kecewa dengannya.
Bukan Sean namanya, jika ia tidak bisa menenangkan hati kekasihnya. Sean menyakinkan Claire, bahwa ibu dan adiknya akan menyukai Claire. Karena Claire adalah orang yang menyenangkan, selain cantik dari luar, juga cantik di dalam. Yang terpenting Sean mencintainya. Ibu dan adiknya pasti mendukung siapapun wanita yang Sean cintai.
Mereka pun masuk ke dalam apartemen Sean, disambut oleh aroma harum masakan. Ya, Martha, ibu Sean dan Marie, adik Sean baru saja selesai memasak, meat pie.
Aroma khas meat pie, khas masakan Australia, yang berisi daging cincang, kemudian disajikan dengan saus tomat, bawang bombai, jamur, dan keju, menyeruak memenuhi ruangan. Menggugah selera makan.
"Apakah itu meat pie?" tanya Claire antusias pada Martha, seolah lupa, beberapa saat lalu ia begitu gugup untuk bertemu ibu dari kekasihnya.
Martha menyambut Claire dengan hangat, dan menjawab, "Ya, kau tau dari mana?"
"Aromanya," jawab Claire tersipu, malu.
"Oh, apakah kau bisa memasak?" tanya Martha lagi, dijawab Claire dengan anggukan.
Martha pun mengajak Claire untuk duduk di meja makan, bersebelahan dengan adik Sean.
"Kau pasti Claire. Hai, aku adik Sean, Marie," sapa Marie ramah, seraya mengulurkan tangannya. Dan disambut oleh Claire.
Martha kemudian mengambilkan sepotong meat pie untuk Claire, menempatkannya di piring saji, kemudian berkata, "Cobalah. Apakah kau suka."
Claire menyendoknya, mengecap rasanya di dalam mulutnya. Claire bergumam, "Ini adalah meat pie terlezat yang pernah aku makan. Enak sekali, Mam."
Sean tersenyum, see ... Claire sebetulnya wanita yang supel dan pandai mengambil hati siapa saja, termasuk dirinya. Hanya saja, terkadang ia merasa rendah diri. Kepercayaan dirinya harus dipicu sedikit.
"Meat Pie adalah salah satu menu yang tidak boleh sampai terlewatkan jika kau berkunjung ke Australia, satu saat nanti. Selain disajikan sebagai snack, meat pie juga dapat disajikan dengan sup kacang polong dan disebut dengan pie floater," terang Martha kepada Claire. Claire menjawab dengan mengangguk.
Selesai menyantap meat pie, Claire disuguhi pavlova. Pavlova ini terbuat dari kue meringue yang dilapisi dengan whipped cream dan di atasnya diberi berbagai macam irisan buah.
Kuenya sendiri memiliki rasa yang renyah, dan crunchy di bagian luarnya, namun memiliki tekstur yang lembut seperti marshmallow di tengahnya, tidak seperti kebanyakan kue meringue yang padat dari luar hingga ke dalam.
Dengan tambahan buah-buahan di sekeliling kue ini, pavlova jadi semakin cantik dan menggugah selera. Meski begitu, pavlova tidak bisa dibiarkan di ruang terbuka begitu saja karena akan dengan mudah mengempis jika terkena udara dingin.
Karena itulah Martha menaruh kue itu di dalam oven hingga benar-benar dingin saat selesai memanggangnya.
Melihat Claire begitu menikmati hidangan buatan ibunya, Sean merasa, ibunya dan Claire akan cocok satu sama lain. Akan membuat jalannya mulus satu saat nanti, ketika Sean melamar Claire.
Sean tersenyum sepanjang sisa waktunya bersama keluarganya dan Claire pada saat itu. Apalagi Martha sempat menyinggung soal rencana ke depan Sean dan Claire.
Mengingatkan usia Sean yang sudah cukup untuk menikah. Namun, Sean memberikan alasan pada ibunya, ia akan menunggu Claire setidaknya berusia dua puluh tahun. Dan Claire pun mengangguk setuju.
(Pindah ke KBM apk)