Jemari lentik itu mulai menyusuri pahatan wajah pria berambut cepak. Dimulai dari dahi, menyusuri dua alis tebal yang terbentuk sempurna, kelopak mata tertutup dengan sulur-sulur bulu mata nan lentik, menuruni batang hidung mancung yang kokoh, lalu tepat sebelum jemarinya menempel dua lapis daging berwarna merah itu, Simon seketika mematung.
Bayangan dari bibir yang hangat serta tebal memenuhi isi kepalanya. Dia ingat dengan jelas bagaimana kejadian hari itu yang telah merubah persepsinya pada Ashley. Kadang Simon kerap kesal sendiri karena hanya dirinya saja yang mengingat itu. Sementara Ashley bisa dengan mudah beraktifitas seperti biasa tanpa terbebani.
Simon tidak mau hanya dia saja yang tersiksa oleh beban pikiran tidak wajar itu. Terlebih lagi bahwa dia digandrungi oleh keinginan untuk kembali merasakan bibir tebal Ashley.