"Maaf, mungkin memang semua butuh proses untuk menerima kehadiran."
-----
Malam kali ini banyak yang berbeda menurut Rinai, tidak sama seperti malam yang lalu.
Hujan sudah berhenti satu jam yang lalu, hanya ada genangan air yang menyisahkan kehadirannya, menandakan hujan sudah berhasil menjatuhkan rintiknya pada bumi untuk memberi tahu rindu silih berganti.
Rinai mendongakkan kepalanya, setelah hujan bintang kembali memunculkan hadirnya, bahkan sinarnya.
"Tuhan, Rinai cuman mau kebahagiaan. Apakah ini terlalu sulit?" Pertanyaan yang entah gadis itu tanyakan pada siapa, bahkan jika memiliki tujuan pun, tidak akan sampai pada sang pendengar.
"Langit, memang seharusnya sama Bulan kan?" Rinai tertawa renyah.
Tanpa gadis itu sadari, dari jauh Rendra menatap sang putri bukan maksud hatinya untuk memaksa setiap keputusan yang ia ambil. Bukan seperti itu, ini semua demi kebahagiaan anaknya.
Langkah Rendra mendekat kearah Rinai yang duduk sendirian dibangku taman belakang.