Ternyata aku salah, perasaan ini tak pernah kalah. Bahkan disaat kita berdua seperti dua orang berbeda, rasa itu tetap sama.
.
.
.
.
Langit memperhatikan pesawat yang Rinai tumpangi, semakin menjauh dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, ia tertawa renyah. Gadis yang selama ini, ia sia-siakan ternyata ada sosok yang sangat berharga untuk hidupnya.
"Rinai.. Maafin aku."
***
Butuh waktu satu jam setengah, Rinai bisa menginjakan kaki di Bandar Internasional Juanda, Surabaya.
Rinai menghela nafas, kala melihat kesekitar banyak orang-orang yang berlalu-lalang, dan mulai menuju sanak saudara atau orang-orang tersayang. Membuat gadis itu, memilih mendudukkan dirinya di Lounge.
Ia membuka handphonenya, melihat beberapa pesan yang masuk kedalam benda pipih itu.
Ayah Tersayang : Udah sampai Rinai? Hati-hati disana ya, jaga kesehatan.
Rinai membuka pesan lainnya, kala ia tidak memilih untuk membalas sang Ayah, ia akan menelfon setelah membalas pesan lainnya.