Perasaan itu masih sama, tak pernah berubah.
.
.
.
.
Rinai dan Guntur berjalan di trotoar jalan, dengan sesekali menertawakan beberapa hal konyol yang disebabkan oleh Guntur.
"Kamu kenapa sih kok kayanya gak jelas banget hari ini? Eh bukan, bukan semua orang. Kemarin aja Langit juga gitu." Rinai mengangguk-angguk kepalanya, kala ia kembali mengingat bagaimana sikap Langit kala itu, sikap yang membuat keduanya sama-sama menjadi manusia yang tidak jelas. Untung saja, waktu itu malah tidak ada yang menatap aneh Rinai malah mereka semua menatap Rinai dan Langit, kala mereka berdua menyanyikan sebait lagu dengan memori yang terkenang begitu indah didalamnya.
"Eh, kok malah ngelamun? Lo nggak malah kerasukan sama setan penunggu sini kan?" Guntur menatap Rinai takut-takut dan memeluk dirinya sendiri. Bahkan, ia menjadi merinding sendiri.
"Guntur apa sih, kok ngomongnya ngawur jadi kemana-mana." Rinai tertawa pelan.