Kinan pegang erat dan kuat ujung sisi washtafel di kamar mandinya itu, wajahnya menjauh dari kaca karena terlalu malu untuk melihat sorot sayu dan menggebu di sana.
Pantulan wajahnya dan wajah Gilang sontak terpapar di sana, mereka kembali beradu lebih bebas pagi ini karena Kinan sudah tidak bekerja lagi, sementara Gilang hanya ada jadwal pertemuan siang.
"Akh," pekikan Kinan terus menggema ke sluruh sudut ruangan itu.
Guyuran air yang seharusnya membuat dingin tidak mampu mendinginkan kobaran hasrat keduanya yang sama-sama besar, baik Kinan ataupun Gilang pagi ini menggila bersama setelah semalam kesenduan dan haru biru meliputi mereka.
"Naaaan," suara serak Gilang, ia terus memacu dan mengayun tubuhnya menghantam Kinan jauh lebih dalam sampai ke titik di mana Kinan tidak sanggup lagi untuk menahan desahannya.
Kepala Kinan mendongak dan matanya terpejam, wajah penuh nikmat yang sangat Gilang sukai, membangkitkan gelora yang tidak pernah surut itu.