Bani senggol lengan anaknya, mobil itu belum berjalan karena Kinan duduk di belakang, bahkan mobil Fahri dan Meri ikut menunggu calon pasangan baru itu.
"Apa?"
"Duduk sana sama Nak Gilang!" Bani menyenggol lebih kencang.
Kinan beringsut pindah, wajah memberengutnya sontak berubah menjadi sangat manis karena di depan teras rumah itu masih ada calon ibu mertua dan keluarga yang lain.
Kinan mengambil duduk ke samping Gilang, tak lupa mengulas senyum pada Gilang yang memasang wajah sinis samar.
"Ayo, Mas anter Adek pulang!"
Glek,
Bani menelan susah payah salivanya, begitu juga Gilang yang sontak menyalakan mobil dan menekan pijakan gas lebih dalam.
Hampir saja kepala Kinan terbentur dan Bani terdorong ke depan karena gas dan rem terpijak hampir bersamaan.
Kinan bekap mulutnya sendiri yang tidak bisa terkontrol dengan baik, ia berkedip cepat ke arah Gilang yang kembali fokus pada kemudinya.
Brum,