Sementara Fildza tengah khawatir dengan Tito, tidak demikian dengan Tito. Tito saat ini tengah bermesraan dengan Eri di apartemen Eri. setelah mereka berdua bercumbu, Eri enggan melepaskan Tito untuk pulang. Eri selalu saja membuat alasan agar Tito tetap bersama dengannya.
Tito pun merasa bahwa dia enggan pergi. Tito berpikir bahwa pasti di rumah nya masih ada mertua nya. Tito juga berpikir bahwa dia pasti tidak akan bisa menghabiskan malam bersama dengan Fildza. Tito memang mulai tidak nyaman dengan kehadiran orangtua Fildza. karena selalu saja membuat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dengan Fildza.
awalnya Tito memang menerimanya, namun semakin lama Tito merasa bahwa kehidupan pribadi nya semakin di usik sehingga membuat Tito menjadi risih. Eri kembali bersikap manja di depan Tito sehingga membuat Tito tidak bisa berpaling. Tito pun saat itu lupa bahwa ponsel nya kehabisan daya dan hanya menaruh nya saja di meja.
" Mau satu ronde lagi dengan ku? " tanya Eri menggoda.
" Ayo, siapa takut. " sahut Tito dengan tegas.
Eri dan Tito kembali bercumbu dan itu memakan waktu cukup lama hingga lewat dari tengah malam.
" Sayang, apakah kau tetap akan pulang malam ini? " tanya Eri dengan manjanya kepada Tito.
" Tentu saja. kalau tidak nanti Fildza bisa curiga. " jawab Tito.
" Bisa kah kau di sini saja malam ini? " pinta Eri yang mulai memelas di depan Tito.
" Tidak bisa Eri, aku harus segera pergi sekarang. next time jika ada waktu kita akan seperti ini lagi. oke? " jelas Tito kepada Eri.
" Ya, baiklah. " kata Eri lagi dan kemudian melepaskan pelukan nya dari Tito.
Eri kemudian mengantar Tito sampai kedepan pintu apartemen nya. sebelum pergi Tito menyempatkan dirinya untuk mencium kening Eri sehingga membuat Eri tersenyum kembali.
Fildza masih belum bisa tertidur karena Tito yang belum bisa di hubungi sama sekali. Fildza takut terjadi sesuatu kepada Tito sehingga dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Fildza mondar-mandir sedari tadi tanpa henti. Fildza memikirkan tempat yang mungkin sering di adakan acara makan malam dari kantor nya.
" Apakah aku menghampiri satu persatu restoran yang biasa Tito dan rekan-rekan nya makan malam? " ucap Fildza pada dirinya sendiri.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil tiba, Fildza mencoba keluar ke balkon kamar nya dan melihat bahwa saat itu Tito baru saja tiba. Fildza pun bergegas menghampiri Tito dengan terburu-buru sehingga dia sempat terpeleset ketika melewati ruang keluarga.
" Aduh! " teriak Fildza mengerang kesakitan karena baru saja terjatuh. Fildza kemudian mulai berdiri dan mulai berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Tito yan baru saja tiba.
" Ada apa dengan mu? bukankah sudah ku bilang, jika aku belum pulang tidak usah menunggu ku. " ucap Tito.
" Ya, aku tahu. hanya saja aku merasa khawatir kepada mu karena ponsel mu tidak bisa di hubungi. " ungkap Fildza lagi.
" Baiklah, tidak masalah. sebaiknya kita beristirahat lebih dulu sekarang. " sahut Tito. " oh iya, kemana ayah dan ibu? apakah mereka sudah kembali? " tanya Tito lagi.
" Oh, sudah. namun mereka tidak memberi tahu ku. " jawab Fildza.
Fildza berusaha menahan rasa sakit kaki nya yang amat luar biasa akibat insiden yang baru saja terjadi. Fildza hanya tidak ingin Tito khawatir sehingga dia tidak memberi tahu Tito bahwa kaki nya sakit karena terburu-buru ingin menyambutnya malam itu.
Fildza pun segera kembali ke tempat tidur nya lalu langsung tertidur. setelah Tito selesai membersihkan dirinya, dia melihat Fildza yang saat itu sudah tertidur lelap. Tito pun mengirim pesan lebih dulu kepada Eri sebelum akhirnya dia pun ikut tertidur malam itu.
Keesokan paginya. Fildza bertanya kepada Tito bisa kah dia mengantar nya ke kantor, Tito menjawab bahwa dia harus langsung menuju kantor karena akan bertemu dengan klien yang sangat penting.
" Maaf ya, bisa kah kali ini kau membawa kendaraan sendiri? karena aku harus segera sampai di kantor. " ucap Tito yang menolak untuk mengantar Fildza.
" Tapi ... aku ... " sahut Fildza dengan ragu.
" Aku berangkat dulu ya. sampai jumpa. " kata Tito yang langsung memotong pembicaraan Fildza dan pergi.
Fildza sangat sulit berkata bahwa dia saat ini tengah terluka. bahkan untuk berjalan saja sedikit sulit. namun hari ini Fildza harus melakukan presentasi penting sehingga dia tidak bisa absen atau mengambil jatah cuti nya. akhirnya Fildza memilih untuk naik taksi saja. Fildza berusaha menahan rasa sakit kaki nya. dan Fildza sengaja tidak memakai highheels dan memilih untuk memakai sepatu kets nya.
Setelah sampai di kantor, Fildza segera mempersiapkan bahan presentasi nya dengan baik. Fildza dengan perlahan berjalan menyusuri lorong kantor nya menuju ruang rapat. kemudian Bu Siska melihat Fildza yang berjalan tertatih-tatih. karena merasa penasaran, Bu Siska pun bertanya kepada Fildza apa yang terjadi kepada nya.
Fildza kemudian menjelaskan bahwa dia semalam sempat tergelincir dan akhirnya menyebabkan pergelangan kaki nya terkilir. Bu Siska merasa khawatir kepada Fildza dan menyuruh Fildza untuk beristirahat saja. akan tetapi Fildza menolak karena presentasi nya harus di sampaikan hari ini juga.
Ketika rapat akan di mulai, Fildza mulai bangkit berdiri dari tempat duduk nya. Bu Siska saat itu melihat Fildza dengan tatapan yang cemas. sementara itu Kenzo juga melihat Fildza yang seperti sedang menahan rasa sakit. Fildza mulai menjelaskan presentasi nya dengan suara nya yang sedikit terbata-bata.
" Ada apa dengan Fildza? sepertinya dia sedang kesakitan. " ucap Kenzo dalam hati nya.
Kemudian Kenzo mencoba untuk menginterupsi Fildza yang saat itu tengah berbicara. Kenzo mengatakan bahwa Fildza sebaiknya menjelaskan nya sambil duduk saja dan dia bisa menggunakan pointer saja. Fildza merasa sedikit lega da akhirnya melakukan apa yang di minta oleh Kenzo. berkat Kenzo presentasi nya berjalan dengan baik dan semestinya.
Setelah selesai rapat, Bu Siska langsung menghampiri Fildza, Bu Siska menyarankan kepada Fildza untuk segera ke rumah sakit untuk mengecek pergelangan kaki nya. akan tetapi Fildza menolaknya. Fildza berkata bahwa dia baik-baik saja dan akan sembuh dengan sendirinya. Fildza juga berkata bahwa dia sudah memakai kan pereda nyeri sebelum nya.
Ternyata ketika Bu Siska sedang berbicara dengan Fildza, Kenzo masih berada di ruangan tersebut dan mendengarkan percakapan mereka. Kenzo pun segera pergi ke ruangan nya untuk mencari kain perban serta pereda nyeri untuk otot.