Nada mematut layar ponselnya. Sejak pagi, ia terus saja menarik ulur keinginan untuk menghubungi Ina. Bagaimana kabar gadis itu sekarang? Jika saja ia memang masih punya masalah keuangan, bolehlah bercerita kepada Nada, agar masalah terpecahkan.
Pada akhirnya, sebuah pesan terkirim juga ke nomor Ina.
[In. Apa lo suka baju yang gue belikan? Muat nggak?]
Nada membelikan sebuah gamis bercorak bunga, dengan warna merah. Bagus menurutnya, dan ia pikir Ina pasti akan suka.
Tak lama kemudian, pesan dibalas.
[Nggak usah repot-repot ingat gue segala, Nad.]
Itu saja. Membuat dahi Nada mengernyit membacanya. Apakah karena kemarin ketahuan bersama Aldo sehingga membuatnya merasa harus menjauhi Nada. Seperti itu. Ah, ada-ada saja.
[Kenapa lo ngomong gitu, In? Ya jelas gue inget sama lo lah, lo sahabat gue.]
Semoga ketulusan ini bisa melembutkan hati Ina, agar mau terbuka kepada dirinya. Lama juga, ponsel Nada akhirnya berdenting lagi.
[Masih nganggep gue sahabat lo?]
